1. Bertemu Denganmu (Lagi)?

314 21 95
                                    

Apakah kamu menyadari
detakan hebat yang tercipta di dadaku
dapat terjadi karenamu?

—Enigma—

Langkah seorang gadis dengan rambut terurai panjang terhenti di depan gerbang SMA NEGARA,  sekolah yang sudah ia tempati selama hampir tiga tahun lamanya.

Gadis itu tak mengira bahwa tahun ini adalah tahun terakhir gadis itu menginjakkan kakinya di sekolah tersebut, mengingat saat ini ia sudah duduk di bangku kelas akhir.

Gadis dengan name tag "Shafda Zumaira Al-Azhar" berjalan perlahan memasuki sekolahnya, hingga ketiga gadis itu sampai di depan kelasnya, suara helaan napas panjang dari mulut Shafda terdengar.

Suara riuh anak kelas yang memperebutkan posisi tempat duduk menggema. Shafda yang baru berangkat seketika lelah mendengar suara tersebut.

Shafda melirik jam di ponselnya, padahal ia sudah berangkat jam enam pagi, tapi sepertinya tempat duduk yang diincarnya sudah menjadi milik orang lain.

Dengan langkah gontai, Shafda memutuskan untuk duduk di belakang sendiri, lebih tepatnya di belakang barisan nomor dua dari pintu masuk. Shafda akhirnya mendudukkan tubuhnya di bangku sebelah kanan, menunggu teman sebangkunya—Shella sambil memainkan ponselnya.

Shafda tak menghiraukan suara bising anak kelasnya, gadis itu terus memfokuskan dirinya pada ponsel yang ia pegang.

Hingga ... seorang cowok dengan hoodie hitam melekat di tubuhnya menarik perhatian Shafda. Walaupun jarinya masih bergerak menggeser beranda Instagram, tapi lain halnya dengan matanya yang sesekali melirik pergerakan cowok tersebut.

Shafda ingin tahu, cowok itu akan memilih duduk di mana?

Tas berwarna coklat milik cowok itu ia letakkan di bangku paling belakang, persis di seberang tempat duduk yang ditempati Shafda.

"Shaf, maaf ya, aku kesiangan."

Suara lirih milik Shella membuat Shafda tersadar dari lamunannya, kapan gadis itu sampai? Shafda bahkan tak mengetahuinya, mungkin karena terlalu fokus dengan seseorang.

"Oh, iya, gak apa-apa," balas Shafda, kembali memusatkan perhatiannya pada ponsel yang ia genggam.

***

Hari demi hari telah berlalu, masa santai saat menginjak kelas dua belas pun telah usai. Kini, anak kelas XII MIPA lima tengah sibuk berdiskusi dengan kelompok biologi masing-masing.

Tak terkecuali Shafda, ia terkejut ketika mengetahui dirinya dan orang yang menjadi objek cerita novelnya itu berada dalam satu kelompok.

Masih ingat dengan dia ... Raiden Ibrahim Al-Faozan?

Shafda tak mengerti, kebetulan macam apa ini yang tiba-tiba saja menyatukan keduanya dalam satu kelompok. Tapi tak apa, Tuhan sudah memberikannya jalan, Shafda tinggal meneruskannya saja.

Setiap kelompok diberikan satu tantangan, begitupun dengan kelompok Shafda. Bu Evi—guru biologi itu meminta satu perwakilan setiap kelompok untuk maju dan memilih kertas lintingan yang nangkring di atas meja.

"Rai, lo aja yang ambil," ujar Vella—teman satu kelompok Shafda.

Raiden bangkit dari tempat duduknya, mengambil sebuah lintingan sesuai dengan instruksi guru tersebut. Setelah dibuka, ternyata kelompok Shafda diminta untuk menampilkan sebuah dance dengan tema pertumbuhan dan perkembangan.

"Aduh, Rai! Kenapa lo pilih itu sih?!" pekik Vella, merasa frustasi.

"Ya gak tahu lah gue, orang gue aja asal pilih," balas Raiden, membela diri.

ENIGMA 2 : Masa Sebelum KelulusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang