BAB 10

1 0 0
                                    

"Maylaf!" seru Cynthia begitu melihat batang hidungku. "Aaaak Maylaf!" Cynthia berangsur memelukku.

Aku yang tengah sibuk membaca jurnal sontak terkejut. "Eh?"

"Akhirnya selesai juga! Thank you yaa udah bikin Niskala join!"

"Tapi lo nggak jadi ani-ani kan, May?" tanya Tia yang tiba-tiba lewat.

"Gila lo, Kak!" aku menatap tajam Tia.

"Kali aja ... soalnya gue sama Nayla—"

"Tia!" tiba-tiba Nayla yang sedang print di sudut kantor berlari sambil memanggil Tia. Hampir semua orang di ruangan ini tertuju padanya. "Tia cepet balik nggak, poster unggahan hari ini harus udah jadi!"

Tia yang merupakan staff design graphic lantas berangsur ke mejanya. "Iya iya!"

'Fiuh!' Nayla duduk di kursinya setelah mengelap keringat di keningnya.

"Ada apa sih, Nay?" tanya Cynthia yang dipenuhi rasa keheranan. Pun denganku dan Allura.

Nayla menggeleng dan menyeringai. "Hehehe ... nggak ada apa-apa. Emang ada apa, sih?" Nayla malah balik bertanya.

"Ini soal Maylaf ya?" tanpa merasa bersalah Allura menunjukku.

Nayla yang entah kenapa merasa terkejut membulatkan matanya. Memelototi Allura hingga Allura kembali menatap komputernya.

"Eh? ada apa, sih? Aku berbuat hal apa?" tiba-tiba rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. "Kak, jawab nggak atau helm lo gue umpetin." Aku tersenyum jahat.

"Eh! jangan dong. Jangan ngancem-ngancem mainnya." Nayla memohon.

"Yaudah cepet kasih tau,"

"Hmm ... gimana ya ... sebenernya kan satu kantor juga udah tau lo ke event-nya Niskala. Dan hampir semua orang menduga kalo lo tuh ada hubungan spesial sama CEO-nya. Masalahnya itu aneh banget. Yang bisa datang ke event first launching exclusive mereka itu bener-bener exclusive. Mungkin kalo lo datang di event launching minggu depannya ya nggak masalah. Soalnya banyak influencer dan pengusaha lainnya yang diundang juga. Termasuk Queen Bee. Lah yang kemarin kan acara ekslusifnya mereka ... lo masuk situ tuh aneh bin ajaib." Jelas Nayla.

Cynthia melipat kedua tangannya di depan dada. Menyimak.

"Ya ... itu gini gue ceritain ..."

"Gimana-gimana?" tiba-tiba Tia datang ke tempat kami disusul dengan Ayu yang pasti sudah dikompor-kompori Tia untuk ikut nimbrung.

Aku menghela nafas. "Jadi gini ... Waktu di Yogya itu ... gue nginep di sebuah box hotel. Di sama gue ketemu seorang perempuan namanya Kak Shova, yang mana dia ini adalah Kakaknya Sakha." Kemudian aku menceritakannya se-detail mungkin sampai mereka tidak mengira aku memiliki hubungan yang spesial dengan Sakha.

"Nah ... terus kalo kemarin itu gimana?" Nayla bertanya setelah aku menjelaskan kenapa aku bisa mendapatkan tiket VIP itu.

"Yang mana?" tanyaku heran.

Tia mengusap-usap lehernya gelisah. "Gue sama Nayla ngeliat lo dijemput Sakha pake mobilnya."

DEG.

Mampus gue.

"Nggak mungkin kan nggak ada hubungan apa-apa?" Tia memandangku dengan sorot mata yang tajam membuatku hampir tidak berkutik.

"Terus sebenernya ..." Nayla melanjutkan. Aku mulai was-was. "Gue sama Tia lagi double date di Restoran yang sama kayak yang lo kunjungi sama si Sakha. Kelihatannya kalian bukan cuma sekadar kenalan atau sekadar temen, deh ..." Nayla menepuk-nepuk dagunya pelan dengan telunjuknya.

Gugusan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang