Kita tunggu saja
kapan bom waktu akan meledak.-Enigma-
Diskusi kelompok biologi pekan kemarin telah usai, kini para siswa hanya tinggal mempresentasikannya di depan kelas, tak terkecuali kelompok Shafda.
Pagi ini, Shella tidak berangkat, maka dari itu Shafda duduk sendiri. Ketika guru biologi memerintahkan untuk duduk berkelompok, Shafda melirik Raiden yang kini sudah berjalan menghampirinya.
Shafda melirik pada bangku kosong sebelahnya, ia kira Raiden akan duduk di bangku kosong itu. Tetapi nyatanya, cowok itu malah mengambil bangku kosong di meja sebelah dan menggesernya ke meja Shafda.
Jujur ya, jika bisa Shafda akan berteriak, KENAPA TIDAK DUDUK DI SEBELAHNYA SAJA! KAN KOSONG!
Sungguh! Shafda ingin meneriakkan unek-uneknya pada cowok yang saat ini tengah duduk santai sambil mengemut tutup pulpen.
APA BAGUSNYA COBA?!
"Kelompok kelembapan, silahkan maju," ujar seorang guru wanita itu, menyuruh Shafda serta kelompoknya untuk maju ke depan.
Tepat ketika berada di depan papan tulis, Shafda berusaha untuk nyempil di antara Vella dan Sava-anggota kelompoknya yang lain. Tetapi sialnya gadis berambut lurus sepunggung itu tak mau, alhasil mau tak mau Shafda harus berdiri bersebelahan dengan Raiden.
Shafda menghela napas pelan, kenapa harus di sebelah Raiden sih? Mereka berdua kan lagi canggung-canggungan karena insiden kemarin, sepertinya.
"Geseran dikit dong, jauh amat," celetuk Farel, sukses membuat jantung Shafda berdebar.
Seketika satu kelas ricuh meminta Raiden untuk bergeser sedikit ke sebelah Shafda, gadis itu pun bisa melihat beberapa anak seperti senyum-senyum sendiri. Astaga, betapa malunya Shafda.
"Berisik, Rel," ujar Raiden tepat di tengah-tengah riuhan suara satu kelas.
Beberapa menit kemudian, mereka pun mulai mempresentasikan lagu dengan tema yang telah ditentukan, diiringi gerakan dance yang terlihat acak-acakan. Tapi tak apa, yang penting sudah mau maju dan mempresentasikannya ke depan, it's okay!
Selepas presentasi tak mengenakkan itu, Shafda dan yang lainnya duduk kembali ke meja masing-masing. Secara tiba-tiba, suara deringan ponsel terdengar, Shafda menoleh ke asal suara.
Gadis itu meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, mengecek siapa yang mengirimkan dirinya pesan.
Deva :
Send your pict.Shafda mengecek foto yang dikirimkan Deva. Setelahnya, kedua bola mata terbelalak lebar.
ITU FOTO SHAFDA DAN RAIDEN.
Kenapa gadis itu tak menyadarinya? Tapi tak apa, Shafda jadi punya seupil kenangan bersama Raiden. Walau hanya foto candid.
"Deva! Maksud?!" teriak Shafda, bermaksud meminta penjelasan.
Sementara Deva dari ujung sana hanya bisa terkekeh geli, kemudian membalas, "Gimana, Shaf? Potretanku bagus 'kan?" Menaik-turunkan alisnya.
***
Suara riuh anak kelas XII MIPA lima menggemari seisi ruangan, memperdebatkan masalah di mana mereka akan berswafoto bersama wali kelas mereka-Bu Endah.
Wali kelas sekaligus guru mata pelajaran matematika wajib itu menyarankan untuk foto di lapangan outdoor. Tak ada yang menolak, serentak satu kelas berjalan ke arah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA 2 : Masa Sebelum Kelulusan
Teen Fiction-Perlakuanmu masih menjadi misteri bagiku- Tentang Shafda, Raiden dan Exposive. Shafda bukan gadis yang Raiden mau. Sebuah Fakta yang terus terngiang-ngiang di pikirannya. Shafda tahu kenyataan itu, tapi mengapa hati ini tetap menetapkan bahwa Rai...