"Aku permisi dulu, maaf telah mengganggu waktu Anda, My Lord". Jane membungkuk dan berjalan meninggalkan Galen karena malu. Seharusnya dia berterima kasih kepada Galen karena telah menjadi investor bagi ayahnya yang tentu akan berdampak pada semua orang yang terlibat dengan keluarga Jane.
"Tunggu, aku akan mengantarkanmu." Galen juga berdiri dan menyusul Jane.
Jane membalikan badannya dan berkata,
"Tidak usah, My Lord, aku lebih suka berjalan kaki," tolak Jane. Gadis itu kembali berjalan. Galen menarik tangan Jane.
"Akan timbul gosip yang tidak bagus jika aku membiarkan tunanganku berjalan kaki," ujar Galen.
Mata lentik Jane terangkat, gadis itu melihat ke arah Galen. Ucapan Galen yang mengatakan tunangannya membuat Jane tersanjung. Namun, gadis itu kembali pada kenyataan, mereka hanya sedang bersadiwara.
"Aku rasa tidak akan ada yang melihat aku jalan kaki," ujar Jane. Gadis tersebut melirik ke arah tangan Galen yang memegang tangannya.
Pria itu tahu maksud Jane, ia segera melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan tunangan pura-puranya itu.
"Tetap saja--aku harus memastikan kau sampai di rumah dengan selamat," bujuk Galen.
"Tenang saja, My Lord, aku terbiasa berjalan kaki dan aku selalu selamat," jawab Jane.
"Tapi, kita harus selalu waspada, dan kita tidak bisa memprediksi--siapa tahu kau bertemu dengan seseorang yang dikenal. Itu pasti akan menimbulkan gosip baru dan membuat aku repot menjelaskannya, nanti," lanjut Galen, pria itu menatap ke arah Jane, menunggu gadis itu memberikan jawaban.
Galen adalah pria terhormat dan tidak ada pria terhormat yang akan membiarkan wanita mana pun pulang sendiri setelah dari rumahnya. Apalagi Jane telah menjadi tunangannya, pasti gosip baru akan hadir dan menjelek-jelekan Galen sebagai seorang pria yang pelit atau parahnya adalah mereka dikabarkan putus. Galen tidak mau itu terjadi. Kristy belum cukup melihat kemesraan Galen dan Jane untuk membuatnya cemburu dan menerima lamaran Galen.
"Anda, benar, sebaiknya aku pulang diantar dengan kereta kuda Anda, My Lord." Jane membenarkan perkataan Galen. Gadis itu juga tidak mau mengambil resiko, jika gagal rencana mereka, bisa saja Galen akan membatalkan diri menjadi investor bagi keluarga Jane.
"Tunggu di sini, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kereta." Galen menuju kepala pelayan agar segera menyiapkan kereta mereka. Jane menunggu, dia masih merasa malu karena datang ke rumah Galen dengan kondisi yang bisa dibilang sedikit kacau.
"Ayo kereta sudah disiapkan." Galen mengantar Jane keluar, bahkan pria itu membantu Jane menaiki kereta dengan memberikan tangannya. Jane masuk, gadis itu pikir, ia hanya di antar tanpa Galen harus ikut. Namun, pria itu telah masuk ke dalam kereta dan duduk di depan Jane.
Gadis itu sebenarnya ingin menyatakan keberatannya. Namun, ia sudah cukup lelah untuk berdebat hari ini dengan Galen. Pria itu memerintahkan kusir untuk mulai bergerak. Jane lebih memilih diam. Gadis itu melihat ke arah jalan, entah apa alasannya nanti jika ayah maupun Leona mengetahui bahwa ia di antar Galen, sedangkan alasannya tadi pergi dari rumah dengan terburu-buru adalah menemui Isabella.
Matahari bersinar cerah di atas Mayfair. Angin sepoi-sepoi bertiup membawa aroma bunga-bunga yang harum.
Jalan-jalan di Mayfair sangat ramai dengan orang-orang yang sedang berjalan-jalan atau berolahraga. Para bangsawan dan orang kaya mengenakan pakaian mewah dan berdandan dengan rapi. Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan Mayfair. Mereka menikmati keindahan taman dan udara segar. Tidak dipungkiri jika Mayfair adalah kawasan elit bagi para bangsawan Inggris.
Gedung-gedung dan rumah-rumah di sana adalah bangunan-bangunan mewah yang dibangun dengan gaya arsitektur Neoklasik. Bangunan-bangunan ini terbuat dari batu bata atau batu pualam, dan memiliki dekorasi yang rumit dan elegan.
Rumah-rumah di Mayfair memiliki dua atau tiga lantai, dan memiliki banyak jendela-jendela yang dihiasi dengan tirai yang mewah. Pintu masuk rumah-rumah di Mayfair dihiasi dengan pilar-pilar dan patung-patung. Di atas pintu masuk terdapat prasasti yang menunjukkan nama pemilik rumah.
Dinding luar rumah di dicat dengan warna-warna yang cerah, seperti putih, kuning, atau biru.
Jane melihat sebuah bangunan yang menarik dan cocok di Mayfair untuk dijadikan toko pakaiannya.
"Ah bagus sekali tempat itu," Jane lupa jika ia tidak sendirian. Kereta berjalan dengan pelan.
Galen memperhatikan arah pandangan Jane kepada sebuah bangunan dua lantai yang dicat warna putih.
"Apakah bangunan warna putih dua lantai dengan tulisan untuk disewa itu?" tanya Galen.
Jane tersentak, ia baru menyadari keberadaan Galen. Pria itu memerintahkan kusir untuk menghentikan lajunya kereta.
"Maafkan saya, My Lord. Saya hanya asal bicara," sahut Jane.
"Apakah bangunan itu? Apa kau memikirkan bangunan itu cocok untuk toko pakaian yang kau inginkan?" Galen kembali bertanya.
"Ya," jawab Jane singkat. Ia sedikit malu karena merasa lancang membicarakan bisnis dengan Galen, seharusnya itu adalah pembicaraan Galen dan ayahnya.
"Apa kau mau melihatnya?" tawar Galen.
Jane tergoda untuk turun dan melihat seberapa cocok tempat itu untuk menjadi rumah modenya.
"Sebaiknya, tidak sekarang karena hari sudah sore dan kita harus bersiap-siap ke pesta," jawab Jane mengambil keputusan.
"Kau benar." Galen kembali memerintahkan kusir melanjutkan perjalanan.
***
Jane memasuki ballroom bersama Leona. Gadis itu mengenakan gaun muslin berwarna hijau yang indah dengan renda dan mutiara. Rambut tembaga keemasannya yang panjang diikat dengan sanggul sederhana.
Ia berjalan ke tengah ruangan, di mana para tamu sedang berkumpul. Galen menghampiri Jane dan mengambil tangan gadis itu.
"Kau terlihat sangat cantik, Jane," puji Galen.
"Terima kasih, My Lord," jawab Jane tersipu malu.
"Aku akan memanggil namamu saja," bisik pria itu. Wajah Jane menjadi merona, gadis itu hanya mengangguk setuju.
Pria itu mengajak Jane bergabung dengan beberapa kenalannya, di sana juga ada Kristy. Semua mata memperhatikan Jane dan Galen. Tak terkecuali Kristy, gadis itu menatap Jane dengan perasaan tidak suka.
Setelah memperkenalkan Jane kepada teman-temannya, tentu saja tanpa menjelaskan hubungan mereka. Galen berbicara dengan teman-temannya. Jane hanya menjadi pendengar karena ia telah ketinggalan topik pembicaraan.
"Model gaunmu bagus," puji Kristy kepada Jane.
"Terima kasih, kau juga sangat cantik." Jane balas memuji.
"Tapi, sayang--sepertinya gaun itu hasil modifikasi, ya? Meskipun modelnya cantik tapi tetap terlihat lusuh karena hanya hasil modifikasi." Kristy memandang gaun Jane dengan meremehkan. Perkataan Kristy seperti menegaskan bahwa Jane hanya bangsawan miskin.
Galen mendengar hal itu, meskipun ia tidak mengerti tentang pakaian wanita. Namun, ia tidak suka Kristy menghina pakaian gadis manapun. Pria itu berhenti berbicara dengan temannya, musik berdansa telah di mulai.
"Ayo kita berdansa," ajak Galen, selain untuk menjauhkan Jane dari Kristy yang menghinanya, Galen juga memiliki tujuan lain yaitu membuat Kristy cemburu. Ucapan Kristy tadi diyakini Galen sebagai ungkapan cemburu.
🍒🍒🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Kontrak Sang Duke
RomanceJane Elizabeth Grey, putri dari Earl of Winchester, tidak sengaja melihat penolakan lamaran oleh Kristy Dudley, putri Marquees of Hedridge terhadap Galen William Austin, Duke of Derbyshire. Gosip Kristy menolak Gallen menjadi scandal di London. Gall...