Part 5

31 1 0
                                    

~ElArLan~

~ElArLan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Setiap hari Al dan Ara pasti meluangkan waktunya ketika istirahat pergi ke perpustakaan untuk belajar bersama.

Seperti halnya pagi ini, mereka pagi-pagi sudah berada di perpustakaan sekolah karena hari ini adalah hari pertama ujian dilaksanakan.

Mungkin jika ada yang melihat mereka pasti berkomentar sangat rajin, sebenarnya mereka berdua ingin mengejar beasiswa di universitas yang mereka inginkan.

Walau mereka bisa dibilang tajir tapi mereka berfikiran dewasa, tidak bisa memberatkan orang tuanya.

"Ra"

"Apa?" Ara melihat ke sumber suara.

"Udah belajarnya?"

"Belum, bentar lagi"

"Gue mau balikin buku dulu" ucap Al, membereskan buku di meja.

Ara mengangguk, melanjutkan belajarnya hanya ada waktu 5 menit bel masuk berbunyi.

Al menaruh buku di rak tidak jauh dari Ara duduk, Al melihat dari celah-celah rak melihat Ara yang sedang mengangkat telfon.

Al mengerutkan keningnya karena setelah Ara mengangkat telfon itu, Ara menutup wajahnya dengan kedua tangannya perlahan tubuhnya ikutan bergetar.

"Ra"

"Ha-- iya?" Ara mengusap wajahnya.

"Kalo ada apa-apa cerita, jangan dipendam sendiri" ucap Al.

Ara memeluk erat tubuh Al "Lo gak bisa nyembunyiin kesedihan Lo sama gue" Al mengusap kepala Ara.

"Gue cape Al"

"Ini bukan Ara yang gue kenal, Ara boleh cape, Ara boleh nangis kok tapi janji yah? Ara harus bisa ngelewati semua ini"

"Nyatanya Ara gak bisa Al" isakan kecil keluar dari mulut Ara.

"Bisa Ra, Ara pasti bisa ada Al yang bakal nguatin Ara"

"Al" Ara melepaskan pelukannya.

"Kenapa?"

"Walau kita gak bisa bersama, janji sama Ara kalo Al selalu ada buat Ara" Ara mengulurkan jari kelingkingnya.

Al perlahan menautkan hari kelingkingnya "Al janji"

"Ara yang Al kenal gak cengeng gini" Al menghapus air mata yang membasahi pipi Ara.

"Gak cengeng kok"

"Lupain sesuatu yang buat Ara rapuh" Al mengusap lengan Ara.

Ara menyandar pada dada Al, dengan itu Ara bisa merasakan ketenangan.

"Boleh kan?" Ara mendongakkan kepalanya.

"Boleh kok"

"Wangi banget" Ara mencium aroma tubuh Al.

Takdir Cintaku Yang Berbeda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang