Tiga tahun berlalu

23 5 0
                                    

Sembari membaca lebih baik beri vote atau komennn!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari membaca lebih baik beri vote atau komennn!!

****

Di pesisir pantai, Ananda diam memandangi langit membiarkan angin-angin itu memeluknya.

"Aku bisa merasakanmu---" Ia menuju air dan berjalan di sekitaran sana.

"Aku menyesal sudah membuat keputusanku yang besar--"

"Apakah aku masih bisa mendapatkannya?" Guman Ananda, ia kembali berjalan menuju pantai.

"Aku senang melihat indahnya pesisir pantai, senang melihat senja. Namun, kamu tidak pernah ada."

Ananda mendudukkan dirinya, memeluk kedua lututnya.

"Aku sudah menyesal menyia-nyiakanmu saat itu. Aku merasa cintaku pada Adan sangatlah besar. Namun, aku salah. Saat kamu meninggalkan kota ini. Hatiku berkata, aku orang paling bodoh karena sudah menolakmu. Adan sudah mengkhianatiku dan lebih memilih orang yang  baru ia kenali karena aku menjaga diriku. Apa aku salah mengharapkanmu kembali? "

"Aku akan menyusulmu. Maka tunggulah aku."

***

"Wah berapa banyak wanita yang kamu kencani hari ini?." Ucap Jasmine melihat Ilyas senyum-senyum sendiri melihat ponselnya.

Ilyas pura-pura menghitung jarinya.

"Hmm 10." Mereka tertawa bersama. Ponsel Ilyas berbunyi menandakan ada pesan masuk, senyum Ilyas semakin melebar dan membalas pesan itu. Wajah Jasmine mengeluarkan ekspresi sedih, seketika terubah kembali saat Ilyas berbalik padanya.

"Ini dari Olivia, dia mengajakku berkencan sabtu nanti."

Ohiya, Ilyas dan Olivia semakin dekat selayaknya sepasang kekasih. Namun, belum ada ikatan antara mereka. Dalam tiga tahun  ini, semuanya telah berubah. Ilyas mendapatkan jabatan di PTT dan mendirikan bisnis di luar membuat keuangannya semakin membaik. Benny, sama seperti Ilyas, berhasil mendapatkan posisi yang lebih dari sebelumnya. Sedangkan Adit dan Ariel, mereka sudah menikah dan Ariel sudah mempunyai satu anak laki-laki. Jasmine? Dia melanjutkan bisnis orang tuanya atas saran Ilyas. Ilyas sangat membantunya belajar mengelola bisnis, sesekali ia hunting foto sebagai pelengkap  hidupnya.

Soal perasaannya ke Ilyas, dia tidak pernah berhasil memadamkannya. Jasmine tidak tahu, kapan dan bagaimana ia akan membuang semua perasaannya.

"Aku mungkin akan melamarnya saat itu juga." Ucap semangat Ilyas. Wajah Jasmine memerah menahan tangisannya, ia meremas bajunya dengan sekuat tenaga.

"Wah itu bagus, goodluck untuk itu." Air matanya sudah terjatuh, ia cepat-cepat menghapusnya sebelum Ilyas melihatnya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Pamitnya dengan Ilyas. Ia mengambil tasnya yang ternyata terbuka membuat beberapa barangnya terjatuh. Ilyas mencoba memanggilnya. Namun, Jasmine lari begitu cepat.

***

Benny, Adit dan Ariel ada di cafe ujung gang tempat biasa mereka tongkrongi. Ilyas sedang sibuk hari ini. Ariel terus mengejek Benny karena belum mendapatkan pasangannya, Ilyas sebentar lagiakan Sold out menyisakan dirinya.

"Bagaimana aku bisa mendapatkan pasangan jika wanita zaman sekarang sukanya pria seperti idol K-pop. belok dikit eh Vincent Rompies. Mana kita kayak pulu-pulu." Keluh Benny.

"Kita?? Kamu saja." Ucap kompak kedua temannya. Benny mengeluarkan muka kesal.

"Wanita sekarang lebih senang melihat pria-pria yang bergaya bagus. Tanpa memedulikan darimana uang mereka berasal. Wanita adalah satu-satunya makhluk yang sebagian dari mereka hanya memikirkan perasaannya sendiri. Jika mereka salah, maka tentu saja tetap kita yang salah--" Benny beranjak dari sofa beralih menuju bangku kayu. Dan memperagakan gaya duduk Vincent.

"Wanita tuh sukanya pria yang duduknya seperti Vincent. Apalagi gayanya. Jika kita menuntut standar seperti Jennie BlackPink atau Lalisa. Pasti mereka akan bilang "Tidak ada yang sempurna di muka bumi ini. Cintai kami apa adanya." Cih. " Ungkap Benny dengan gaya mengejek. Ketiga pria itu terlalu fokus mengobrol hingga ada seorang wanita yang menghampiri mereka.

"Mana Ilyas? " Membuat semuanya kaget..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Benchanayo~"

Menjadi Seperti AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang