Akhir sebuah kisah

101 9 4
                                    

Suatu pagi di kota London, William sedang tersenyum lebar. "Astaga, tuan Darius Torres. Akhirnya usahamu berhasil" kata William sambil tersenyum. "Benar, William Simanjuntak. Akhirnya usahaku berhasil" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Sekarang tutup matamu" kata William sambil meminta. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil bersandar. Seketika itu juga, William turun.

Sementara itu di balik pintu, Daniel sedang membawa anjing. "Astaga, uncle Daniel Prawira. Anjingnya lucu sekali" kata Camila sambil tersenyum lebar. "Benar, Camila Torres. Anjingnya lucu sekali" kata Johanes sambil tersenyum lebar. "Baiklah, anak-anak manis. Sebaiknya kita bawa pulang" kata Daniel sambil tersenyum. Seketika itu juga, Daniel menunggu William keluar.

Sementara itu di kota Surabaya, Edward sedang merasa terkejut. "Astaga, tuan Darius Torres. Akhirnya usahamu berhasil" kata William sambil tersenyum. "Benar, William Simanjuntak. Akhirnya usahaku berhasil" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Sekarang tutup matamu" kata William sambil meminta. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil bersandar. Seketika itu juga, Edward marah.

Sementara itu sebuah kamar, Victoria sedang duduk sendirian. "Astaga, tuan Darius Torres. Akhirnya usahamu berhasil" kata William sambil tersenyum. "Benar, William Simanjuntak. Akhirnya usahaku berhasil" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Sekarang tutup matamu" kata William sambil meminta. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil bersandar. Seketika itu juga, Victoria heran.

Sementara itu di kota London, Darius tidak bisa berkata-kata. "Astaga, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Hadiah ini adalah awal" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Aku memiliki sebuah kejutan" jawab William sambil tertawa. Seketika itu juga, William menjauh dari kerumunan.

Sementara itu di balik pintu, Russel sedang merasa cemas. "Astaga, Melody Randall. Rasanya aku tidak sabar" kata Russel sambil berdiri. "Tenanglah, Russel Torres. Waktunya tidak lama" kata Melody sambil memeluk erat. "Tetapi, Melody Randall. Bagaimana jika dia lupa denganku?" tanya Russel tegang. "Tidak, Russel Torres. Rasa-rasanya dia akan menangis karena rindu" jawab Melody. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kota Surabaya, Edward sedang merasa terkejut. "Astaga, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Hadiah ini adalah awal" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Aku memiliki sebuah kejutan" jawab William sambil tertawa. Seketika itu juga, Edward tegang.

Sementara itu sebuah kamar, Victoria sedang duduk sendirian. "Astaga, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Baiklah, tuan Darius Torres. Hadiah ini adalah awal" kata William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Aku memiliki sebuah kejutan" jawab William sambil tertawa. Seketika itu juga, Victoria tegang.

Sementara itu di kota London, Darius sedang merasa terkejut. "Astaga, Russel Torres. Sepertinya aku bermimpi" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Mustahil, Darius Torres. Sekarang kita bertemu" kata Russel sambil tersenyum. "Terima kasih, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil memeluk dengan erat-erat. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku paham denganmu" kata William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, mereka berpelukan dengan eratnya.

Sementara itu di kota Surabaya, Edward sedang merasa terkejut. "Astaga, Russel Torres. Sepertinya aku bermimpi" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Mustahil, Darius Torres. Sekarang kita bertemu" kata Russel sambil tersenyum. "Terima kasih, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil memeluk dengan erat-erat. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku paham denganmu" kata William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Edward marah.

Sementara itu sebuah kamar, Victoria sedang duduk sendirian. "Astaga, Russel Torres. Sepertinya aku bermimpi" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Mustahil, Darius Torres. Sekarang kita bertemu" kata Russel sambil tersenyum. "Terima kasih, William Simanjuntak. Terima kasih banyak" kata Darius sambil memeluk dengan erat-erat. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku paham denganmu" kata William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Victoria sedih.

TAMAT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Perfect ModelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang