[17+]
Pertemuan Shou dengan gadis yang ia kenal dengan nama Aimi, membuat remaja laki-laki itu pada akhirnya mempunyai sebuah tujuan hidup. Ia ingin menjadi idol seperti Aimi yang ia klaim sebagai cinta pertamanya.
Untuk meraih ambisinya, Shou yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[PERINGATAN: perundungan (bullying), makian, kata-kata kasar. Jangan menormalisasikan perilaku bully. Be kind. Bijaklah dalam membaca.]
. .
Ribuan bunga sakura tampak bermekaran di perpisahan sekolah hari ini. Setelah mendengarkan kata-kata motivasi dari kepala sekolah di gedung aula, puluhan murid kelas 3 SMP Miushima yang telah dinyatakan lulus satu-persatu keluar. Mereka kemudian membentuk kelompok di titik-titik halaman sekolah, yang niatnya saling bercengkerama sebelum mereka benar-benar berpisah dan masuk ke SMA pilihan mereka masing-masing.
Kamiya Shou memang merupakan salah satu di antara murid-murid tersebut. Akan tetapi, dia bukanlah salah satu anak yang membentuk kelompok itu.
Satu alasannya: dia tidak punya teman.
Hal pertama kali yang dilakukannya saat keluar gedung aula adalah menatap sendu pepohonan sakura, lalu melihat ke langit biru di atas sana. Menikmati sepoi angin yang menerpanya dan menerpa arakan awan putih yang tengah dipandangnya. Shou barangkali terlalu khidmat, sampai bermenit-menit lamanya telah ia habiskan, dan tanpa sadar rupanya ia berdiri beberapa langkah di depan pintu aula.
"Oi, Debu¹. Jangan menghalangi jalan dong," ujar seorang murid yang baru saja keluar dari gedung aula dan tak sabar sehingga menendang punggung Shou tanpa ragu.
Alhasil, Shou jatuh terjerembap dan tidak sengaja melepaskan gulungan kelulusan dari tangannya. Lengking tawa dan cercaan yang tertuju padanya kemudian bercampur dengan angin yang membawa kelopak-kelopak bunga sakura. Namun, Shou sudah terlalu terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu.
Saking biasanya, ia tidak merasakan amarah sedikitpun.
Dengan gerak lambat, Shou beranjak dari posisi jatuhnya. Ia membersihkan wajahnya yang kotor dengan lengan seragamnya sambil mengambil gulungan. Tepat sebelum ia berdiri, sebuah tangan dengan jemari lentik terarah padanya. Ketika Shou mendongak, dilihatnya seorang gadis cantiklah yang mengulurkan tangan padanya.
Rupanya itu adalah idola sekolah mereka yang bernama Sasaki Kaori.
"Kau tidak apa-apa?" ujar manis gadis itu.
Hampir semua murid laki-laki di SMP Miushima naksir dengan gadis semampai itu.
Termasuk Shou sendiri.
Bagaimana tidak? Shou yang memiliki perawakan tak selayaknya cowok-cowok lain terkadang diajak berbincang oleh gadis itu kok. Yah, meskipun hanya dimintai tolong mengambil bola basket yang tak sengaja menggelinding ke dekat kaki Shou, atau sekadar dimintai tolong sebagai perantara sebuah surat dari Kaori pada seorang kapten basket yang ada di kelas Shou.
Namun bagi Shou, itu sudah cukup membuat hari-harinya indah di sekolah.
"Sasaki-san." Shou meneguk ludah dengan gugup sebelum menyambut uluran tangan itu. Diam-diam Shou berharap berat badannya tidak mengacaukan kebaikan hati Kaori. Oleh karena itu, meskipun Kaori seolah-olah membantu dirinya, Shou juga susah payah menahan tubuhnya dengan tangan lain supaya kedua kakinya dapat menjejak di atas tanah sebelum bergerak untuk berdiri. Kalau tidak seperti itu, bisa-bisa mereka berdua jatuh sama-sama. "Arigatou gozaimasu²."
Setidaknya hari kelulusan ini tidak sedih-sedih amat, pikirnya. Apalagi Shou bisa melihat senyum idola sekolah bersama helaian rambut indah terang itu dengan jarak yang dekat. Mungkin karena itulah yang membuat keberanian Shou tiba-tiba meledak dengan cepat, juga sebuah perasaan yang tak dapat Shou bendung lagi. Mungkin ini adalah saat yang tepat.
Bocah laki-laki itu balik memegang tangan Kaori sebelum gadis itu sempat pergi.
"Tunggu, Sasaki-san," ujar Shou pelan. Sebenarnya jantungnya sudah berdetak tak beraturan, tapi suasana musim semi seakan mendukungnya untuk melanjutkan niatannya. Tanpa berbasa-basi, ia pun berkata, "Aku menyukaimu. Maukah kau jadi pacarku?"
Mungkin dirinya adalah satu dari banyaknya murid laki-laki yang menyatakan kokuhaku³ pada Sasaki Kaori. Juga mungkin, memiliki harapan lebih karena sudah mendapatkan kebaikan dan senyum manis Kaori selama ini.
Hanya saja, sepertinya Shou salah.
Tawa Sasaki Kaori yang tadinya halus tiba-tiba berubah jadi tawa mencemooh. Tangan Shou ditepis dengan kasar. Tatapan gadis itu berubah jijik menatap Shou. Senyumnya yang tadinya sangat manis kini sama sekali hilang.
Shou tahu kalau kemungkinan besar ia akan ditolak. Namun, ia tak pernah menyangka jika Sasaki Kaori yang sangat dibanggakan orang-orang karena sikap baik hatinya selama ini nyatanya mengatakan sesuatu yang tak pernah ia sangka.
"Kau seharusnya malu karena sudah mengatakan itu. Menyingkir dariku---Debu."
Jantung Shou terasa merosot dan jatuh ke perut. Kata-kata Sasaki Kaori begitu menghantamnya sampai ke relung dada yang paling dalam. Ia syok. Seketika Shou sadar kalau dirinya tak seperti anak laki-laki lain yang memiliki kesempatan untuk disandingkan dengan Sasaki Kaori.
Seperti kata orang-orang, Kamiya Shou terlalu jelek untuk gadis manis seperti Sasaki Kaori.
Tak hanya Kaori, murid-murid di sekitar ikut tertawa. Seharusnya baginya merupakan hal yang lumrah kan? Seharusnya Shou sudah kebal dengan kejadian yang menimpanya. Hari-hari normalnya di sekolah memang seperti ini. Tapi kenapa rasanya kali ini berbeda? Mirisnya lagi, kenapa di hari perpisahan sekolah juga? Padahal Shou ingin merasakan pengalaman manis di hari perpisahan ini. Seperti anak-anak lain, Shou juga ingin menjadi bagian dari salah satu kelompok dan bertukar canda bersama teman-teman karib, lalu nantinya akan ada adik kelas yang meminta kancing bajunya sebagai kenang-kenangan.⁴
Pada kenyataannya, itu hanya ada di angan-angan.
Hahaha---kuso⁵.
Perasaan malu dan terhina langsung saja merangsek ke dalam benak. Sasaki Kaori yang pikirnya berbeda dengan anak-anak lainnya nyatanya tak jauh berbeda. Shou tetap dianggap sampah dan rendah.
Shou berlari menuju ke luar gerbang. Belum juga mencapai tiga meter, sebuah kaki terjulur dan menjegal kakinya. Lagi-lagi Shou jatuh terjerembap, kali ini wajahnya menghantam tanah dengan keras sehingga hidungnya berdarah. Ia sudah tidak peduli dengan rasa sakit yang sengaja ditambah, sebetulnya. Ia hanya ingin lekas keluar dari tempat terkutuk ini.
Tangan gemuknya yang tak memegang gulungan diinjak oleh seseorang.
"Kau pikir kau siapa, hah? Berani-beraninya menyatakan perasaan pada Kaori-chan. Kau seharusnya malu! Shine⁶!"
Sebuah tendangan bertubi-tubi mengenai tubuh Shou. Bocah laki-laki itu menahan nyeri sambil berusaha berdiri berulang kali. Tidak hanya satu, murid-murid yang lain juga ikut andil melakukan kekerasan dan membuat hiruk-pikuk di sekitar seperti sedang ada pertandingan tinju. Shou cuma berpikiran untuk segera pergi, dan entah kekuatan dari mana, ia pun berhasil berdiri dan berlari sekuat tenaga keluar gerbang sekolah.
.
.
.
Kenapa mereka semua melakukan ini padaku?
. . .
**************** *** ** *
¹Debu = babi, najis, gemuk (ungkapan ejekan/hinaan) ²Arigatou gozaimasu = terima kasih banyak ³kokuhaku = pernyataan cinta ⁴sebuah tradisi sekolahan Jepang: pada kelulusan sekolahan, murid yang lulus biasanya akan dimintai kancing bajunya oleh orang-orang yang menyukainya ⁵kuso = sialan ⁶shine = mati sana