Ø1: MPLS

778 61 18
                                    

Pagi ini, ruang makan terdengar rusuh sebab si tengah atau Hugo terlambat bangun di hari pertamanya masuk sekolah, saat saudaranya yang lain sudah tak lagi di rumah karena memang sudah berangkat sekolah semua, Hugo masih grasa-grusu menghabiskan sarapannya dengan kilat.

"Pelan-pelan heh, nanti kesedak kamu kalau buru-buru. Makanya kalau dipanggil itu buruan bangun, alarm kalau udah bunyi jangan dimatiin ditinggal tidur lagi. Mama 'kan bilang semalem, jangan tidur malem-malem, nanti kesiangan," omel wanita paruh baya yang masih nampak cantik dan awet muda itu, meletakkan bekal makan siang di tas milik Hugo.

Hanya tersisa dirinya saja di rumah, sebab ia tak memiliki jam kerja tetap seperti suaminya, jadi ia bisa berangkat kapan saja menuju tempat kerjanya, kecuali jika memang sudah membuat janji pada jam tertentu.

"Ma, nggak mauu," tolak Hugo saat melihat mamanya memasukan bekal ke dalam tas.

"Ini hari pertama di sekolah, kamu 'kan belum tau kantinnya jualan apa, jadi makan bekal dari rumah dulu, besok-besok baru beli di kantin," ujar sang mama.

"Malu, Ma, masa anak cowok bawa bekal sih?"

"Abang juga bawa, udah jangan kebanyakan protes, gih sana berangkat kalau udah selesai sarapan. Hati-hati di jalan," ujar Ghea.

Memakai sebelah sepatunya yang belum terpakai, Hugo lantas menyambar tasnya di atas meja makan, lalu mencium tangan sang mama.

"Berangkat dulu, Ma!" Kemudian ia berlari menuju garasi, mengeluarkan motor dan pergi ke sekolah.

Seperti yang telah Hugo rencanakan, ia tidak mau sekolah di SMA seperti kedua kakak laki-lakinya, Hugo ingin sekolah di SMK, dan dikarenakan sekolah pilihan pertama Hugo terlalu jauh dari rumah, jadi kedua orang tuanya tak memberi izin, Hugo akhirnya sekolah di Cimut atau Citra Mutiara yang bertetangga dengan Lentera Bangsa, sekolah kakak kembarnya.

Dengan kecepatan seperti cahaya, Hugo mengendarai motornya, menyalip dan menyelip di antara kendaraan lain untuk menghindari kemacetan, beruntung sampai di sekolah gerbang belum tertutup-atau lebih tepatnya, nyaris tertutup.

Memarkirkan motornya dengan cepat, Hugo berlari untuk berkumpul di aula, sesuai intruksi yang telah diberitahukan melalui grup chat semalam. Sebab tak memerhatikan langkah, ia justru tak sengaja menabrak seorang gadis hingga keduanya sama-sama terkejut dan saling berpandangan, seolah memiliki efek slow motion, Hugo terpana sesaat melihat si empu yang tak sengaja ia tabrak.

Anjing, cantik, Hugo masih sempat-sempatnya membatin seperti itu.

"Sorry!" serunya, lalu berbalik meneruskan langkah cepatnya.

***

Seperti pada umumnya, ketika hari-hari awal masuk tahun ajaran baru, para murid baru akan melewati masa perkenalan sekolah atau yang seringkali disebut MPLS.

Dan pada momen-momen itu, mereka lebih banyak dikumpulin satu angkatan di lapangan. Daripada mengikuti serius acara MPLS yang dipandu sama OSIS, Hugo malah jelalatan, perhatiin cewek-cewek yang akan jadi teman seangkatannya nanti.

Pokoknya yang kelihatan cantik dan menarik, udah Hugo tandain mukanya, tinggal nanti saja beraksi modusnya. Karena jurusan yang Hugo ambil nggak ada ceweknya, jadi selama tiga tahun ke depan, Hugo cuma lihat manusia berbatang di kelasnya.

Selama Hugo amati, yang banyak panen cewek cantik itu dari jurusan kecantikan. Sesuai dengan nama jurusan, isinya juga cewek-cewek cantik, gimana Hugo nggak girang lihatnya.

Tapi, sejauh ini yang menarik perhatian Hugo malah satu cewek dari jurusan TKJ. Dia kelihatannya pendiam dan pemalu, kalau boleh menilai dari luar, Hugo menebak sih dia tipe cewek rumahan yang hobinya kalau nggak baca buku ya belajar.

When The Sun Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang