⚠️TYPOS⚠️
•
•
•Lamaran Ali ditolak.
Kabar itu menyebar dengan cepat di kalangan staf asisten rumah tangga.
Salah seorang pelayan yang menyajikan makan malam mendengar celotehan nyonya besar mereka terkait keputusan Habib Umar yang lebih menerima Sayyid Maliq sebagai menantunya.
Mereka tidak tahu siapa itu Sayyid Maliq, tapi jika Habib Umar lebih memilih pria itu ketimbang Sayyid Ali, sudah pasti Sayyid Maliq punya tempat istimewa di keluarga Habib Umar.
Yang lamarannya ditolak tidak bereaksi keras karena hal itu. Setidaknya Ali sudah mencoba menggugu keinginan Abi untuk mencoba mengkhitbah Azalia, sejak awal tidak menggantungkan harap terlalu tinggi, karena dia tahu pernikahan sekufu itu biasa terjadi tanpa didasari perasaan yang kuat.
Bahkan kebanyakan pernikahan antara Sayyid dan Syarifah itu terjadi karena perjodohan yang disepakati kedua belah pihak keluarga.
Jadi, sebuah penolakan bukan masalah besar.
"Oh, itu Sayyid Maliq senior kamu?" Umi bertanya pada putrinya di sela-sela sarapan berlangsung.
Ali mengangguk. "Kami satu asrama."
"Tapi Umi rada ngeri ngeliat tatonya..."
Abi berdeham. "Akhlak mulia seseorang kan enggak dinilai dari tato. Buktinya Habib Umar yang luar biasa soleh pun mau jadiin mantu."
"Umi cuma ngomong aja kok. Hmm padahal anak Umi juga Masya Allah luar biasanya."
"Enggak jodoh, Umi." Ali menyesap tehnya.
"Padahal kalau enggak sama Ifah Azalia, Abi mau banget tu kenalin adek Zia ke Sayyid Maliq. Kelihatannya orangnya berbudi luhur."
"Eh? No no! Umi bakal siapin calon yang lain buat Zia."
Di saat yang bersamaan, Ali melirik staf dapur yang menyajikan teh.
"Loh, Shazia ke mana?" Umi bertanya karena bukan Zia yang menyajikan teh.
"Anu, Ifah Zia kayaknya lagi enggak enak badan, kemarin muntah-muntah pas bersihin kotoran tikus di kamar belakang."
Habib Haidar langsung berdiri. "Kenapa enggak nyuruh asisten rumah tangga? Yaa Allah..."
"Itu, Ifah nolak dibantuin katanya bisa sendiri."
"Emang bebal. Kalau udah sakit kan jadi repot semua!" Umi berseru.
"Lagian ini juga salah Umi, kenapa pake dipindahin kamarnya?"
"Lob Abi ini, Zia sama Ali bukan mahram! Mereka enggak bisa tinggal berdekatan kayak gitu, mereka harus punya ruang privasi masing-masing."
"Wallahi, Ali dan Zia itu kakak beradik, Umi."
"Sepupu langsung aja bukan mahram, apalagi ini sepupu jauh. Tolong ya, Abi paham aturannya kan?"
Ali masih duduk tenang sambil mempelajari materi perusahaan yang akan dipimpinnya dalam beberapa hari.
Habib Haidar tidak lagi mendebat istrinya dan bergegas memeriksa keadaan Shazia.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRULY
RomanceKecelakaan hebat merenggut nyawa kedua orang tua Shazia. Karena kemalangan yang menimpa dan membuatnya menjadi sebatang kara, kerabat jauh datang untuk merangkulnya, membawa Shazia kecil tinggal bersama mereka. Shazia mensyukuri kasih sayang yang me...