"--sekarang udah minat belum?"===
Tragedi jatuhnya dua remaja dari gedung Dias empat tahun lalu menggemparkan kota saat orang - orang bersuka cita menyanyikan lagu kebahagiaan mengelilingi panggung festival yang megah. Semua orang ingin tahu siapa korbannya sampai panggung yang meriah itu sepi dan festival ditutup saat itu juga. Namun, hari itu hanya menjadi salah satu bagian dari ratusan hari dalam setahun, lambat laun orang - orang mulai tidak peduli lagi.
Berbeda dengan Giwang, malam itu menjadi mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Hidupnya kemudian terasa hampa. Meskipun sekarang dua remaja ini terlupakan, dulu media beramai - ramai menayangkan berita tentang ini. Semua orang mempertanyakan siapa korban yang berhasil menyelinap membobol penyergapan yang dirahasiakan. Hengkara kemudian menjadi sasaran utama media untuk mencari informasi setelah mengetahui keberadaan Amina di tempat kejadian perkara.
Dua Remaja Diduga Bunuh Diri Melompat Dari Lantai Lima.
Siapa Dua Remaja Yang Bunuh Diri Gedung Dias Saat Festival Kota?
Kacau! Festival Kota Ditutup Setelah Dua Remaja Laki - Laki Melompat Dari Atas Gedung.
Masih Dalam Penyidikan, Diduga Dua Remaja Laki - Laki Yang Melompat Dari Gedung Dias Adalah Putra Pemilik Protech Company.
Hengkara Bungkam, Kemana Putra - Putra Mereka Yang Diduga Melakukan Aksi Bunuh Diri Melompat Dari Gedung Dias?
Berita - berita ini menggiring pendapat masyarakat, tidak ada yang datang kepermukaan untuk mengungkapkan kebenaran. Robi tidak mungkin keluar dan mengaku jika saat itu adalah kelalaiannya dalam melaksanakan tugas karena akan merusak citra instansinya, Amina juga menyadari sebagai pengusaha musuhnya ada dimana - mana dan celah seperti ini bisa dimanfaatkan orang untuk menjatuhkannya.
Banyak orang yang kemudian mendekati Hengkara untuk mencari kabar mengenai kedua putranya, keluarga ini sepakat untuk diam dan menyembunyikan keberadaan keduanya.
Namun mereka tidak perlu khawatir untuk menyembunyikan putra bungsunya, Giwang. Dengan sukarela dia mengurung diri selama berbulan bulan sampai - sampai kulitnya berubah menjadi putih pucat. Meskipun dia memutuskan untuk bertemu dengan awak media, mereka pasti akan pangling dengan penampilannya yang menyerupai mayat hidup. Sampai pada akhirnya penantian media menjadi sia - sia, mereka tidak bisa menemui Giwang apalagi Aldevan. Media menyerah dan membiarkan artikel - artikel itu tidak memiliki kejelasan atau kabar yang mereka inginkan. Sampai kemudian, banyak orang melupakan tragedi Gedung Dias.
Sekarang, meskipun Dias telah diambil alih orang lain, lantainya bertambah tinggi dan Giwang yakin kalau waktu itu sudah setinggi itu jelas mereka berdua akan mati di tempat. Ingatannya seakan berhenti pada malam itu, perubahan besar pada kota ini tidak berarti baginya. Giwang sering berkendara melewati jalan panjang yang membentang di dekat alun - alun, dari sana dia bisa lebih dekat ke Apollo Medical Centre untuk menjenguk saudaranya yang belum mau membuka mata.
Ada satu hal yang Giwang takuti, bagaimana jika Aldevan tahu selama bertahun - tahun ini dia sama sekali tidak menjenguknya?
Langkah Giwang selalu berhenti di seberang toko bunga dekat rumah sakit itu. Dia hanya bisa duduk menatap gedung Apollo beberapa saat, kemudian mengambil jalan berputar untuk kembali pulang. Berbulan bulan seperti itu, Giwang tidak punya nyali untuk menatap Aldevan lagi, ketakutan jelas mengalahkannya.
Hari ini Giwang juga melakukan hal yang sama, duduk di atas sepeda motornya yang berhenti di dekat toko bunga itu sembari mendongak menatap gedung Apollo yang tinggi menjulang mengimbangi gedung gedung yang lainnya. Tangannya tidak lagi menggenggam stang motor namun ponsel yang baru saja digunakan mengirim kabar untuk kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERJIWA
General FictionTangannya sudah tidak bersih lagi karena pembalasan atas kehilangan, kemarahan, kesedihan, dan dendam tidak tuntas dibayar dengan air mata namun darah juga lengsernya para penguasa. Dimulai : Januari 2024 Diselesaikan : -