kekacauan

12 1 0
                                    

****🍉🍉🍉🍉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*
*
🍉🍉🍉🍉

Ilyas berlari memasuki kantornya. Dengan wajah yang panik, ia membongkar semua tumpukan dokumen di atas mejanya. Namun, apa yang dia cari tidak ada disana. Ia beralih mengecek e-mailnya, memang benar ada e-mail dari Mr. Roger.

"Kenapa Mr. Roger membatalkan kerja sama? Apakah saham yang ku berikan itu kurang?" Ilyas kembali mengecek e-mailnya. Ternyata bukan hanya Mr. Rogen, perusahaan jasa ekspor bunga yang berkerja sama dengan Ilyas tiba-tiba memutuskan kerja samanya.

"YaTuhan, apa yang terjadi?" Ilyas terduduk lemas dikursi kantornya. Ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi, Ilyas mencoba menelfon semua kliennya namum hasilnya sia-sia. Dia melempar ponselnya ke lantai membuat ponsel itu rusak parah.

Tok!

"Masuk!!"

Jasmine masuk ke dalam kantor Ilyas dengan sebuah kresek ditangan kanannya. Ia menaruh kresek berisi makanan itu di meja tamu Ilyas. Lalu Jasmine berjalan menuju Ilyas yang sedang menunduk memegang pelipisnya, di tengah jalan Jasmine menginjak beberapa serpihan dari ponsel Ilyas yang sudah hancur itu. Jasmine mengambilnya dengan rasa kebingungan.

"Ada apa?" Tanya Jasmine yang sudah berada di dekat Ilyas yang masih menunduk. Ilyas mengangkat kepalanya dan menatap Jasmine dengan tatapan sangat sedih. Jasmine melihat wajah Ilyas seperti itu langsung berjongkok di hadapan Ilyas.

"Hai, ada apa?" Tanyanya lagi. Dengan perasaan kacau Ilyas menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Aa-ku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Jasmine. Karyawanku menelfonku subuh tadi dan mengabarkan bahwa semua klienku memutuskan kontrak denganku padahal beberapa hari yang lalu aku baru saja menandatangani supplier bunga untuk tokoku, tapi tiba-tiba saja mereka membatalkannya. Ak--u tidak tahu, Jasmine. Itu membuat usahaku merugi banyak." Kata Ilyas yang sudah putus asa dengan semuanya. Jasmine menatapnya dengan iba, Jasmine beranjak dan memeluk Ilyas dan berusaha menenangkan Ilyas sebisanya.

"Bisnisku akan hancur." Kata Ilyas dengan suara sedikit gemetar.

"Bisnismu tidak akan hancur. Aku bersamamu dan membantumu." Ucap Jasmine yang masih memeluk Ilyas yang sudah menangis di pelukannya

****

"Kenapa Ilyas tidak mengangkat telfonku, padahal dia sudah berjanji padaku hari ini." Andrew memasuki kamar adiknya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia mendengar apa yang adiknya itu katakan, Ananda tidak menyadari bahwa sang kakak sudah berada di dalam kamarnya karena Ananda membelakanginya.

"Ya mungkin saja dia sedang sibuk? Maybe." Ananda membalikkan badannya pada sang kakak yang sudah berada di tempat tidurnya.

"Tapi, dia sudah berjanji padaku." Kata Ananda yang sudah badmood. Andrew tertawa melihat tingkah laku adiknya itu. Ia berdiri dari tempat tidur lalu memeluk adiknya dari belakang.

"Bagaimana kalau aku saja yang menemanimu?" Tawar Andrew. Ananda melepaskan pelukan sang kakak dan bertatapan dengannya.

"Mmm.. Nanti kupertimbangkan." Ucap Ananda seperti menggoda Andrew. Andrew kembali tertawa.

"Apakah adikku sekarang bisa menggodaku seperti itu? Itu murahan sekali." Ananda memanyunkan bibirnya. Dengan cepat Andrew mencium pipi adiknya sekilas.

"Bersiaplah, aku menunggumu di luar."

Setelah bersiap, Ananda dan Andrew berangkat menuju pusat perbelanjaan. Di saat mereka sedang asik berjalan-jalan tanpa sengaja Ananda menabrak bahu seorang wanita membuatnya menghentikan langkahnya.

"Maafkan aku." Ucap maaf Ananda. Orang itu hanya melihatnya tanpa mengatakan apa-apa. Ananda melambaikan tangannya agar orang itu berhenti menatapnya.

"Ada apa? Kamu terluka?" Tanya Ananda yang khawatir jika orang itu terluka. Bukan sebuah jawaban Ananda dapatkan melainkan sebuah tamparan keras di pipi kanannya. Andrew melihat itu dengan cepat mendorong wanita itu..

"Yak apa yang kamu lakukan pada adikku!!" Bentak Andrew pada wanita itu. Bukan rasa takut wanita itu tunjukkan pada Andrew. Ia malah menatapnya dengan tajam.

"Adikmu? Apakah adikmu berkerja sebagai pelacur?" Ucap wanita itu, Ananda dan Andrew kaget mendengar apa yang wanita itu lontarkan padanya. Andrew mengepalkan tangannya seperti ingin menghajar wanita itu tapi dicegah oleh Ananda.

"Kenapa kamu bilang seperti itu? Kita baru saja bertemu." Ujar Ananda. Karena kenyataannya memang benar, mereka baru saja bertemu. Wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menunjukkan sebuah foto pada Ananda dan Andrew.

"Kamu kan wanita yang sedang mencium kekasihku?" Semuanya terkejut dengan foto itu, dengan rasa gugup Ananda menanyakan dari mana wanita itu mendapatkan foto itu.

"Yang pertama harus kamu tahu, aku Olivia, pacar dari pria yang kamu cium itu."

Menjadi Seperti AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang