Mendadak duda

48 12 4
                                    

Beberapa minggu kemudian, Darius merasa kesepian. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius sedih. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Semua ada solusinya" jawab William sambil memeluk erat. "Tetapi, William Simanjuntak. Aku rindu anak-anakku" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku akan menemanimu" kata William sambil memeluk. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius heran. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Minum obatmu" jawab William. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil tersenyum. Tidak lama kemudian, Darius tertidur dalam pelukan William.

Sementara itu di sebuah penjara, Melody sedang berkunjung. "Terima kasih, Melody Randall. Aku senang bertemu denganmu" kata Russel sambil tersenyum. "Astaga, Russel Torres. Rasa-rasanya aku bosan" kata Melody sambil cemberut. "Tetapi, Melody Randall. Apakah yang membuat dirimu bosan?" tanya Russel sambil memeluk. "Astaga, Russel Torres. Persalinanku lama sekali" jawab Melody sambil cemberut. "Tenanglah, Melody Randall. Persalinanmu tidak lama" kata Russel sambil tersenyum lebar. "Bukan, Russel Torres. Pembebasan dirimu lama sekali" kata Melody sambil memeluk. "Tenanglah, Melody Randall. Pembebasan diriku tidak lama" kata Russel sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka berdua saling berpelukan dengan mesra.

Sementara itu di kamar lainnya, Daniel sedang merasa gelisah. "Halo, TJ Simanjuntak. Bagaimana kabarmu?" tanya Daniel sambil tersenyum lebar. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Aku baik-baik saja" jawab TJ. "Baiklah, TJ Simanjuntak. Dimana William?" tanya Daniel. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Kakak William bersama tuan Darius Torres" jawab TJ. "Baiklah, TJ Simanjuntak. Sekarang antarkan aku" kata Daniel sambil tersenyum lebar.

Sementara itu di rumahnya, Jovita sedang tersenyum lebar. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius sedih. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Semua ada solusinya" jawab William sambil memeluk erat. "Tetapi, William Simanjuntak. Aku rindu anak-anakku" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku akan menemanimu" kata William sambil memeluk. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius heran. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Minum obatmu" jawab William. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil tersenyum. Saat itu juga, Jovita tersenyum.

Sementara itu di kota Surabaya, Victoria sedang merasa terkejut. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius sedih. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Semua ada solusinya" jawab William sambil memeluk erat. "Tetapi, William Simanjuntak. Aku rindu anak-anakku" kata Darius sambil tersenyum lebar. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Aku akan menemanimu" kata William sambil memeluk. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Darius heran. "Tenanglah, tuan Darius Torres. Minum obatmu" jawab William. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku akan menuruti perintahmu" kata Darius sambil tersenyum. Saat itu juga, Victoria gelisah.

Sementara itu di kota London, Darius merasa sedikit terkejut. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa dia datang lagi?" tanya Darius sambil terbelalak kaget. "Entahlah, tuan Darius Torres. Aku tidak tahu" jawab William. "Serius, Darius Torres. Perempuan itu meresahkan" kata Darius sambil marah. "Tidak, Daniel Prawira. Sepertinya kau berbohong" kata Darius sambil menggeram. "Tenanglah, Darius Torres. Tidurlah denganku" kata Jovita. "Baiklah, Jovita Shaffer. Sebaiknya kau pergi" kata Darius sambil menggeram kesal. Seketika itu juga, mereka pasrah.

Sementara itu di sebuah penjara, Melody sedang terbelalak kaget. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa dia datang lagi?" tanya Darius sambil terbelalak kaget. "Entahlah, tuan Darius Torres. Aku tidak tahu" jawab William. "Serius, Darius Torres. Perempuan itu meresahkan" kata Darius sambil marah. "Tidak, Daniel Prawira. Sepertinya kau berbohong" kata Darius sambil menggeram. "Tenanglah, Darius Torres. Tidurlah denganku" kata Jovita. "Baiklah, Jovita Shaffer. Sebaiknya kau pergi" kata Darius sambil menggeram kesal. Seketika itu juga, Melody sedih.

Sementara itu di rumahnya, Jennifer sedang tersenyum lebar. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa dia datang lagi?" tanya Darius sambil terbelalak kaget. "Entahlah, tuan Darius Torres. Aku tidak tahu" jawab William. "Serius, Darius Torres. Perempuan itu meresahkan" kata Darius sambil marah. "Tidak, Daniel Prawira. Sepertinya kau berbohong" kata Darius sambil menggeram. "Tenanglah, Darius Torres. Tidurlah denganku" kata Jovita. "Baiklah, Jovita Shaffer. Sebaiknya kau pergi" kata Darius sambil menggeram kesal. Seketika itu juga, Jennifer puas.

Sementara itu di kota Surabaya, Victoria sedang merasa terkejut. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa dia datang lagi?" tanya Darius sambil terbelalak kaget. "Entahlah, tuan Darius Torres. Aku tidak tahu" jawab William. "Serius, Darius Torres. Perempuan itu meresahkan" kata Darius sambil marah. "Tidak, Daniel Prawira. Sepertinya kau berbohong" kata Darius sambil menggeram. "Tenanglah, Darius Torres. Tidurlah denganku" kata Jovita. "Baiklah, Jovita Shaffer. Sebaiknya kau pergi" kata Darius sambil menggeram kesal. Seketika itu juga, Victoria sedih.

Sementara itu di kota London, Darius sedang merasa terkejut. "Astaga, anakku Johanes Torres. Kenapa kau menangis?" tanya Darius sambil tersenyum. "Baiklah, daddy tersayang. Rasanya aku takut" jawab Johanes sambil terus menangis. "Benar,daddy tersayang. Rasanya aku takut" kata Camila. "Tenang saja, anak-anakku. Daddy ada bersamamu" kata Darius sambil memeluk erat. Seketika itu juga, mereka diam.

Sementara itu di sebuah kamar, Daniel sedang merasa terkejut. "Astaga, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah cerita yang menarik" kata Jovita sambil tersenyum. "Jangan, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah impianku" kata Jovita. "Tidak, kakak Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Jennifer sambil tersungkur. "Terima kasih, Jennifer Shaffer. Sampai bertemu lagi" kata Jovita sambil melompat dari jendela. Seketika itu juga, Jennifer sedih.

Sementara itu di sebuah kamar, TJ sedang mengerjakan tugas. "Astaga, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah cerita yang menarik" kata Jovita sambil tersenyum. "Jangan, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah impianku" kata Jovita. "Tidak, kakak Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Jennifer sambil tersungkur. "Terima kasih, Jennifer Shaffer. Sampai bertemu lagi" kata Jovita sambil melompat dari jendela. Seketika itu juga, TJ keluar.

Sementara itu di rumahnya, Melody sedang terbelalak kaget. "Astaga, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah cerita yang menarik" kata Jovita sambil tersenyum. "Jangan, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah impianku" kata Jovita. "Tidak, kakak Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Jennifer sambil tersungkur. "Terima kasih, Jennifer Shaffer. Sampai bertemu lagi" kata Jovita sambil melompat dari jendela. Seketika itu juga, Melody sedih.

Sementara itu di kota Surabaya, Victoria sedang merasa terkejut. "Astaga, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah cerita yang menarik" kata Jovita sambil tersenyum. "Jangan, Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Daniel sambil terkejut. "Tenanglah, tuan Daniel Prawira. Ini adalah impianku" kata Jovita. "Tidak, kakak Jovita Shaffer. Hentikanlah perbuatanmu" kata Jennifer sambil tersungkur. "Terima kasih, Jennifer Shaffer. Sampai bertemu lagi" kata Jovita sambil melompat dari jendela. Seketika itu juga, Victoria sedih.

The Perfect ModelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang