"Bagaimana Papa tahu?" tanya Jane dengan datar. Ia telah berusaha agar ayahnya tidak tahu, meskipun orang se-Britania Raya tahu. Ayahnya adalah orang terakhir yang akan tahu jika saat itu tiba Jane menikahi Galen. Ayah Jane bukanlah tukang gosip dan tidak peduli dengan gosip, ia hanya fokus mencari investor.
"Tentu saja dari Lord Austin sendiri," jawab ayah Jane tanpa prasangka.
"Apa?" Darah Jane mendidih. Bagaimana mungkin Galen sendiri yang membeberkannya? Padahal Jane telah meminta Leona untuk merahasiakannya.
Jane tidak ingin, jika kontraknya berakhir dan Galen akan mengumumkan pembatalan pertunangan mereka, pasti ayahnya akan kecewa dan sakit hati.
"Kenapa kau jadi tidak senang?" selidik ayah Jane ketika melihat reaksi dan ekspresi putrinya.
"Oh, tentu saja aku bahagia. Aku adalah gadis paling beruntung," elak Jane. Tidak mungkin baginya untuk memberitahu rahasia itu kepada sang ayah maupun berkata jujur.
"Seharusnya kau memberitahu ayah ketika kita sarapan tadi." Adam kembali menggenggam tangan Jane.
"Aku sendiri masih terkejut," jawab Jane.
"Wajar saja. Apakah Lord Austin telah memberitahumu kapan tepatnya kalian akan menikah?" Adam ingin putrinya menikah saat musim gugur tiba.
"Oh, itu kami belum membicarakannya lebih lanjut, mungkin kami ingin mengakrabkan diri terlebih dahulu," jawab Jane dengan bergetar.
"Musim gugur nanti adalah waktu yang tepat untuk menikah dan memberikan waktu kepada kalian untuk saling mengenal."
Jane terjebak dalam pertanyaan ayahnya, sementara pikirannya telah berada untuk menemui Galen.
"Papa, aku baru ingat aku ada janji bertemu dengan Isabella. Aku pergi dulu. Urusan pernikahan, Papa tidak perlu cemas. Jika bertemu orang yang tepat, pasti aku akan menikah."
Adam merasa aneh dengan tanggapan Jane. Ia ingin komplain, namun sang putri telah pergi meninggalkannya.
Jane keluar dari rumah, Leona melihat gadis itu yang tergesa-gesa membuka pintu.
"Jane, kau mau kemana? Tunggu, aku akan mengambil tasku!" teriak Leona. Sudah menjadi tugasnya untuk menemani kemanapun Jane pergi. Pantang bagi gadis bangsawan bepergian tanpa pendamping mereka.
"Tidak usah, aku hanya ke Mayfair bertemu Isabella!" teriak Jane yang telah menutup pintu.
Gadis itu berjalan kaki ke Mayfair yang berjarak dua mil dari rumah sewanya. Jane mencoba mengingat-ingat di mana tepatnya rumah Galen dari pembicaraannya dengan para lady. Jane menyusuri jalan memotong. Gadis itu telah sering berjalan kaki bahkan ke rumah Isabella. Jane tidak melewati jalan yang biasanya dilalui oleh kereta kuda. Gadis itu melewati jalan yang dipenuhi rumput dan pohon-pohon.
Gadis itu memandang sebuah rumah elit dengan lambang keluarga Austin, Lord of Derbyshire, di pintu masuk. Lambang itu sangat mencolok sehingga siapapun pasti akan tahu rumah itu milik siapa. Jane menghela napas, mengeluarkannya secara perlahan. Dia harus menyiapkan mental akan apa yang akan mereka bicarakan, yang jelas pembicaraan tersebut akan membuat mereka saling berdebat. Jane mengetuk pintu dan pelayan dengan cepat membukakannya.
Setelah segala pertanyaan basa-basi, pelayan mengajak Jane masuk ke ruang tamu Galen.
"Miss Jane Elizabeth Grey telah datang, Your Grace," pelayan memberitahu Galen yang tengah duduk santai di ruang tamu dengan teh dan camilannya.
Jane masuk. Galen terkejut dengan kedatangan Jane yang tiba-tiba dan tanpa pendamping. Pria itu memandang gadis yang terlihat sedikit kotor pada pakaiannya. Wajah Jane memerah karena kelelahan berjalan kaki. Namun, semua itu tidak membuat kecantikan Jane berkurang. Bahkan, gadis tersebut kelihatan lebih cantik dengan warna kemerahan menghiasi pipinya serta terlihat lucu di mata Galen.
"My Lord." Jane memegang pinggir gaunnya dan membungkukkan tubuh sekilas.
Kedatangan Jane di rumahnya saja telah membuat Galen merasa seperti mendapatkan mainan baru.
"My Lady," balas Galen sopan. Pria itu berdiri dan mencium tangan Jane.
"Silahkan duduk," tawar Galen. Pria itu kembali duduk di tempatnya semula.
"Terima kasih." Jane langsung duduk di sofa yang berada di depan Galen. Jarak mereka cukup jauh.
"Katakan apa yang membawamu ke sini?"
Jane menarik napas secara perlahan, membuang sisa-sisa kepenatan dalam dirinya.
"Aku tidak bisa menahan diri. Bagaimana Anda tega memberitahukan kepada ayahku tentang pertunangan kita? Anda tahu sendiri itu hanya sandiwara?" Jane langsung marah kepada Galen karena memberitahu ayahnya tentang pertunangan mereka. Seharusnya itu dirahasiakan dari ayah Jane. Gadis itu menatap nyalang kepada pria yang menjadi tunangan palsunya itu.
Galen menatap wajah Jane yang terengah-engah karena berbicara cepat dan langsung pada intinya. Bukan hanya Jane, Galen pun menyesali ucapannya kepada ayah Jane.
"Maaf," jawab Galen.
"Maaf, hanya maaf? Bagaimana mungkin Anda tidak berpikir jernih, My Lord? Anda tahu bahwa kita tidak benar-benar bertunangan. Kita hanya-"
Galen dengan cepat melesat ke arah Jane dan menutup mulut gadis itu, membuat tubuh Jane terbaring di sofa dan Galen di atasnya.
"Lepas! Apa yang Anda lakukan, My Lord? Ini sangat tidak sopan." Jane memukul tangan Galen dan mencoba kembali duduk. Namun, tenaga Galen cukup kuat untuk disingkirkan dari tubuh Jane.
"Pelankan suaramu. Aku tidak ingin pelayan mendengar." Galen menatap Jane tajam. Gadis itu terdiam dan tidak lagi mencoba untuk memberontak.
Jane sadar ia terlalu emosi. Jika para pelayan mendengar ucapan Jane tadi, cukup bagi mereka akan menjadi bahan gosip lagi. Dan tentu saja pihak yang paling dirugikan adalah Galen karena meminta Jane menjadi tunangan palsunya. Tidak ada hidup seorang pria bangsawan pun semenyedihkan Galen.
Karena Jane tidak lagi melawan dan terdiam, Galen menarik tubuhnya dari atas Jane dan melepaskan tangannya dari mulut Jane. Gadis itu langsung duduk dan bernapas lega ketika melihat sekeliling dan tidak ada pelayan di antara mereka.
"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak emosi, tapi kau salah memberitahu ayahku. Bagaimana aku menjelaskan kepada ayah nantinya ketika kontrak kita berakhir?" Jane merapikan gaunnya.
"Tanpa aku beritahu pun, bukankah ayahmu akan mendengarnya dari orang lain? Ini London, dan percayalah, gosip sangat cepat beredar." Galen duduk di samping Jane.
"Aku katakan padamu, My Lord. Sekalipun se-Britania Raya tahu, aku yakin ayahku tidak akan tahu, jika bukan aku yang mengatakan bahwa telah bertunangan denganmu." Jane menoleh ke arah Galen. Pria itu merasa terpojok.
"Aku tidak punya pilihan lain. Ayahmu cukup jeli." Galen membela diri.
"Jeli?" Jane akui ayahnya memang sangat jeli dalam hal apapun.
"Coba kau pikirkan jika kau jadi ayahmu, dan aku datang tiba-tiba menjadi investor. Padahal aku belum pernah bertemu dengan ayahmu dalam bisnis apapun maupun lingkup pertemanan. Jadi ketika ayahmu bertanya mengapa aku mau menjadi investor, menurutmu alasan apa yang harus aku katakan?"
Jane terdiam dan membenarkan alasan Galen. Apalagi semua orang tidak ada yang mau menjadi investor bagi ayahnya.
"Jadi Anda memberikan alasan mau berinvestasi karena kita bertunangan?"
Galen tidak perlu menjawab. Pria itu hanya menganggukkan kepala. Jane merasa malu, gadis itu langsung berdiri.
"Aku permisi dulu. Maaf telah mengganggu waktu Anda, My Lord."
🍒🍒🍒
![](https://img.wattpad.com/cover/354662272-288-k427748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Kontrak Sang Duke
RomanceJane Elizabeth Grey, putri dari Earl of Winchester, tidak sengaja melihat penolakan lamaran oleh Kristy Dudley, putri Marquees of Hedridge terhadap Galen William Austin, Duke of Derbyshire. Gosip Kristy menolak Gallen menjadi scandal di London. Gall...