14. EGO

309 44 3
                                    

kalian belum tidur kah kok masih mau double up?

yauda nih aku kasih, met baca 🌷

***

Setelah apa yang terjadi, perubahan drastis jelas terlihat dari Hugo. Dia jarang di rumah, nggak lagi pernah ikut sarapan atau makan malam, lebih sering tidur di kelas, bahkan nggak sekali-dua kali dia dari rumah pakai seragam, tapi beloknya bukan ke sekolah. Catatan absen yang biasanya bersih dari alpha, kini beberapa kali ditandai alpha, oleh sebab itu pun, Hugo sampai mendapat panggilan orang tua.

Hugo secara sadar tahu kalau perbuatannya yang seperti itu, pasti hanya akan menimbulkan masalah baru, tapi dia nggak peduli dan justru terus mengulanginya. Hubungan Hugo dengan keluarganya pun bukan membaik justru kian memburuk.

Di rumah, dia didiamkan seperti orang asing. Nggak ada satupun anggota keluarga yang bertanya padanya kecuali Ghea, kendati Hugo tak meresponsnya dengan baik. Beberapa kali dia mendapat sindiran dari papanya, tapi Hugo nggak peduli dan bersikap seolah nggak mendengar apa-apa.

Bahkan ketika hari ini adik bungsunya berulang tahun, Hugo memilih buat nggak pulang. Dia hanya menatap layar ponsel yang memutar salah satu snap milik Elvano, hanya bisa memperhatikan lewat ponsel tanpa bisa ikut merayakan pesta seperti yang ada di rekaman video snap milik Elvano.

Memperhatikan betapa lebarnya senyum dan tawa keluarganya yang terabadikan dalam video snap setengah menit itu, Hugo hanya berdecih. Bahkan, mereka terlihat baik-baik saja tanpa Hugo. Justru lebih baik dengan tanpa adanya Hugo di sana.

"Liat apaan sih, bro? Melankolis amat." Suara milik Ardo membuat Hugo tersendat. "Wih, siapa tuh yang ulang taun?" tanya Ardo ketika dengan sengaja mengintip apa yang sedang Hugo lihat di ponselnya.

"Orang," sahut Hugo, langsung menyimpan kembali ponselnya dengan suasana hati yang buruk.

Dia bukannya nggak diajak, nggak ada juga yang melarang dia buat ikut merayakan, justru mamanya mengirim pesan pada Hugo memintanya untuk ikut merayakan ulang tahun si bungsu, tapi Hugo masih punya rasa malu, egonya juga tinggi.

Tapi setelah melihat keluarganya tampak baik-baik saja tanpa kehadiran Hugo, membuat Hugo merasa nggak terima. Hatinya kesal, tapi egonya berkata, jika Hugo juga bisa baik-baik saja seperti mereka baik-baik saja tanpa Hugo.

***

Hari ini, kelas Hugo ada jadwal pelajaran penjasorkes yang otomatis kegiatan pembelajaran dan penilaian dilakukan di luar ruangan. Berhubung waktu selesai jamnya bertepatan dengan istirahat, jadi setelah selesai banyak anak-anak kelas Hugo yang nggak langsung ganti baju, melainkan melipir ke kantin.

Hari ini cuacanya lumayan terik, matahari sedang semangat-semangatnya untuk bersinar. Ketika anak-anak kelasnya pada bubar sendiri-sendiri buat ke kantin, Hugo masih mejeng di bangku semen bawah pohon buat ngadem.

Namun beberapa saat kemudian, atensi Hugo dialihkan oleh kehadiran seorang cewek berkacamata yang menghampirinya.

"Go," panggil cewek itu yang nggak lain adalah Gemala.

"Hng?" sahut Hugo malas-malasan.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Gemala, menatap Hugo serius, sedangkan yang diajak bicara justru terlihat menyepelekan.

"Ngomong tinggal ngomong," sahut Hugo.

"Bukan di sini," ucap Gemala.

Hugo berdecak. "Lo nggak liat itu di atas mataharinya udah kayak mau gosongin orang? Ngomong aja di sini, gue dengerin," balas Hugo mulai emosi.

When The Sun Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang