12. KECEWA

329 44 6
                                    

"The water is bla bla bla the bottle. What's the right answer, in, on, or under?" Suara itu berasal dari Ghea yang saat ini sedang berada di ruang tengah bersama si bungsu, mengajarinya untuk mengerjakan soal bahasa inggris.

Dengan serius, Reon memperhatikan mamanya, tampak berpikir, kemudian menjawab, "On?" Dengan ragu-ragu.

Lalu Ghea tersenyum, menggeleng dan menyilangkan tangannya tanda jika jawaban yang diberikan Reon kurang tepat.

"Net not. The right answer is in," ujar wanita itu.

Reon mengerjap, menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan bertanya, "Kenapa in, Mama?"

"Adek lupa ya, 'kan udah pernah Mama ajarin waktu itu?"

Reon nyengir sambil garuk-garuk rambut. "Hehe."

"Okay, we have a pencil over here and we also have, what is it?" Ghea menunjukkan sebuah pensil di tangan kanannya dengan botol di tangan kirinya.

"Bottle!" jawab Reon.

Ghea tersenyum dan mengangguk. "Alright! Adek dengerin baik-baik, oke?"

"Yes, Mama!"

"Good. Let's start one, two, three, in, on, under, by, in, on, under, by, in, on, under, by, where is the pencil?" Ghea bernyanyi dengan memindahkan pensil yang dipegangnya, berpindah dari dalam, atas, bawah lalu samping, membuat pertanyaan untuk Reon tebak apa nama posisi pensil yang ditempatkan di samping botol.

"By!" Reon menjawab semangat.

Ghea mengangguk. "Good job! One more, in, on, under, by, in, on, under, by, in, on, under, by, where is the pencil?" Lalu mengulangi nyanyiannya dan menempatkan pensil di dalam botol.

"In!"

Ghea mengangguk dan tersenyum. "In, good job!" pujinya.

"More, I want more!" Reon berseru antusias, meminta mamanya untuk kembali bernyanyi dan membuat tebakan.

Ghea baru akan mengulanginya lagi sebelumnya atensinya beralih ketika mendapati Hugo yang barusaja pulang.

"Darimana aja, Go, kok baru pulang?" tanya Ghea, meletakkan botol dan pensil di tangannya, lalu wanita itu bangkit dan mendekati Hugo.

Hugo menoleh. "Nongkrong sama temen," jawabnya.

"Kok nggak ngabarin Mama kalau pulang telat?" tanya Ghea, ekspresinya yang tadi biasa saja langsung berubah waktu cium bau asing dari Hugo.

"Bau rokok?" tanya Ghea seraya mengendus seragamnya Hugo, spontan Hugo langsung mundur. "Kamu ngerokok?" Ghea kembali bertanya.

Hugo tersendat, tapi dia segera menguasai ekspresi wajahnya dan menyanggah dengan kalimat, "Apaan sih, Ma? Mana mungkin Hugo ngerokok? Dibilang habis nongkrong sama temen, mereka ngerokok tadi di sana, jadi nempel bau asap rokoknya. Udah 'kan? Hugo mau ke kamar, capek," ucapnya beralibi, kemudian segera berlalu pergi.

Ghea mengernyit, mau percaya sama ucapan Hugo, tapi firasat Ghea bilang sebaliknya. Masalahnya, kalau cuma bau asap rokok yang nempel, nggak mungkin sekuat itu. Apalagi Ghea tahu sendiri kalau Hugo paling nggak suka kalau disekitarnya ada bau nggak enak.

"Bang Go kenapa, Ma?" tanya Reon, membuat Ghea tersentak dari lamunannya tatkala suara tersebut menginterupsi.

"Hm? Bang Go capek habis pulang sekolah. Adek sampai mana tadi? Ayo dilanjutin lagi belajarnya, Mama temenin," ucap Ghea.

Tersenyum lebar, Reon pun mengangguk. "Ayo!" sahutnya.

Seraya mengikuti Reon yang kembali di tempat mereka tadi, Ghea menghela napas, memilih untuk mempercayai perkataan putranya, kendati firasatnya berkata lain. Semoga itu hanya perasaan Ghea saja.

When The Sun Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang