Sebuah kejutan yang buruk

65 13 6
                                    

Beberapa bulan kemudian, Darius pulang bertemu Wilma. "Astaga, Wilma Montalvo. Apakah yang kau lakukan?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kita bercerai" jawab Wilma sambil berteriak-teriak. "Tetapi, Wilma Montalvo. Kenapa kau ingin bercerai?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil marah. "Astaga, Wilma Montalvo. Foto-foto apakah yang kau maksud?" tanya Darius heran. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil duduk. Seketika itu juga, Darius tahu.

Sementara itu lantai atas, anak-anak mereka mendengar. "Astaga, Wilma Montalvo. Apakah yang kau lakukan?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kita bercerai" jawab Wilma sambil berteriak-teriak. "Tetapi, Wilma Montalvo. Kenapa kau ingin bercerai?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil marah. "Astaga, Wilma Montalvo. Foto-foto apakah yang kau maksud?" tanya Darius heran. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil duduk. Seketika itu juga, Camila sedih.

Sementara itu di rumahnya, Russel dan Melody melihatnya. "Astaga, Wilma Montalvo. Apakah yang kau lakukan?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kita bercerai" jawab Wilma sambil berteriak-teriak. "Tetapi, Wilma Montalvo. Kenapa kau ingin bercerai?" tanya Darius sambil terkejut. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil marah. "Astaga, Wilma Montalvo. Foto-foto apakah yang kau maksud?" tanya Darius heran. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau lihat foto-foto ini" jawab Wilma sambil duduk. Seketika itu juga, Melody sedih.

Sementara itu di kota Surabaya, William sedang sibuk bekerja. "Baiklah, William Simanjuntak. Senang bertemu denganmu" kata Daniel sambil tersenyum. "Baiklah, tuan Daniel Prawira. Senang bertemu denganmu" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Tolong pijat punggungku" kata Daniel sambil melepas bajunya. "Tetapi, tuan Daniel Prawira. Kenapa kau terkilir lagi?" tanya William sambil terkekeh. "Tenang, William Simanjuntak. Itu karena anakku" jawab Daniel sambil tidur dengan telungkup. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di kota London, Darius sedang merasa resah. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang kau inginkan?" tanya Darius sambil marah. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau keluar dari rumah ini" kata Wilma berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Sebaiknya aku keluar dari rumah ini" kata Darius pasrah. "Tunggu, Darius Torres. Sepertinya kau lupa sesuatu" kata Wilma sambil berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang aku lupakan?" tanya Darius sambil tersenyum. "Baiklah, Darius Torres. Tolonglah kau tanda tangani" jawab Wilma sambil tersenyum. Seketika itu juga, Darius pasrah.

Sementara itu lantai atas, anak-anak mereka mendengar. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang kau inginkan?" tanya Darius sambil marah. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau keluar dari rumah ini" kata Wilma berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Sebaiknya aku keluar dari rumah ini" kata Darius pasrah. "Tunggu, Darius Torres. Sepertinya kau lupa sesuatu" kata Wilma sambil berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang aku lupakan?" tanya Darius sambil tersenyum. "Baiklah, Darius Torres. Tolonglah kau tanda tangani" jawab Wilma sambil tersenyum. Seketika itu juga, Camila jatuh.

Sementara itu di rumahnya, Russel dan Melody melihatnya. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang kau inginkan?" tanya Darius sambil marah. "Baiklah, Darius Torres. Sebaiknya kau keluar dari rumah ini" kata Wilma berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Sebaiknya aku keluar dari rumah ini" kata Darius pasrah. "Tunggu, Darius Torres. Sepertinya kau lupa sesuatu" kata Wilma sambil berseru. "Baiklah, Wilma Montalvo. Apakah yang aku lupakan?" tanya Darius sambil tersenyum. "Baiklah, Darius Torres. Tolonglah kau tanda tangani" jawab Wilma sambil tersenyum. Seketika itu juga, Melody sedih.

Sementara itu di kota Surabaya, William sedang sibuk bekerja. "Astaga, William Simanjuntak. Aku senang sekali" kata Daniel. "Baiklah, tuan Daniel Prawira. Apakah kau maksud?" tanya William sambil tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Pijatanmu enak sekali" kata Daniel sambil tersenyum lebar. "Tidak, tuan Daniel Prawira. Ucapanmu berlebihan" kata William sambil tersenyum. "Tidak, William Simanjuntak. Aku berbicara jujur" kata Daniel sambil tersenyum dengan lebar. "Tidak, tuan Daniel Prawira. Ucapanmu berlebihan" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka diam.

The Perfect ModelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang