Ilyas dan Ananda duduk berdampingan di kursi taman kota, mereka saling diam sejak tadi. Hari semakin malam membuat Ananda kedinginan. Merasakan itu, Ilyas membuka jaketnya dan memakaikannya pada Ananda.
"Dari mana saja kamu?" Ananda buka suara.
"Aku di kota X." Jawab Ilyas sedikit gugup. Ananda menggempalkan tangannya seperti ingin memukul Ilyas.
"Kenapa?--"
"Kenapa kamu tidak pamit denganku?" Ucap kecewa Ananda.Ilyas menghirup nafas yang panjang, lalu membuangnya. Ia merasa sudah waktunya.
Ilyas mengambil tangan Ananda dan menggenggamnya sangat erat.
"Dengarkan aku--"
"Apapun yang aku katakan, kamu tidak boleh memotong atau membantahnya. Aku hanya ingin kamu mendengarkannya saja, paham?" Kata Ilyas pada Ananda, Ananda mengangguk patuh."Baiklah, pertama-tama aku ingin mengatakan kepadamu kenapa aku meninggalkan kota ini. Alasannya karena hatiku sudah sangat sakit dan sudah tidak sanggup lagi---,"
"Tapi rasa itu tidak pernah hilang malah membuatku semakin menderita lebih dari sakit yang kudapatkan. Melihatnya bahagia dengan pilihannya, membuatku merasa aku harus juga berbahagia untuk itu tapi aku bukan pembohong yang handal. Hatiku mati berkali-kali--"
"Kamu tahu kenapa aku masih sendiri sampai sekarang?" Tanya Ilyas pada Ananda, membuatnya menggeleng.
"Karena aku berharap orang itu akan sadar dengan kehadiranku, rasa cintaku bukan hanya sebatas jadi seorang kakak." Ananda shock dan melepas genggaman tangan Ilyas. Dia tahu, siapa orang yang Ilyas maksud. Yaitu, dirinya.
Ilyas tetap melanjutkan perkataannya."Aku seorang pria dewasa. Sangat bodoh untuk tidak menyadari bahwa aku mencintainya. Sudah 7 tahun...," Ilyas tertawa hambar menahan rasa sakitnya.
"Aku menyimpan perasaanku dengan dalam. Dan setiap hari menepisnya, apa aku berhasil? Tentu saja tidak...," Ilyas menatap Ananda yang sudah menitihkan air mata.
"Rasanya sangat sulit mencintaimu Ananda. Tiap kali aku ingin menyatakan perasaanku, hal pertama yang kamu katakan padaku saat bertemu denganku adalah "Kau sangat bahagia dengannya". Lalu, aku bisa apa? Merusak kebahagiaanmu? Tidak." Mata Ilyas
mulai memerah menahan tangisannya."Aku tidak memaksa siapapun untuk mencintaiku. Tapi, bolehkah aku bahagia sebentar saja dengannya? Aku hanya merasa dunia ini tidak adil untukku. Tuhan hanya memberiku rasa cinta untuk ku berikan pada orang lain, namun tidak memberikannya untukku--" Ilyas menjatuhkan dirinya ke tanah karena sudah tidak sanggup menahan tubuhnya. Ananda ingin membantunya berdiri namun Ilyas menepisnya. Ia bangkit sendiri dan berdiri di hadapan
Ananda, spontan Ananda juga bangkit dari duduknya."Aku sangat mencintaimu, Ananda." Ungkap Ilyas. Ananda langsung memeluknya dan menangis di pelukan Ilyas.
"Maafkan aku, maafkan" Ucap Ananda semakin terisak. Ilyas pun ikut menangis.
Benny, Adit dan Ariel menyaksikan semuanya sedari tadi. Mereka juga ikut sedih keadaan Ilyas, seseorang yang selalu sok cool dan konyol ternyata menyimpan cinta yang besar untuk seorang gadis baru menginjak usia dewasa. Ananda melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Ilyas.
"Maafkan aku tidak menyadari itu. Tapi Ilyas, kamu hanya seorang kakak untukku. Aku memang selalu memikirkanmu bahkan mencintaimu tapi bukan sebagai seorang wanita
pada pria dewasa, tapi sebagai adik dan kakak. Maafkan aku." Ucap Ananda
meninggalkan Ilyas di sana sendirian.****
Sosad~
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Seperti Angin
Teen Fiction"Seperti angin, aku senang terbang bebas hanya untuk menatapmu. Disaat hatimu merasa hembusan angin itu pergi, aku tetap ada di sekitarmu." -- Kanz Ilyas. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Kanz Ilyas yang jatuh cinta pada teman m...