🤡🤡🤡🐷🐖
[PERINGATAN: perundungan (bullying), makian, kata-kata kasar. Jangan menormalisasikan perilaku bully. Be kind. Bijaklah dalam membaca.]
.
.
.Di sana, di salah satu sisi koridor dekat jendela, tampak Matsuo Atsushi sedang bersama seorang murid perempuan. Alisnya menekuk, heran. Amat kentara laki-laki itu terkejut dengan informasi yang baru saja didengarnya.
"Kau menolak kapten basket itu?" tanya Atsushi tak percaya.
Dengan punggung yang melawan dinding, Sasaki Kaori, murid perempuan itu, bersedekap dan menempelkan telunjuk ke permukaan dagunya yang halus. Iris mata si gadis bergulir ke atas, lantas kelopaknya mengerjap dengan membawa bulu matanya yang lentik, membuat hati milik setiap murid laki-laki yang memperhatikan seketika terjerat.
"Iya. Habisnya," ucap si gadis dengan manja, lantunan nada yang diperdengarkannya centil khas Sasaki Kaori sang idola sekolah, "dia bukan tipeku."
Pernyataan itu cukup menjadi alasan bagi Atsushi untuk memangkas jarak, sehingga posisinya dengan Kaori kini hanya menyisakan beberapa senti. Laki-laki jabrik dengan tindik di telinganya itu lantas menahan tubuhnya menggunakan tangan, tepat di atas Kaori. Sambil tersenyum miring, ia menunduk, menghadap pada Kaori yang seakan terjebak di dalam kungkungannya. "Kalau begitu, bagaimana jika denganku saja?"
"Tidak mau ah." Tanpa minat, Kaori menolak. Gadis itu lalu menepis tangan di dekatnya sehingga Atsushi nyaris kehilangan keseimbangan. Tak sampai dua detik, arah pandangnya tiba-tiba terkunci ke tempat lain. Bibir kemerahan yang tadinya menekuk ke bawah kini tersenyum semringah. "Oh, bukankah itu Nakamura-kun. Nakamura-kun, tunggu!"
Sasaki Kaori pergi begitu saja, meninggalkan Matsuo Atsushi dengan perasaan malu bercampur marah yang menggebu. Pemandangan yang dilihat Atsushi kemudian adalah Nakamura Ryoichi yang lengannya dirangkul akrab oleh Kaori.
"Berengsek! Lagi-lagi dia tidak memperdulikanku."
Gelegar kemarahan Atsushi menguar, membuat murid-murid di sepanjang koridor buru-buru menyingkir dan sebisa mungkin mengalihkan pandangan dari keberadaan Matsuo Atsushi. Mereka seolah mengerti akan kengerian yang bisa saja terjadi jika mereka masih berada di sekitar sana. Namun, tidak dengan ketiga orang yang tak lama lalu tiba di lantai dasar. Mereka bahkan sempat menguping pembicaraan antara Atsushi dan Kaori.
"Ayo, Yukari. Kita pergi dari sini," ujar Tami panik, yang sontak menarik tangan Yukari supaya mengikutinya berbalik untuk menyusul langkah murid-murid lain yang sudah pergi dari sana.
Bukannya menerima ajakan temannya, Yukari justru menahan Tami.
"T-tunggu, Tami-chan." Yukari menoleh ke tempat Shou berada. Anehnya, Shou yang membelakangi mereka tidak bergerak sedikit pun. "Shou-kun?"
"Hei, Kamiya Bodoh. Kau juga, ayo!" Kali ini Tami benar-benar tidak sabar.
Permasalahnya, Shou terpaku di tempat. Kedua kakinya tak kunjung melangkah meskipun ia ingin sekali menggerakkannya. Padahal perasaannya sudah tak keruan; antara cemas dan takut. Apalagi saat matanya tidak sengaja bersirobok dengan milik Atsushi.
"Oh, Kamiya."
Bulu kuduk Shou seketika meremang.
"Kau di sini. Kebetulan aku ingin menghajar seseorang," lanjut Atsushi. Senyumnya terpampang ngeri.
Dilihat dari sorot mata yang tajam, berandal itu seakan ingin memakan Shou bulat-bulat (---yang sebenarnya Shou sendiri sangsi membayangkannya karena tubuhnya terlalu lebar). Biasanya naluri bertahan hidup Shou akan memaksanya berbalik dan kabur saat bertemu Atsushi yang seperti ini, sama halnya dengan apa yang dilakukan Shou semasa SMP dulu. Hanya saja kali ini ada sejumput ego yang mengganjal. Persis ketika ia menghadapi Sasaki Kaori dua pekan yang lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Become An Idol Like You!
Novela Juvenil[17+] Pertemuan Shou dengan gadis yang ia kenal dengan nama Aimi, membuat remaja laki-laki itu pada akhirnya mempunyai sebuah tujuan hidup. Ia ingin menjadi idol seperti Aimi yang ia klaim sebagai cinta pertamanya. Untuk meraih ambisinya, Shou yang...