09. Tamaki Tamaki

67 28 184
                                    

🌸🌸🌸🍃🐖

"Yu-chan, bangunlah."

Tubuh ramping yang menindih Shou itu tidak bergerak. Di samping badan Shou yang sudah berat dan tidak bisa bangkit, kini terdapat pula badan Yukari di atasnya.

Permasalahannya: gadis itu tak menyahut.

"Yu-chan?" panggil Shou sekali lagi.

Ada yang salah dengan Uno Yukari. Dada Shou pun terasa basah, seperti ada rembesan air yang terserap seragam Shou, tepatnya di bawah wajah Yukari yang masih menempelinya. Pikir Shou, apa jangan-jangan Yukari menangis?

Barulah ketika seseorang meneriakkan dengan lantang jika guru sedang menaiki tangga ke lantai 2, anak-anak yang ada di lorong seketika berhamburan dan menuju ke kelas mereka masing-masing.

Dalam hati Shou, tentu itu gawat sekali, karena ia-dan Yukari, dalam posisi yang tidak menguntungkan. Mereka berdua harus segera bangkit berdiri dan segera ke kelas juga.

"Yu-chan...."

Namun, syukurlah. Tepat ketika panggilan terakhir yang Shou suarakan, Yukari mulai bergerak bangkit walaupun tampak enggan. Dalam jarak sedekat ini pun, Shou dapat melihat wajah kemerahan si gadis yang dijejaki bekas air mata.

"Yu-chan...? Kenapa menangis?" tanya Shou sambil menggulingkan tubuhnya yang berlemak ke samping, menghadap Yukari yang terduduk. "Tenanglah. Mereka sudah tidak ada di sini."

Sebelum menjawab, Yukari menghirup udara dengan agak tersendat. "H-habisnya mereka jahat sekali pada Shou-kun," ujar Yukari, sedikit tergugu. Sekilas, bahu gadis itu ikut berguncang. "Aku tahu aku bukan pacar Shou-kun, tapi Shou-kun tidak perlu sampai bilang kalau kita tidak saling mengenal kan?"

Shou terpekur. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar sebuah protes dari bibir kemerahan Yukari yang berulang kali terkulum karena menahan tangis. Shou juga tidak tahu jika perkataannya yang bertujuan untuk melindungi gadis itu justru berbalik melukai perasaan Yukari.

"Gomen¹, Yu-chan."

Dengan susah payah, Shou lalu mengayunkan tubuhnya ke depan supaya bisa duduk. Mulanya ia yakin akan bisa melakukannya dengan beberapa hitungan detik, tetapi ternyata ia justru duduk dengan cepat setelah mendadak merasakan dorongan pada punggungnya.

"Dia cuma tidak mau membuatmu masuk ke dalam bahaya kok, Yukari."

Mendengar pernyataan tiba-tiba yang seolah dapat membaca isi kepalanya, Shou pun segera menampik, "B-bukan begitu. Aku hanya-"

"Sudahlah, mengaku saja, Kamiya Shou."

Ketika menoleh, ternyata suara itu milik dari seorang murid perempuan berambut cepol yang baru saja membantu Shou. Disadari Shou, tangan yang kelihatan lebih kokoh daripada kebanyakan anak perempuan itu baru saja terlepas dari punggungnya, lalu terangkat, menyapa Yukari yang berangsur membulatkan mata.

"Tami-chan!" seru Yukari, terkejut.

"Hei. Tidak kusangka kita satu sekolah lagi, Yukari."

Kedua gadis itu jelas berteman. Akan tetapi, kenapa gadis yang dipanggil 'Tami-chan' itu bisa tahu nama keluarga Shou?

"Apa kita saling kenal?" tanya Shou pada teman Yukari yang ikut duduk di lantai bersama kedua orang yang lain.

Gadis rambut cepol itu mengangkat bahunya enteng. "Kurasa tidak. Hanya saja Yukari sering menceritakan soal dirimu ketika di asrama dulu."

"Huwaa, Tami-chan!" Mendadak, Yukari menjadi panik. "Kenapa Tami-chan bilang pada Shou-kun?!"

Fokus Shou sontak mengarah curiga pada Yukari. Telunjuknya menggaruk buntalan pipinya di titik yang berdekatan dengan tonjolan jerawat. "Yu-chan cerita yang aneh-aneh ya?" tanya Shou menelisik.

Become An Idol Like You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang