Mitos : Si Penghisap Darah

175 4 0
                                    

Arjuna Pati Genesis, cowok tinggi keturunan Jawa-Sunda itu biasa di panggil Ajun. Anak yang terkenal dengan sifat ramah dan murah senyumnya hanya saja ia sering mendapat gunjingan karena tinggi badannya yang ketinggian. Sebenernya gak setinggi itu cuma karna SNI laki laki Indonesia itu gak sampe 170cm jadi dia termasuk ke lelaki tinggi banget karena ada di 187cm. Ajun cuma bisa pasrah pas temen temennya panggil dia jerapah atau katanya bambu berjalan karena tingginya itu.

Btw hari ini tu semua mapel lagi jamkos bukan karena apa sih tapi karena emang ada kegiatan ke-olahragaan selama sepekan ini, Ajun tinggi dan udah pasti dia masuk ke tim inti basket tapi buat tanding di sekolahnya ini ia milih absen dan bermalas malasan dikelas. Ajun gak sendirian, banyak anak kelasnya yang milih buat stay dikelas daripada harus panas-panasan di lapangan.

"Ajun"

"Oy"

Jawab Ajun santai lalu melirik ketiga orang tamannya yang menatapnya penuh penasaran, Ajun angkat alisnya sebalah karena bingung.

"Ada apa?"

"Lo percaya vampir gak sih?"

Ajun terdiam lalu menggelengkan kepalanya, sedari kecil ia tak pernah percaya apalagi memikirkan akan adanya makhluk mitologi yang sering kali ia dengar dari pembicaraan teman-temannya.

"Lebih percaya kalo kita ama monyet satu keturunan"

"Si anjir"

Ketiganya berbalik, malas berbicara dengan Ajun yang nampak tak tertarik dengan pembahasan mereka.

"Sejujurnya gue pernah cari sih, Vampir itu ada dan nyata tapi katanya sembunyi di gunung xx. Konon katanya cuma satu orang yang beruntung yang bisa lihat kastil vampir itu"

Ajun mendengar jelas perkataan Medi didepannya, ia menggelengkan kepalanya heran.

"Almarhum kakek gue juga pernah cerita, dulu ada cowok ganteng yang bantuin desa buat maju tapi ternyata akhirnya minta tumbal. Kan kalian tahu ya kalo vampir itu minumnya darah, nah jadi setelah desa itu maju si vampir minta darah manusia sebagai balasan"

Fikri dengan antusias menceritakan pengalaman yang kakeknya alami itu, ia sering mendengar pembahasan ini ketika ia balik kampung ke kampung kakek dan neneknya.

"Dikasih nggak?"

"Nggak, ditawarin darah ternak malah marah terus dia porak porandain desa itu"

"Njirrr, serem juga"

Ajun sesekali melirik ketiga teman kelasnya itu, ia jadi ikut berfikir dengan obrolan mereka. Ada rasa penasaran yang mulai tumbuh di hatinya, apalagi mendengar nama gunung yang disebutkan berada tak jauh dari lokasi sepupunya tinggal.

"Ko jadi penasaran?"

🧛

Tak terasa kini sudah memasuki hari jumat, itu artinya kegiatan ke-olahragaan sebagai pengisi pekan kosong sehabis ujian selesai. Ajun berdiri menghampiri Dodit yang nampak kelelahan setelah bertanding basket melawan kelas sebelah.

"Nih minum"

"Thanks bro, capek banget lawan tim tenaga bison"

Ajun terkekeh mendengar kalimat yang Dodit lontarkan itu, yang Dodit maksud bison itu karena keberadaan Cakra di tim kelas sebelah yang merupakan salah satu pemain terbaik di tim inti basket sekolah mereka.

"Biasa lagi semangat-semangatnya tu anak"

"Hooh sampe kapanpun sebelum kita patah tulang mah si Cakra gakan pernah nyerah, gue akui dia emang pemain terbaik dah"

[BL] oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang