BAB 1

16 0 0
                                    

“Jadi gimana? Lo di ghosting lagi?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi gimana? Lo di ghosting lagi?”

Aku terdiam sejenak sembari memutar milk tea dalam gelas menggunakan sedotan. “Eum … nggak di-ghosting sih, Mel …”

“Terus?” Melisa menatapku dengan serius.

“Konsepnya hopeless romantic gitu.”

Melisa menjentikan “Damn! Terulang lagi.”

Aku hanya terdiam dan fokus dengan gelasku. “Ya … gimana … nggak tau …” ucapku lesu.

“Mana cowoknya red flag lagi, May. Ternyata bener ya, kalo sahabat lo lagi jatuh cinta jangan ditinggalin. Bisa kayak gini, nih.”

Aku berhenti dan menatap matanya Melisa. “Maksud lo apa deh, Mel? Lo mau bilang gue bego dalam hal beginian?”

Melisa mengerutkan keningnya. Ia tampak kebingungan melihat ekspresiku yang tiba-tiba berubah. “Apa sih, May? Siapa yang bilang gitu.”

“Lo nggak bilang pun gue tau, lo mau bilang apa.” Ucapku dengan nada yang mulai ketus.

Melisa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Demi Tuhan, nggak ada yang bilang lo bego, May …”

“Gimana ya, Mel … gue juga nggak tau kenapa gue ketemunya sama cowok-cowok yang red flag lagi. Gue nggak kayak lo yang sekali dapet langsung serius. Gue nggak seberuntung lo, Mel.” Entah kenapa aku mendadak senewen padanya.

“Gue nggak bilang apa-apa, May. Jangan banding-bandingin juga, kan lo tau hidup orang beda-beda.” Melisa berusaha menenangkanku.

Aku mengibaskan tanganku “Udah kita skip aja topik ini. Muak gue lama-lama. Lo juga nggak bakal relate sama cerita gue.”

“Lo nya juga sih …” Melisa menunjukku dengan dagunya. “Ada yang suka sama lo, lo nya nggak suka dan langsung ghosting—padahal jalanin aja dulu kenapa, sih. Ada yang nggak suka sama lo, tapi lo nya semangat ngejar. Ada yang slowly, lo capek nanggepin. Ada yang sat set sat set lo nya takut diajak komitmen. Gue capek dengernya. Masalahnya ada di diri lo, May.”

Aku merengut tidak terima. “Kok lo nyalahin gue sih?”

“Lo kan seneng berbicara dengan fakta, itu gue kasih fakta kalo diri lo tuh kayak gitu. Pedes sih emang, tapi biar lo juga sadar.”

Hening.

Perdebatan Sagitarius—Aku—dan Scorpio—Melisa—selalu berakhir hening begini.

Suasana di antara kami berdua mendadak hening. Entah apa yang salah, kami sama-sama terdiam karena mengetahui suasananya sudah mulai tidak enak. Adanya atmosfer kecanggungan antara kami berdua membuat kami sama-sama mengunci mulut.

“Tapi omong-omong, lo katanya mau pindah ya ke Bekasi?” Tanya Melisa padaku.

Aku mengangkat wajahku dan menatap matanya. Mataku mulai berkaca-kaca, mulutku sudah mulai melengkung ke bawah.

Gugusan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang