Pada akhirnya
aku masih mencintaimu.
Walaupun aku sudah melihatmu
mencintai orang lain.-Enigma-
"Duduk."
Raiden menurut ketika Shafda mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang tersedia. Cowok itu terus memantau pergerakan Shafda, ingin mengetahui apa yang akan gadis itu lakukan.
"Bu, ada air hangat sama kain bersih?" tanya Shafda pada si pemilik warung.
"Oh ada, Neng. Sebentar ya," balas si Ibu, masuk ke dalam rumahnya.
Shafda mengambil duduk di sebelah Raiden, keduanya tak saling bicara. Sesekali Shafda melirik Raiden, ada banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan pada Raiden, tetapi lidahnya begitu kelu untuk sekedar membuka suara.
Gadis itu ingin bertanya tentang semua hal yang terjadi saat Raiden hanya berdua dengan Bri, dan mengenai mengapa mereka sama-sama babak belur.
Hingga sampai ibu pemilik warung kembali datang dengan baskom berisi air hangat dan kain bersih yang diminta Shafda, keduanya masih saja diam di tempat.
"Makasih bu," ujar Shafda, menerima pemberian si ibu.
"Sama-sama, Neng. Kalo butuh sesuatu bilang aja ya."
"Siap, Bu."
Shafda melirik Raiden yang kini duduk di sebelahnya, tanpa banyak bicara gadis itu menggeser tubuhnya untuk mendekat, ingin melihat lebih dekat beberapa lebam yang berada di wajah Raiden.
Sementara cowok itu, Raiden, memandang Shafda dengan seksama. Raiden hanya diam dan menyimak tanpa mau berkomentar apa pun, ingin melihat apa yang akan dilakukan gadis itu pada wajahnya.
Shafda mulai mencelupkan kain bersih yang tadi diberikan ibu warung ke dalam air hangat di dalam baskom, lalu menempelkannya di area wajah Raiden yang membiru dengan sangat hati-hati.
"Kalau sakit bilang, Rai," ujar Shafda, dengan fokus mengobati luka Raiden agar tidak semakin lebam.
Raiden hanya diam, tak berniat menanggapi. Cowok itu terus menatap wajah Shafda yang kelihatan sangat serius mengobati lukanya. Batin cowok itu terus bertanya-tanya, sebenarnya ia menyukai Shafda atau tidak?
Dari kejauhan, Bri terus melihat betapa dekatnya Raiden dan Shafda saat ini. Apalagi saat melihat begitu seriusnya wajah Shafda saat mengobati luka yang ia ciptakan di wajah Raiden.
Serta cara pandang Raiden pada Shafda yang saat ini terlihat ... entahlah, Bri tak bisa mendeskripsikannya.
Bri memang tak yakin Raiden akan membuat Shafda bahagia, tetapi Bri rasa gadis itu akan lebih merasa bahagia kalau terbebas dari sebuah hubungan yang mengikatnya.
Maka dari itu ... Bri memutuskan hubungan dari Shafda ... agar gadis itu merasa bahagia.
Sambil memandang Shafda yang duduk bersama orang lain, Bri tersenyum. "Jika pada akhirnya kita tidak bisa bersama, biarlah aku mengagumimu dari jauh. Sampai dititik di mana rasa itu hilang dengan sendirinya."
"Dan pada akhirnya aku masih mencintaimu. Walaupun aku sudah melihatmu mencintai orang lain."
Tak mau berlama-lama, Bri memasang helmnya. Melajukan motornya sekencang mungkin membelah padatnya jalanan sore hari ini.
Di sisi lain dengan sangat telaten dan hati-hati, Shafda berusaha mengobati Raiden. Cowok itu masih sama, menatap wajah serius Shafda.
Kalau dipikir-pikir, Shafda ini tipe manusia yang kelihatan bodo amat dari luar tapi sebenarnya perhatian, dan Raiden sedang merasakan bentuk perhatian Shafda selama ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/354994761-288-k385379.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA 2 : Masa Sebelum Kelulusan
Novela Juvenil-Perlakuanmu masih menjadi misteri bagiku- Tentang Shafda, Raiden dan Exposive. Shafda bukan gadis yang Raiden mau. Sebuah Fakta yang terus terngiang-ngiang di pikirannya. Shafda tahu kenyataan itu, tapi mengapa hati ini tetap menetapkan bahwa Rai...