BAB 5

5 0 0
                                    

'BRUK!'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'BRUK!'

Malam itu, Aku terbangun dari tidurku begitu mendengar dentuman yang sangat keras. Badanku dipeluk seorang wanita yang kini tersungkur di aspal jalan tol. Aku menangis seketika, sangat terkejut. Hujan besar tanpa badai mulai membasahi sekujur tubuh kami berdua. Aku menangis kencang sebab aku tidak bisa bergerak dan melihat apapun. Lama kelamaan aku mendengar hembusan nafas dari wanita yang memelukku. Tangan kanannya terkulai dan melepas pelukan. Saat kulihat, matanya terpejam cantik dan tidak pernah terbuka lagi. Rambut cokelat gelapnya lepek diguyur hujan. Keningnya mengalir darah merah. Bibir dan wajahnya pucat pasi. Namun otakku masih mencerna apa yang tengah terjadi kali ini.

-oOo-

"Cup ... Cup ... Its okay ..." katanya sembari mengusap kepalaku lembut.

Seluruh badanku gemetar hebatdan terus memejamkan mata. Aku melakukan posisi seperti ini kurang lebih 3 menit. Sampai akhirnya perlahan aku menoleh ke atas-ke wajah Sakha. Lelaki itu tampak memandang sesuatu di belakangku dengan ekspresi terheran-heran. Alisnya berpaut dan matanya menyipit. Aku yang penasaran langsung bangkit dan menoleh ke belakang.

"Si-siapa?" tanyaku.

Sakha yang terkejut."E-eh? udah okai?"

Aku mengangguk pelan. "Lo liat siapa?"

Sakha mendadak berekspresi bingung. Dia bahkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ng-nggak, kok."

"Itu ada kecelakaan ya?" tanyaku sembari menunjuk kerumunan orang yang tidka jauh dari Nasi Goreng kaki lima ini.

Sakha menoleh sejenak lalu kembali menatapku. "Iya. Tabrakan kayaknya. Mau liat?"

Dengan cepat aku menggeleng. "Nggak ... nggak ... gue malah mau take away aja." aku langsung berdiri tegak namun entah kenapa kakiku seperti jeli alias lemas sekali.

'Grep!'

Mengetahui aku berdiri denngan tidak seimbang, Sakha menangkapku dan kembali membawanya duduk di sampingnya.

"Tenangin dulu." Katanya lembut.
Aku duduk kembali. Menarik nafas lalu menghembuskannya, aku melakukan hal itu berkali-kali sampai aku merasa diriku lebih tenang.

"Mas ini-" Bapak Penjual memberikan kantung plastik bening yang berisi sterofoam putih.

"Di bungkus aja, Pak." Kata Sakha. "Mau jalan sebentar, nggak?"

"Mau kemana?" tanyaku

"Ya ... muter-muter aja liat city light."
Aku mengangguk.

Aku menjinjing kantung nasi gorengku dan masuk ke dalam mobilnya Sakha. Satu hal yang ku-notice. Harum. Mobilnya harum sekali. Aku mengenduskan hidung. Perpaduan aroma rose, peony dan jasmine dengan hint vanilla sungguh tidak pernah gagal menggoda hidungku. Ini sudah pasti Sakha menyemprotkan parfum yang sama seperti yang aku pakai.

Gugusan MisteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang