EPILOGUE

338 40 8
                                    

Suara kicau burung pantai beradu dengan deburan ombak, lengkap desiran angin yang menciptakan suasana khas dan sejuk, membawa aroma asin dan amis dari air laut.

Birunya langit bersama kapas-kapas awan menjadi pemandangan yang memanjakan mata membuat siapa saja betah untuk berlama-lama memandanginya. Dalam lamunan dalamnya, Hugo tersentak ketika mendengar namanya tiba-tiba dipanggil.

"Go!"

Mencari arah si pemanggil, tatapan Hugo langsung terkunci pada sesuatu berbentuk bulat dengan warna khas biru-kuning yang dibawa oleh si empu pemanggil namanya. Hugo membeku di tempatnya, mendadak jantungnya bertalu-talu.

"It's your time, Boy!" Seruan Ghea membuat Hugo menoleh cepat, hingga pandangnya mendapati sang mama yang tersenyum hangat melambai-lambaikan tangannya secara antusias seolah memberi dukungan pada Hugo.

"Your time to shine!" Ghea kembali berseru, hingga Hugo merasakan angin pantai yang berembus membuat bulunya berdiri merinding.

Time to shine?

Hugo mengerjap lambat, lalu pandangannya beralih pada Elvano yang membawa sebuah bola voli di tangannya.

"Malah ngelamun! Ayo, Go!" seru Elvano mengambil posisi untuk melakukan servis bersama Elkano yang mengikuti di sampingnya.

"Ayo!" Sebuah tepukan di punggung Hugo bersama dengan seruan mengajak itu membuat Hugo tersentak.

Hugo melihat papanya juga ikut memposisikan diri, pria paruh baya itu menatap ke arahnya dengan sebuah senyum simpul yang terulas.

Is it okay? Sudah dua tahun Hugo istirahat dari voli, apa akan baik-baik saja kalau dia kembali melakukannya? Hugo menatap kepalan tangannya yang terbuka, cowok itu meneguk saliva, kemudian berlari menghampiri papa dan abang kembarnya.

"Ayo!" seru Hugo mengundang senyuman lebar dari anggota keluarganya yang lain.

Elvano berseri-seri, cowok itu mulai melakukan gerakan servis hingga bola berwarna kuning biru yang khas itu melambung ke udara dan berhasil dikembalikan oleh Hugo.

I did? Hugo membatin dengan ekspresi tak percaya ketika servis dari Elvano berhasil diterimanya dengan baik. Matanya membulat menatap bola itu melambung ke udara dan diterima oleh Elkano.

"BANG GO SEMANGAATT!!"

"BANG GO PASTI BISAA!!"

Hugo menoleh, senyumnya spontan terulas ketika ia melihat adik bungsunya melompat-lompat sambil meninjukan tangannya ke udara, memberi semangat pada Hugo bersama sang mama yang tersenyum lebar memberi tepuk tangan.

Hal tersebut berhasil memberi Hugo semangat dan rasa percaya diri, cowok jangkung itu tersenyum lalu kembali fokus pada bola voli yang masih teroper sampai giliran Hugo yang memberi pukulan balik.

Dapat Hugo rasakan dengan jelas bagaimana sensasi ketika bola mengenai lengannya dan dapat ia lambungkan ke arah lawan, sesuatu yang membuat dada Hugo dipenuhi oleh perasaan rindu.

"YOU DID IT, BOYY!!"

Hugo terhenyak, dia kembali menoleh cepat ke arah mamanya yang menyerukan kalimat itu. Wajah berseri-seri yang menyunggingkan senyum bangga itu membuat Hugo mendadak emosional sampai rasanya nyaris menangis.

"Ayo, Go! Bagus, Go!" seru Elvano turut memberi semangat selagi Elkano lah yang menerima operan bola.

Hugo sebetulnya nggak menyangka kalau mereka bakal bermain voli seperti ini. Mereka ke pantai hanya berniat untuk piknik dan berenang sebagai refreshing selagi Elvano dan Elkano ada di rumah karena sedang libur semester. Hugo bahkan nggak tahu dari mana abangnya itu bisa mendapatkan bola voli, tahu-tahu dia sudah mengajak bermain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Sun Is ShiningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang