03|Daftar Hitam

63 7 0
                                    


===


Sebuah amplop cokelat berisikan ratusan nama yang Giwang dapatkan dari Mella kini sedang berpindah tangan.

"Merayu wanita memang harus dengan bermain - main, kan?"

Giwang mengelus tengkuknya agak canggung, "Eyang sepertinya lebih berpengalaman-- tapi Giwang punya kekasih yang pencemburu jadi tidak sejauh itu."

"Eyang? Seperti Uta saja memanggil kakekmu begitu."

Keduanya tersenyum, "memang semua berubah setelah Uta lahir, kan! Akan Giwang hubungi kalau ada informasi lain." Dia melangkah meninggalkan Bimasena yang duduk nyaman dengan secangkir teh dan koran, meskipun fisiknya kini semakin lemah tapi tekatnya masih sama kuatnya seperti dulu.

"Teman eyang menawarkan pekerjaan, memang masih berhubungan dengan militer--" Ucapan Bimasena menahan langkahnya, "--di markas besar, tapi bukan sebagai prajurit. Kamu kan nggak pernah mau mengikuti jejak eyang di lapangan."

Giwang melirik kebelakang penasaran, "tugasnya?"

"Mencari informasi."

"Lalu apa yang Giwang lakukan sekarang memangnya? Menguntit para gadis? Nggak eyang, Giwang lebih suka bekerja dengan Eyang daripada harus di markas besar."

Bimasena tersenyum puas karena berhasil mendidik cucunya menjadi seorang yang memihaknya, walaupun ada sedikit kekhawatiran, "Eyang tidak akan bisa menolongmu, tapi berada dibawah markas besar akan menguntungkan karena gerakmu dilindungi hukum."

"Hukum itu sudah lama nggak berguna Eyang. Giwang bergerak atas nama keadilan. Seperti yang ayah mau, yang sejak dulu tidak pernah didapatkannya."

Luka itu masih berbekas meskipun rasanya sudah berbeda, menerima dan terbiasa itu masih menjadi prinsip hidup yang ingin Giwang pertahankan, namun meskipun sudah terbiasa ternyata Giwang masih banyak tidak terima atas takdir yang telah terjadi. Hari itu menjadi perubahan pada segalanya, meskipun tiga tahun kebelakang Giwang berada dalam kegelapan yang menyiksa, kini pria berambut pirang ini tak gentar melawan semua orang yang menghambatnya.

"Dosen - dosen Artemis juga jadi salah satu pelanggan khusus Pandora. Selain pelayanan, saya yakin Pandora punya barang yang diperjualbelikan, obat obatan atau minuman keras karena Dosen Artemis dalam daftar ini pernah ditangkap karena berkendara dalam keadaan mabuk-- Gio Juandra, Mattew Gordon, dan Dryan Pallevy" Kata Giwang.

Kebiasaannya saat membicarakan pekerjaan akan berbeda, akan sedikit serius dan terasa lebih resmi. Giwang selalu ingin melakukan semua hal sekuat tenaga sampai titik penghabisan.

"Semua masalahnya muncul dari tempat berpendidikan, dulu Hermes dan sekarang kampus ini." Bimasena menyenderkan kepalanya, menatap matahari yang sudah tenggelam menyisakan semburat cahaya dilangit senja.

"Saya akan mengawasi ketiga orang ini, tapi Gio Juandra menjadi prioritasnya. Dia menjadi satu - satunya dosen Artemis yang paling sering bertransaksi dengan Pandora."

Hening beberapa saat. Giwang lantas melirik ke pintu keluar, terdengar suara - suara berisik dari luar sana, bibirnya mulai menyungging mengetahui siapa yang akan datang, tangannya yang tadi hangat di saku kedua celananya kini dibebaskan, suara itu semakin dekat, kini Giwang berjongkok untuk menyambut-- "Kak Gigi~" Panggilnya selalu terdengar mengemaskan.

"UTAAAA..." Giwang menangkap tubuh kecil yang berlari dengan kencang setelah pintu terbuka, senyumnya begitu lembar sampai sesekali terdengar suara tawa yang menyelip, "udah main - mainnya sama Oma?"

Uta mengangguk, "Eyang!"

"Mau berpamitan dengan Eyang?"

Uta kembali mengangguk. Giwang menuntunnya mendekati Bimasena yang sekarang juga berdiri, berjalan mendekat, "cucu Eyang sudah mau pulang?"

BERJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang