Kelam

56 3 1
                                    

         Atnan Jenandra Pradipta, Lelaki berwajah imut itu kini hanya duduk terdiam sembari memperhatikan sekitarnya yang nampak ramai. Satu ice americano tersaji di depannya, ia melirik ke arah pintu masuk menunggu seseorang yang selama ini ia nantikan keberadaannya.

"Astaga ngaret banget"-gumamnya pelan.

Nampak lelaki dengan kacamata hitam membuka pintu perlahan membuat lonceng yang otomatis akan menyala apabila ada seseorang yang membuka pintu masuk tersebut berbunyi gemerincing. Atnan tersenyum lebar dan melambaikan tangannya, lelaki tadi membalas senyumnya dan menghampirinya lalu menjabat tangannya.

"Kak Jean lama banget, Atnan nunggu lama"-ucapnya lalu memberikan satu kotak yang ia keluarkan dari tasnya.

"Maaf, kerjaan kakak terlalu banyak jadi ya luangin waktunya susah"-ucap lelaki yang dipanggil Jean tersebut, tangan besarnya mengambil kotak yang diberikan Atnan seraya tangan sebelahnya mengambil ice americano lalu meneguknya.

"Ih pesen sendiri dong kak, jangan minum punya Atnan"-Atnan mencebik lucu lalu tangannya merebut minuman tersebut membuat lelaki di depannya itu tersenyum.

"Kamu ini"

"Kakak abis ini kemana?"-tanya Atnan setelah melihat penampilan tak biasa dari Jean, celana jeans biru dengan atasan kaos yang nampak berbeda dari style yang biasa ia lihat.

"Ke rumah mama sih, mau ikut? "-tanya Jean lalu menyadari raut wajah yang lebih muda nampak murung membuatnya sedikit keheranan.

"Nanti di usir lagi"-jawabnya membuat Jean mengernyit bingung, apa yang selama ini ia lewatkan.

"Maksud kamu apa? "-tanyanya bingung lalu dibalas gelengan kepala yang lebih muda.

"Gak ada, kakak aja untuk saat ini. Atnan masih banyak tugas yang belum Atnan selesaikan"-jawabnya membuat senyuman yang sempat hilang nampak kembali. Jean tersenyum lalu mengusak surai yang lebih muda dengan penuh kasih sayang.

"Semangat yaa! Kalo nilainya memuaskan kakak beri hadiah"-ucap Jean dengan senyuman yang kian melebar membuat Atnan mengangguk antusias. Biarlah dikata lebay karena pada kenyataannya hanya Jean yang menganggapnya ada. Eksistensinya nampak hilang dimata orang yang mungkin ia sebut keluarga itu, mereka menganggapnya hanya sebuah obyek transparan yang keberadaannya tak terlihat oleh mata telanjang, sangat menyedihkan. Namun, peran itu lah yang selama ini harus ia mainkan.

"Atnan cuma minta Kak Jean gak berubah. Itu udah cukup buat Atnan "-ucapnya membuat Jean kembali mengerutkan dahinya tanda tak mengerti lalu ia menggeleng pelan dan membalas pelukan hangat sang adik yang nampak berbeda dari biasanya.

"Yaudah kapan-kapan kita main ya, kakak pamit kamu jaga diri disini"-ucap Jean lalu beranjak pergi meninggalakan Atnan dalam keterdiamannya.

-
-
-
-
Memang takdir kadang se-bercanda itu, Nyatanya kini Atnan hanya bisa terdiam kaku kala mendengar orang yang paling ia sayang melebihi apapun harus meninggalkan sendirian di dunia yang kejam ini. 2 jam setelah ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya ia mendapat kabar bahwa kendaraan yang dikendarai sang kakak menabrak trotoar dan membuat mobil tersebut berguling hilang arah. Jean sempat terbangun namun setelah menggumamkan satu nama nafasnya berhenti berhembus, jantungnya berhenti berdetak dan suara rintihannya tak lagi terdengar.

Atnan berlari keluar rumah lalu melajukan motor besarnya menuju rumah sakit dimana tempat kakaknya berada. Saat datang ia disambut dengan tamparan keras dari sosok yang biasa ia panggil bunda, perempuan cantik itu menamparnya dengan keras lalu menyalahkan semuanya pada dirinya. Padahal Atnan juga tak tahu menahu mengenai ini semua, ia bahkan sangat bersedih kala mendengar kabar tersebut.

[BL] oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang