09|Jeruji Besi

42 5 3
                                    


Trauma itu kemudian hidup berdampingan bersama manusia, mereka tidak mau pergi begitu saja setelah datang dan membuat kacau semuanya.

====


"Pak, kalau mau tangkap saya tangkap aja pak! Saya gak akan lawan, tapi satuin saya sama teman saya yang ganteng itu, yang rambut pirang itu loh pak!" Sadira berteriak dari balik jeruji.

"Tenggorokan lo nggak sakit apa? Satu jam lebih loh Ra, lo teriak - teriak kayak gini!" Gatras melangkah menarik pergelangan tangan Sadira agar menjauh dari besi - besi yang menghalangi kebebasan mereka.

Sadira balas menatap Gatras, "lo nggak khawatir? Giwang tadi diseret depan mata kita, Tras! Nanti Jalea gimana kalo dia tahu Giwang digituin, hah?"

"Giwang bukan tanggung jawab lo, Ra! Lo juga nggak perlu selalu turutin Jalea." Gatras mencoba menenangkan.

"Sekarang tanggung jawab gue karena gue tahu Giwang terluka, dia nggak bisa apa apa! Bukan sebagai orang yang suka sama dia atau sebagai sahabat Jalea tapi nggak mungkin diam aja kalau ada orang ditindas didepan kita Gatras!" Sadira berbalik kembali, menatap satu dua orang yang berlalu melewati tempat itu, "bapak - bapak yang terhormat, saya nggak akan lawan! Tapi bawa saya ke tepat teman saya yang satu lagi!--"

"--atau bawa aja dia ke sini pak, teman saya yang pirang itu." Gatras akhirnya ikut berteriak.

"Yang ganteng, Tras."

"Ya-- maksudnya yang ganteng itu. Bawa teman saya yang ganteng itu ke sini aja kalo nggak mau bawa kita keluar dari sini." Ucapnya pasrah mengikuti Sadira.

Mereka dikurung dalam sel yang berbeda, Gatras bersama Sadira di sebuah sel kecil dengan satu lampu, didepan mereka ada beberapa sel yang gelap. Sedangkan Giwang belum diketahui dimana keberadaannya. Sebelum akhirnya Gatras dan Sadira ditahan di sini mereka telah diinterogasi, Sadira hanya membutuhkan tiga puluh menit, Gatras satu jam lebih dua puluh menit, dan Giwang sepertinya masih bersama mereka sampai saat ini.

Gatras kembali dari ruang interogasi itu dengan berjalan sempoyongan, membuat Sadira agak khawatir. Mereka tidak ragu menggunakan kekerasan rupanya. Hal ini yang membuat Sadira menjadi sangat berisik meneriaki orang - orang di sini, dia pikir Giwang tidak dalam keadaan aman kalau Gatras saja sampai babak belur seperti ini.

Lama mereka berteriak memanggil orang orang dan Giwang yang berharap bisa mendengarkan.

Semakin lama mereka menunggu, sudah kering tenggorokannya karena terlalu banyak berbicara.

Sampai kemudian terdiam, meskipun netra gadis bunga itu menatap nyalang kepada mereka yang berjalan hanya melewati saja tanpa mau memberitahu dimana Giwang berada.

"Nyerah?" Gatras mengejek.

"Nggak lah! Gila aja nyerah cuma gara - gara kayak gini! Dicuekin Giwang lebih sakit daripada dicuekin sama orang - orang itu."

Langkah kaki terdengar dengan jelas setelah mereka kembali diam, Sadira bersiap akan mengancam mereka dengan tatapan yang tajam. Tapi belum sempat ditatapnya, dua penjaga yang datang itu menarik paksa Sadira dan Gatras keluar dari dalam sel. Menggiring mereka tanpa boleh menatap kebelakang atau melihat sekeliling, bagaimana juga mereka mau menatap sekitar kalau di sana hanya berisi lorong - lorong dan jeruji besi yang beberapa gelap. Penerangan di tempat ini sangat payah, tapi masih bersyukur mereka bisa melihat tembok yang menghadang bisa mereka hindari tanpa masalah.

Tapi kabar buruknya adalah Sadira dan Gatras belum dibebaskan, penjaga menggiring kedua mahasiswa itu untuk bergabung dengan orang yang mereka cari sejak beberapa jam lalu.

BERJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang