For You

1.2K 96 4
                                    

Suara gaduh dan teriakan sudah terdengar dari salah satu kelas yang berada di salah satu sekolah khusus wanita yang berada di kota Seoul. Sekolah berkelas tinggi nan elit tersebut menampilkan banyak nya siswi tengah riuh saling berbisik sembari menatap salah satu siswi yang tengah terduduk di lantai,di hadapannya seorang siswi berbalut switer di tambah aksesoris yang tampak berkelas tinggi menghiasi tubuh tinggi nya membuat ia bak model papan atas.

"Jilat jus itu dari sepatuku!!"

Siwi bernama Lisa tersebut berujar,membentak siswi yg masih tengah terduduk di lantai.

Tangan yang gemetar,air mata yang tanpa henti berderai di sertai rambut hitam panjang itu tampak berantakan,perasaanya berkecamuk.

Entah apa yg harus ia lakukan menuruti perintah Lisa atau ia melawan meski tau resiko apa yang akan dia dapatkan setelah melawat wanita yg bernotabe anak dari kelas tinggi. Sedangkan ia hanya seorang siswi yang bernotabe anak kelas rendahan, mengandalkan beasiswa ia berusaha tetap bersekolah di sekolah yang bahkan di impikan semua orang.

Lisa tampak geram. Plak.. Satu tamparan keras mendarat di pipi siwi tersebut seketika membuat semua yang menyaksikan kejadian itu hanya diam,bukan hal aneh bagi mereka melihat kejadian seperti itu.

"Kau membuat ku muak!!"

Dengan satu dorongan keras siswi tersebut merintih kesakitan atas ulah Lisa kembali. Tanpa merasa bersalah Lisa meninggalkan siswi juga kelas tersebut, melangkah keluar dari kelas di ikuti teman sekumpulan nya.

Sepeninggal Lisa,kelas yang tadinya riuh kini berangsur-angsur hening. Di dalam kelas hanya ada siswi yang terduduk di lantai. Dengan mata berkaca-kaca ia menatap lantai,di iringi rasa sakit juga rintihan ia mulai beranjak berdiri. Meski di dalam kelas banyak siswi-siswi namun tidak ada satupun yang membantunya berdiri seakan-akan mereka tidak tau menahu apa yang terjadi.

Dari arah pintu terlihat seorang guru wanita memasuki kelas membuat kelas semakin hening. Waktu berjalan seiring papan besar yang bertengger pada dinding di penuhi tulisan.

Salah satu siswi di bangku belakang tampak tidak memperhatikan papan tulis di depan nya, pandangan nya ia alihkan menatap ke luar jendela,pokus nya menatap seorang wanita yang tampak terlihat berdiri di dekat pembatas sebrang kelas nya juga menatap ke arah nya

Apa kau tau aku merasakan lelah? untuk mu aku bertahan.

Hatinya merintih seiring air matanya menetes tanpa mengalihkan pandangannya,ia tersenyum tipis.

"Kim Jisoo!"

Sebuah suara memanggil namanya seketika menggema di telinganya,membuat ia seketika menatap ke arah sumber suara ternyata guru yang tengah mengajar di kelas nya tanpa di sadari nya memperhatikan nya sedari tadi. Ia sontak berdiri dan membungkuk hormat meminta maaf.

   ••
Berbalut apron abu-abu Jisoo tampak cekatan membilas satu persatu piring-piring kotor tanpa henti,pada dahi nya tampak keringat sudah bercucuran dan tampak pula bercak merak masih membekas pada pipi sebelah kiri nya. Ia mengembuskan napas berat seiring piring-piring kotor berdatangan memenuhi wastafel. Tidak di pungkiri pekerjaan paruh waktunya di salah satu restoran membuat ia merasa letih apalagi saat keadaan tubuh nya tidak bersahabat,namun ia harus tetap menjalani karena pekerjanya lah ia memenuhi kebutuhan nya meski tidak cukup.

Dari arah samping terlihat seorang pria berjas menghampiri nya. "Jisoo-ya.. Setelah semuanya beres tolong bersihkan resto kita tutup lebih awal" ujar pria tersebut yang notabe menger restoran tersebut.

"Baik pak" Jisoo berujar sembari membungkuk badan nya.

Ia menatap jam dinding,waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Sarung tangan ia letakan pada naskah dan beralih membereskan barang-barang juga membersihkan seisi resto. Tampak para pegawai satu persatu mulai meninggalkan resto,hanya terlihat Jisoo dan salah satu pegawai yang hendak meninggalkan resto.

"Eonni,,apa tidak apa-apa aku pulang duluan,soalnya adikku sendiri di rumah" ujar wanita tersebut sembari memakai mantel nya.

"Pulang lah,biar aku yang membereskan semuanya Yeri-a" Dengan senyuman tipis yang tidak pernah luntur  Jisoo menjawab.

Yeri salah satu pegawai resto itu pun tampak terdiam menatap Jisoo,ia tersenyum getir melihat wajah wanita yang sudah ia anggap kakak nya itu,raut wajah lelah dan bercak merak yang ia duga ulah anak-anak di sekolah Jisoo. Ia sudah cukup kenal Jisoo untuk mengetahui bagai mana Jisoo di sekolah yang orang lain impi-impikan tersebut. Seandainya adik di rumah nya tidak sedang sakit ia tidak tega meninggalkan Jisoo seorang diri membersihkan restoran.

"Aku minta maaf eonni"Lirih nya.

Mendengar hal itu Jisoo seketika memeluk Yeri. "Pulang lah adikmu menunggumu"Ucapnya lembut.

Yeri membungkukkan badan nya lalu mulai melangkah berat meninggalkan Jisoo seorang diri sampai akhirnya ia hilang dari pandangan Jisoo yang memerhatikan sedari tadi.

Jisoo menghembuskan napas berat ,dalam diri nya ia menyemangati diri nya sendiri,ia kembali mulai membersihkan kembali meja-meja yang berada di restoran tersebut.

Ting..

Suara bel pintu restoran terdengar membuat Jisoo yang tengah membersihkan meja tersenyum,meski tidak menoleh ke arah pintu ia merasa cukup tau siapa yang datang. Sembari melipat kain ia perlahan menoleh ke arah pintu.

"Kali ini apa yang terting-"

Senyuman itu luntur,salah satu kebiasaan Yeri yang selalu meninggalkan barang saat hendak pulang membuat Jisoo kembali menduga yang datang kembali adalah Yeri namun ternyata ia salah membuat senyuman itu luntur seketika.

Jisoo terdiam menatap sosok wanita di depan pintu restoran. Kedua matanya tampak menahan air mata seiring rasa sesak memenuhi dada nya.
Jennie, wanita yang tengah menatap Jisoo melangkah perlahan mendekati.

Meski terasa sesak Jisoo rasakan saat ini tidak membuat ia tidak memperlihatkan senyuman manisnya. Dengan satu gerakan wanita itu memeluk Jisoo dengan erat.

"Kau ke sini" Jisoo berujar seraya melepaskan pelukannya

Tanpa membalas ucapan Jisoo,wanita tersebut beralih mengambil salah satu kuris lalu mendudukkan Jisoo pada kursi tersebut. Sebuah batu es ia tempatkan pada sebuah kain kemudian membungkusnya. Kegiatan itu tidak luput dari pandangan Jisoo yang memperhatikan.

Jisoo meringis kesakitan saat batu es berbalut kain tersebut secara perlahan menekan pipi merah nya.

"Apakah sakit?"

Pertanyaan itu terbalas senyuman tipis Jisoo. "Tidak apa-apa Jen"

Jennie,wanita itu,wanita yang sudah 3 bulan ini menjadi kekasihnya. Dengan lirih ia menatap kedua bola mata Jennie di depannya.

Mendengar hal itu Jennie memalingkan wajah nya,ia tau apa yang di ucapan Jisoo adalah kebohongan,ia juga tau rasa sakit yang kekasihnya itu rasakan akibat ulah teman nya . Tidak bisa di tampik pakta bahwa Lisa adalah sahabat nya.

"Bertahan lah dan tetap rahasiakan sampai kapan pun,kita." Ujar Jennie sembari menggenggam kedua tangan Jisoo,menatap lekat kedua mata teduh kekasihnya itu .

Jisoo hanya bisa tersenyum mendengar apa yang di ucapan Jennie,bukan hal baru Jennie mengutarakan hal itu,kali ini ia hanya bisa tersenyum meski rasa sesak ia rasakan.




Hai para reders,aku kembali dengan membawa cerita Jensoo yang baru setelah cukup vakum lama. Semoga cerita kali ini bisa mengobati rasa rindu kalian para pecinta Jensoo hhi. Selamat membaca,jangan lupa vote dan coment nya🤗

SOME SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang