Olivia Bonaventura

19 3 0
                                    

****SEBELUM MEMBACA ALANGKAH BAIKNYA BERI VOTE DAN KOMEN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*
*
SEBELUM MEMBACA ALANGKAH BAIKNYA BERI VOTE DAN KOMEN!!!

🍉🍉🍉

Ilyas sudah tiba di rumah megah Mr. Bob, Ilyas keluar dari mobil disambut oleh satu pelayan. Dia diundang untuk makan malam bersama. Mr. Bob dan Ilyas sekarang bukan lagi sebatas atasan dan bawahan, mereka semakin akrab karena Ilyas dekat dengan anaknya. Awalnya Mr. Bob tidak pecaya bahwa Olivia anaknya berteman spesial dengan Ilyas. Namun mau bagaimana lagi, Mr. Bob sudah melarang dan berusaha mencarikan yang lebih baik dari Ilyas, mapan secara finansial, berpendidikan dan lebih tampan. Tetapi, semuanya gagal. Yang tadinya Mr. Bob merasa sang putri akan menerima pilihannya, sayang seribu sayang Mr. Bob malah mendapatkan respon yang tidak baik dari Olivia. Olivia mendiami Mr. Bob berhari-hari sehingga membuat Mr. Bob merestui keputusan anaknya.

"Selamat malam." Sapaan Ilyas pada semuanya. Keluarga Mr. Bob sedang berkumpul di ruang tamu, mulai dari mama Mr. Bob hingga saudara-saudaranya. Kedatangan Ilyas membuat mereka semua menghentikan kegiatannya. Mr. Bob jalan ke arah Ilyas yang masih berdiri di tengah-tengah ruang tamu.

"Selamat malam, Ilyas." Balas Mr. Bob dan menyuruh Ilyas bergabung. Ilyas duduk di sofa melingkar milik Mr. Bob, sofa itu sangat panjang dan lebar muat dua puluh orang. Ilyas duduk di samping Olivia yang sedaritadi menunggunya.

"Apa aku telat?" Bisiknya pada Olivia, Olivia menggeleng

"Tidak juga." Balas ketusnya. Ilyas heran dengan nada ucapan Olivia padanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Ilyas. Olivia hanya diam membuat Ilyas bingung. Tiba-tiba Olivia menarik tangan Ilyas hingga beranjak dari duduknya.

"Ayah, aku dan Ilyas ke kamar dulu." Pamit Olivia pada ayahnya. Tanpa menunggu jawaban Olivia dan Ilyas meninggalkan keluarga Mr. Bob.

****

Sesampainya di kamar, Olivia mengunci dirinya bersama Ilyas didalam. Olivia menyuruh Ilyas untuk duduk di ranjangnya. Sedangkan dirinya mengotak atik ponselnya mencari sesuatu.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." Kata Olivia yang berdiri dihadapan Ilyas. Setelah mendapatkan apa yang ia cari Olivia menyodorkan layar ponselnya membuat Ilyas kaget bukan main.

"Darimana kamu mendapatkannya?" Tanyanya pada Olivia, ternyata yang Olivia tunjukkan adalah foto dimana Ananda mencium Ilyas tadi di parkiran hotel. Olivia melempar ponselnya ke atas ranjang dan menatap tajam kearah Ilyas yang sudah gugup.

"Siapa gadis itu?" Tanya Olivia tanpa menjawaban pertanyaan Ilyas. Ilyas bangkit dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Itu Ananda, teman kecilku. Aku bisa jelaskan padamu Olivia." Ucap Ilyas
"Aku tidak peduli Ilyas!!!" Bentak Olivia, Ilyas berusaha menenangkannya, namun membuat kemarahan Olivia semakin menjadi-jadi.

"Apakah kamu menyewa seorang pelacur untuk menemanimu tidur malam ini?"

"Aku sudah menelfonmu seharian, aku mengkhawatirkanmu sepanjang hari. Tapi apa yang kudapatkan? " Olivia melangkah semakin dekat dengan Ilyas. Wajahnya dan Ilyas hanya berjarak lima cm saja.

"Aku memang bukan siapa-siapamu yang perlu mengaturmu. Tapi, apakah aku kalah dengan seorang pelacur?"

"Yakk Olivia!!!! Kamu sudah keterlaluan!" Ilyas meninggikan suaranya hingga membuat Olivia sedikit takut dengan reaksi Ilyas yang pertama kali ia lihat. Ilyas mencengkram bahu Olivia dengan tatapan marah.

"Yang harus perlu kamu tahu, Olivia. Aku tidak seburuk apa yang kamu pikirkan. Dia adalah Ananda teman kecilku, dulu memang aku mencintainya tapi dia menolakku. Aku menerima keputusannya lalu kamu datang, aku berusaha menerima takdirku juga berharap kamu adalah orang yang tepat untukku. Jika kamu tidak punya rasa percaya padaku bagaimana aku bisa membuktikannya padamu? " Ucap panjang lebar Ilyas pada Olivia. Ilyas melepas cengkaramnya dan mengalihkan tangannya mengusap pipi Olivia.

"Dia menciumku, aku pun tidak tahu dia akan menciumku tap---"

"Tapi kamu menikmatinya." Potong Olivia, Ilyas menurunkan tangannya.

"Kamu berpikir aku kenikmatinya?" Ucap Ilyas dengan wajah penuh kekecewaan.

"IYA!!! AKU TAHU KAMU AKAN MENIKMATINYA. SIAPA YANG TIDAK AKAN MENIKMATI JIKA SEORANG GADIS CANTIK MENCIUMMU?!!" Kata Olivia membuat Ilyas menggeleng tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. Ilyas sedikit mendorong tubuh Olivia untuk melangkah pergi, sedikit berlari Ilyas menuruni tangga yang disadari oleh Mr. Bob. Mr. Bob melihat wajah Ilyas yang tidak seperti biasanya, Ilyas melangkah cepat menuju padanya.

"H--ai Ilyas ada apa?" Tanya Mr. Bob yang khawatir terlebih lagi ia tidak melihat putrinya.

"Aku pamit dulu Mr. Bob" Ilyas meninggalkan rumah Mr. Bob dengan keadaan yang sangat marah.

****

"Brengsek!" Ilyas melempar kunci mobilnya dengan sembarangan, ia sudah sampai di rumahnya. Dia membuang tubuhnya di sofa ruang tamu, mencari rasa nyaman. Ia memejamkan matanya berharap bebannya bisa hilang.

"Ya Tuhan, ini membuatku gila." Gumam Ilyas

Tok!
Tok!
Tok!

Ilyas spontan membuka matanya lalu bangkit dari sofa. Ia berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang, Ilyas membuka pintu rumahnya...

"Hai, maaf mengganggumu tapi Ilyas bisa kah aku menumpang malam ini?"

"Hai, apa yang terjadi, Jasmine? Mari masuk, kamu sangat basah." Ilyas mempersilahkan Jasmine untuk masuk.

Seluruh tubuh Jasmine basah akibat hujan deras, Ilyas menyuruh Jasmine mandi terlebih dahulu di kamarnya. Ilyas menyuruh Adit dan istrinya untuk membelikan pakaian dalam untuk Jasmine walaupun sedikit malu bertanya, mau tidak mau Ilyas menanyakan ukuran dalamannya. Sembari menunggu Jasmine mandi, ia mengeluarkan satu setel pakaian tidur untuk Jasmine gunakan. Karena, Jasmine hanya membawa dirinya saja. Ia meletakkan baju itu dikasur tidurnya.

Tok!
Tok!

Ilyas tahu siapa yang mengetuk pintu rumahnya itu pasti adalah Adit.

"Yakk!!! Kenapa kamu menyuruh kami membeli pakaian dalam wanita? Apa kamu sedang bersam-- habshsb" Ilyas dengan cepat membungkam mulut Adit dengan tangannya.

"Usshhh!! Brisik, sini barangnya." Ilyas mengambil kasar papper bag dari tangan Adit lalu mendorongnya keluar dari pintu rumahnya.

"Pulanglah, makasih!!!" Ilyas langsung menutup pintu rumahnya dengan keras, Adit terus mengumpat diluar sana. Ilyas hanya tertawa dan berjalan menuju kamarnya untuk meletakkan papper bag yang berisi dalam disamping baju tidur.

Menjadi Seperti AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang