Part 11

26 1 0
                                    

~ElArLan~

~ElArLan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari mulai siang, Ara masih belum sadarkan diri dua manusia ini memasuki ruang inap Ara lalu duduk di sofa yang tersedia di sana sepertinya ingin menjenguk Ara.

El tidak di sana karena sedang sholat Dzuhur, sebenarnya ada suster yang menjaga tapi di usir oleh dua manusia itu.

"Sayang"

"Hm?"

"Kenapa sih kita di sini?" tanya Eliza bersandar pada David.

"Buat jenguk anak itu"

"Bukankah mas udah gak anggap itu anak mas?" tanya Eliza.

Yeah dua manusia itu David dan Eliza, jika besannya tidak berbicara bahwa Ara sakit mana mungkin dirinya di sini.

"Ikuti alurnya saja, yang terpenting sekarang aku sudah bebas darinya"

Ara dengan keadaan masih memejamkan matanya mengeluarkan air matanya.

Sebenarnya Ara sudah tersadar saat pintu terbuka.

Derap kaki seseorang membuat David dan Eliza menghampiri Ara.

"Cepat sembuh nak" ucap Eliza mengusap kepala Ara.

Di dalam hati Ara paling terdalam rasa-rasanya ingin sekali menepis tangan wanita satu ini.

"Ayah di sini sayang, jangan bikin ayah khawatir"

"Ayah, mama sejak kapan di sini?" tanya El masuk ke dalam.

"Sejak tadi El, baguslah kamu udah dateng" ucap bohong Eliza.

"Maaf tadi El habis sholat trus beli makanan dulu jadi lama" ucap El lalu menyalami kedua mertuanya.

"Gak papa El, tolong jagain Ara yah, ayah ada urusan mendadak, kalo sudah sadar kabari ayah yah" ucap David.

"Iya ayah"

"Jaga Ara dengan baik yah" ucap Eliza.

"Iya mah"

"Kalo gitu ayah sama mama pamit"

Setelah El mengantarkan sampai depan pintu, Ara perlahan membuka matanya yang sudah jelas matanya agak memerah perlahan dirinya berusaha untuk duduk El yang melihatnya pun terkejut.

"Kina, udah sadar?" Tidak ada angin ataupun hujan El memeluk Ara.

Tak ada jawaban selain anggukan kepala Ara "Maaf na, gak seharusnya bicara seperti itu"

El merasakan tubuh Ara yang bergetar terdengar isakan tangis Ara.

"Kina maaf, jangan nangis"

Ara menggelengkan kepalanya.

Takdir Cintaku Yang Berbeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang