27. SUNFLOWER

269 46 4
                                    

Dalam hidup memang selalu ada sesuatu yang tak berjalan sesuai rencana dan keinginan kita. Beberapa hal mungkin perlu dilepaskan, beberapa hal mungkin juga perlu direlakan.

Ada banyak hal yang Hugo lalui selama empat bulan ini, ada banyak pelajaran juga yang bisa Hugo ambil dari kondisinya selama ini. Kendati jauh di dalam lubuk hatinya Hugo masih belum rela, dia masih berusaha membiasakan hidup tanpa melakukan kebiasaan yang sebelumnya sering dia lakukan.

Jika sebelumnya Hugo sekolah dengan semaunya, sekarang dia lebih serius dan ambisius pada nilai akademik dan praktikumnya. Tangan Hugo sudah sepenuhnya sembuh, meskipun dokter berpesan untuk tidak melakukan aktivitas berat supaya tulang tangannya tidak trauma.

Banyak hal yang Hugo tinggalkan, dan banyak hal baru yang Hugo lakukan. Jika sebelumnya, Hugo suka mencari cewek cantik dan bergonta-ganti pacar, maka sekarang, Hugo sudah benar-benar jomlo. Pertama kali dalam sejarah hidup Hugo, Hugo jomlo. Hugo banyak menghabiskan waktu luangnya untuk mendengarkan musik, belajar, dan melukis.

Katanya, mendengarkan musik atau melukis bisa menjadi self healing. Hugo yang sebelumnya gemar modif motor dan bermain voli, kini mengubah kebiasaan itu dengan mendengar musik dan melukis. Hugo belum pernah melukis apalagi sampai menyentuh alat lukis, tapi sekarang, dia punya lengkap, mulai dari cat, kanvas, pallet, kuas, dan peralatan lukis lainnya.

Hugo menjadi orang yang suka menghabiskan waktu sendiri, dia bisa berjam-jam hanya untuk melukis dan mendengarkan musik. Ghea sampai khawatir dengan kebiasaan menyendiri Hugo, tapi Hugo mengatakan, kalau dirinya baik-baik saja, perasaannya menjadi lebih baik ketika melukis atau mendengarkan musik.

Dan tanpa Hugo sadari, apa yang dilakukannya, diam-diam selalu diperhatikan oleh adik bungsunya. Reon merasa, abangnya itu menjadi orang yang lebih banyak diam dan suka menyendiri. Jarang merecoki Reon apalagi sampai adu mulut dengan Elvano seperti sebelumnya. Jauh dalam lubuk hatinya, Reon merasa rindu, walaupun kadang Hugo kalau jahil keterlaluan.

Karena itu pun, Reon sampai minta ke mamanya buat dibeliin alat lukis lengkap seperti yang Hugo punya. Setelah mendapat apa yang dia mau, ketika melihat Hugo keluar kamarnya membawa peralatan lukis, Reon diam-diam membututi.

Hugo sudah duduk manis di depan kanvas sambil menuang catnya ketika tiba-tiba orang yang nggak diundang kehadirannya datang, mengambil tempat di samping Hugo. Hugo agak kaget, dia juga heran, kenapa adik bungsunya itu tiba-tiba nimbrung dan membawa peralatan lukis seperti miliknya, bukan pada kertas melainkan kanvas dan lengkap dengan peyanggganya.

"Mau ngapain kamu?" Hugo bertanya dengan nada bicara khasnya.

Reon yang sedang menata peralatan lukisnya menoleh. "Bang Go nggak liat?"

"Dih, emang bisa?" Hugo meremehkan.

Reon langsung membantah, "Bisa laahh!! Reon juga suka melukis di sekolah, kan Reon ikut kelas lukis juga!" ujarnya menggebu-gebu.

Hugo menghela napas. "Serah dah," sahutnya cuek, lalu kembali fokus pada alat lukisnya sendiri.

Beberapa waktu berlalu, mereka hanya diam. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan lukisannya, beberapa kali Reon melirik Hugo yang sepertinya ada di mode fokus tingkat tinggi, ekspresinya kelihatan serius, memandangi goresan kuasnya di kanvas.

"Bang Go," panggil Reon ketika lukisan miliknya selesai, sedangkan Hugo masih sibuk coret sana-coret sini.

"Hng?" sahut Hugo tanpa mengalihkan atensinya.

"Gimana perasaan Bang Go?" tanya Reon, memusatkan perhatiannya pada Hugo yang masih fokus.

"Perasaan apa?" tanya Hugo.

When The Sun Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang