*****
Ananda membanting pintu kamar dan menguncinya setelah Adan mengantarnya pulang. Dia menghapus asal make-up di wajahnya, lalu dia berlari melempar tubuhnya ke tempat
tidur. Ananda terus menangis sepanjang jalan tadi."Kenapa...,""Kenapa tidak ada yang benar-benar tulus mencintaiku...," Gumam Ananda menenggalamkan wajahnya ke bantal.
Tok
Tok
TokSuara ketukan pintu membuat Ananda cepat berlari ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang penuh air mata.Ia berjalan dengan pelan
menuju pintu kamarnya lalu membukanya."Surprise!!!" Teriak pria jangkung membawa se-bucket bunga. Pria itu sangat mirip Ananda, namanya Andrew kakak dari Ananda yang berbeda 4 tahun dengannya. Ananda melihat Andrew langsung menghamburkan pelukannya dan menangis terisak. Andrew terdiam dan membalas pelukan adiknya. Setelah beberapa saat, Andrew melepas pelukannya dan menghapus air mata sang adik, lalu dia memberi tatapan sayup kepada Adiknya yang masih tertunduk.
"Ada apa?" Tanya Andrew pada adiknya. Ananda hanya menggelengkan kepala.
Tentu Andrew tidak percaya.
"Baiklah, jika kamu tidak mau mengatakannya. Aku akan mengambil tugas di luar kota lagi, karena adikku satu-satunya sudah tidak membutuhkanku" Ancam Andrew. Ananda tertawa dalam isaknya dan memukul dada bidang sang kakak.
"Aku hanya stress dengan kuliahku. Itu membuatku gila."
Ananda menarik sang kakak masuk ke dalam kamarnya. Ia tersenyum saat melihat di tangan Andrew ada bunga.
"Apakah itu untukku?" Ucapnya sambil menunjuk bucket bunga tersebut. Andrew menaikkan tangannya dan melihat bucket itu, mengangguk, lalu memberikannya pada Ananda.
"Kamu memang romantis" Ucap Ananda sedikit memukul pelan dada Andrew. Sambil tertawa, Andrew berjalan menuju meja rias Ananda lalu duduk di kursinya.
"Tentu saja, aku-kan pria romantis peringkat pertama" Ucapnya dengan wajah tengil.
Ananda roll eyes mendengar itu.
"Siapa yang memberimu peringkat?" Tanya Ananda dengan melipat kedua
tangannya di dadanya seperti menantang.
"Kamu" Jawab Andrew.
"Sangat percaya diri, tapi menurutku Ilyas kecil masih jauh lebih romantis, dia selalu
memberiku susu kotaknya." Membuat Andrewmerasa terkhianati.
"Kamu adalah pencuri teman" Bentak Andrew dengan nada bercanda.
"Yakkk apa maksdumu?" Teriak Ananda. Andrew berdiri lalu merangkul bahu Ananda.
"Karena Ilyas adalah temanku sedari kecil, tapi kamu selalu merebutnya dariku. Di saat
kamu menangis, kamu lebih ingin Ilyas memelukmu daripada kakakmu sendiri" Membuat
Wajah Ananda memerah. Tiba-tiba, Andrew mencium pipi Ananda dan melepaskannya.
"Lupakan, siap-siaplah. Kita akan berkencan malam ini" Andrew lalu meninggalkan Ananda.***
Andrew dan Ananda sedang melakukan makan malam di luar, Andrew makan dengan lahap sedangkan Ananda hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ingin memakannya. Melihat itu, Andrew menghentikan kegiatannya.
"Kenapa?" Tanyanya khawatir. Ananda menoleh
"Tidak papa" Jawab singkatnya. Andrew lalu menyendok makanannya lalu menyuapi Ananda secara paksa.
"Makan, buka mulutmu!!" Paksa Andrew. Mau tidak mau Ananda harus membuka mulutnya.
Ting!!
Ting!!
Ting!!
Ting!!
Ting!!
Bunyi notifikasi ponsel Ananda.
Karena penasaran, Ananda mengambil ponsel yang ia simpan dalam tasnya. Ananda menyalakan ponselnya lalu mematikannya kembali."Ada apa?" Tanya Andrew penasaran.
"Tiba-tiba instagramku difollow banyak fake account" Jawab Ananda dengan heran
"Itukan sering terjadi" Balas Adrew, Ananda mengangguk.
"Iya, tapi tidak langsung bersamaan seperti itu." Masih merasa heran
"Lupakan, habiskan makananmu lalu kita pulang."-Sisi lain disebuah perkotaan-
"Apa kalian sudah ngefollow Ananda??"
"Sudah" Jawab kompak tiga pria yang absrud.
"Dengan cara ini kita bisa mengetahui Ananda ada kegiatan apa saja dari Insta storynya." Ucap Benny
"Bagaimana kalau Ananda tidak membuatnya?" Ariel bertanya.
Adit dan Ilyas hanya menyimak."Tidak mungkin, hampir sebagian besar wanita akan membuat Insta Story tiap saat kecuali dia sudah mati" Jawab Benny.
"Jadi, kita tunggu saja kabar darinya." Semuanya mengangguk. Benny melihat kearah Ariel
"Biar aku yang membayar billnya" Wajahnya langsung berbinar. Namun bukan Ariel melainkan Ilyas
"Ahhhh gwenchanayo, biar aku yang membayarnya" Seolah-olah ingin membuka dompetnya.
"Baiklah" Ujar Benny, Ilyas langsung merangkul Benny dengan tawa yang canggung.
"Hehe kamu saja, ya? Aku hanya bercanda. Jangan sampai dompetku yang tadinya gwenchana menjadi benchana."
Benny menghelai nafas "mm...sudah ku duga" Lalu mengambil billnya dengan wajah yang masem.***
NGECAEPKKK.... JANGAN LUPA BERI VOTEE!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Seperti Angin
Teen Fiction"Seperti angin, aku senang terbang bebas hanya untuk menatapmu. Disaat hatimu merasa hembusan angin itu pergi, aku tetap ada di sekitarmu." -- Kanz Ilyas. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Kanz Ilyas yang jatuh cinta pada teman m...