*
*
*
*"Apa kita akan kembali?" Tanya Benny.
Sekarang mereka berada di rumah Ilyas yang berada di kota Z. Ilyas berjalan menuju meja makan dengan memegang segelas kopi hangat. Penampilannya sungguh kacau, rambut yang berantakan, wajah murung dan hanya mengenakan boxer saja. Orangtua Ilyas sedang tidak ada di rumah, mereka kerja di luar kota juga. Jadi, rumah itu dalam keadaan kosong saat Ilyas dkk datang."Ntah" Jawab Ilyas dan mendudukan dirinya di salah satu kursi makan.
"Kamu tidak ingin berkunjung kerumah keluargamu?" Sambung Ilyas. Benny yang masih mengunyah makananya mengangguk."Tentu, setelah ini. Kenapa?" Balasnya. Ilyas menyeruput kopi buatannya lalu
menyimpannya di atas meja."Tidak papa." Tengah-tengan perbincangan mereka, Andrew datang dengan membawa sekotak brownies danmenyimpannya di meja tamu.
"ILYAS!!" Teriak Andrew. Ilyas yang membelakanginya berbalik
"Yak!! Andrew!!" Sahut Ilyas. Ia berlari kecil menuju Andrew dan mereka saling berpelukan sebentar.
"Kapan kamu datang?" Tanya Andrew. Ilyas mengajak Andrew untuk duduk di ruang tamunya."Kemarin" Jawab Ilyas dengan wajah mulai sedikit bahagia. Andrew mengangguk. Andrew memperhatikan keadaan Ilyas yang cukup berubah.
"Bahkan kamu sudah berotot" Ucapnya sembari tertawa. Ilyas mendengar itu merasa malu dan berlari mengambil bajunya. Setelah Ilyas kembali, Andrew menyuruhnya untuk membuka brownies yang ia bawa sebelumnya untuk mereka nikmati bersama.
"Katanya Ananda, kamu bernyanyi ya dibazarnya? Bagaimana bisa?" Tanya Andrew yang penasaran. Ilyas tersenyum lalu menceritakan semuanya sebelum dia sampai kesini.
-Flashback-
Adit tergesah-gesah masuk ke dalam rumah Benny yang sudah ada Ariel dan Ilyas di sana. Mereka edang bermain game dan Adit menyuruhnya untuk berhenti.
"Ada kabar baik." Ucap Adit dengan semangat. Semuanya tertuju pada Adit.
"Kenapa?" Tanya Ilyas kebingungan.
"Ananda, dia akan mengadakan bazar lusa ini!!!""Yakkkk" Teriak kompak Ariel, Benny dan Ilyas.
"Maka bersiaplah, kita akan kesana malam ini!!!" Ucap Ariel. Benny melihat ponselnya dan mengecek jadwal penerbangan ke kota Z ternyata ada, tepat sekali.
"Jadwal penerbangannya pukul 20:30. Jadi, mari kita bersiap mulai sekarang" Semuanya mengangguk namun tidak dengan Ilyas.
"Aku belum izin. Nanti Mr.Bob memecatku jika aku tidak masuk kantor berhari-hari tanpa izin." Ucap lesunya.
"Pergilah ke kantormu sekarang setelah itu siapkan dirimu. Aku sudah memesan tiket untuk kita berempat." Tutur Ariel.
Semua kembali mengangguk dan bubar.
***
Pesawat Ilyas dkk akhirnya mendarat dengan mulus. Satu-persatu penumpang keluar dari kabin pesawan menuju bandara untuk mengambil koper mereka di bagasi.
"Akhirnya aku kembali kekota ini."
Semua berjalan dengan lancar, mereka menginap di rumah Ilyas dan berlatih seharian untuk penampilannya nanti. Hingga akhirnya hari itupun tiba, di mana mereka semua harus bersembunyi untuk menghindari Ananda. Sempat ada perdebatan antara mereka dan panitia soal pemadaman lampu."Ayolah bung, ini hanya 1menit setelah itu nyalakan lagi" Ucap Benny membujuk panitia. Namun, panitia tetap tegas dan tidak ingin mengambil resiko.
"Kami akan membayarmu" Ucap Ariel. Ini solusi akhir, mahasiswa pasti tidak aka menolak uang.
"Deal." Jawab panitia. Membuat mereka tersenyum penuh kemenangan.
-Flashback End-
Andrew tertawa terbahak-bahak dan memegangi perutnya. Ia tidak menyangka Ilyas akan melakukan hal seperti itu hanya untuk bertemu dengan adiknya. Adrew menghapus sedikit air matanya lalu melihat jam tangan miliknya.
"Baiklah sobat, aku harus pergi sekarang. Aku punya perkerjaan yang penting jadi maaf tidak bisa menemanimu." Ucap Andrew yang tidak enak hati meninggalkan Ilyas.
"Tidak apa, kami juga akan pulang malam ini." Ucap Ilyas membuat Andrew mengangguk dan berpamitan.
Adit berjalan menuju Ilyas dan mengambil sepotong brownies lalu memakannya.
"Ucapkanlah selamat tinggal untuk perjuangan yang sia-sia." Ucap Adit dan pergi begitu saja.
Tanpa mereka sadari Andrew masih ada diambang pintu, berbalik melihat Ilyas dengan wajah yang dingin.
***
Malam hari sebelum mereka berangkat, Ilyas meminta izin kepada teman-temannya untuk menemui orang tua Ananda. Rumah Ilyas dan Ananda berdekatan bahkan satu kompleks, jadi itulah kenapa mereka bisa berteman sedari kecil. Ilyas kini sudah ada di
hadapan orangtua Ananda yang menyambutnya sangat baik. Orangtua Ananda sudah menganggap Ilyas juga salah satu anak dari mereka."Ilyas, dari mana saja kamu??" Tanya mama Ananda.
"Berkerja bu, Ilyas hanya bosan di kota ini. Makanya cari peluang di luar."jawab Ilyas dengan senyum ramah.
"Betul, kamu masih muda. Perlu banyak pengalaman" Ucap ayah Ananda.
Ilyas dan orang tua Ananda mengobrol hingga 1 jam, di saat Ilyas akan pulang dan berada di ambang pintu, Ananda datang dan menyapa semuanya. Perasaan Ilyas saat itu hanya ingin pulang saja karena rasa malunya. Orang tua Ananda sudah masuk setelah berpamitan pada keduanya. Ananda menatap Ilyas dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan, Ilyas tertawa canggung melihat Ananda menatapnya seperti itu. Ananda menarik tangan Ilyas menuju taman rumahnya."Andrew bilang kamu akan pulang hari ini?" Tanya Ananda.
"Ii-ya" Jawab Ilyas gugup. Ananda mengusap kasar wajahnya.
"Kenapa??? Karena aku menolakmu, ah?" Bentak Ananda membuat Ilyas berusaha menenangkannya.
"Tidak seperti itu, aku hanya izin 4 hari saja pada bossku. Jika aku menambahnya, bisa-bisa aku jadi pengangguran." Penjelasan Jujur Ilyas.
"Baiklah, katakan padaku dimana kamu bisa aku temui?" Tanyanya lagi.
"Kota X, datanglah. Aku akan menunggu di sana" Balas Ilyas. Ilyas menggenggam tangan Ananda sembari tersenyum lembut.
"Aku tidak bisa lama, tapi aku bisa berjanji padamu. Saat kamu datang menemuiku, aku segera mengambil cuti untukmu." Sambung Ilyas sambil melepas genggamannya dan hendak pergi. Ananda menahan lengan Ilyas.
"Bagaimana soal kemarin?" Ilyas membalikkan badannya masih mempertahankan senyumannya.
"Lupakan, anggap saja itu tidak pernah terjadi" Lalu meninggalkan Ananda yang masih berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Seperti Angin
Teen Fiction"Seperti angin, aku senang terbang bebas hanya untuk menatapmu. Disaat hatimu merasa hembusan angin itu pergi, aku tetap ada di sekitarmu." -- Kanz Ilyas. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Kanz Ilyas yang jatuh cinta pada teman m...