⚠️TYPOS⚠️
•
•
Backsound : بكلمه منك (Bikelma Mennak) - Sherine
•
•"Shazia..."
Pada akhirnya Ali membangunkan Shazia yang sudah tertidur cukup lama di dalam mobil.
Bahkan pekerjaan Ali dengan berkasnya sudah selesai dan Shazia masih terlelap.
Itu sudah begitu larut dan Ali pikir Shazia tidak akan nyaman jika terlalu lama tidur di kursi mobil.
"Zia..."
Suara Ali pelan, tanpa upaya mengguncang lengan, Shazia tentulah masih begitu pulas.
Juga, tidak mungkin menggendong Shazia dan membawanya ke kamar. Itu opsi paling tidak bisa ditoleransi.
Pada akhirnya Ali menepuk lengan Shazia pelan.
"Shazia..."
Yang dibangunkan perlahan mengerjap pelan lalu tercekat syok sambil melirik jam di layar ponselnya.
"Yaa Allah... Kakak, maaf Zia ketiduran. K-kenapa enggak bangunin Zia daritadi?"
"Tidurnya pindah ke kamar, terus ambil wudhu dulu."
Shazia panik dan malu lalu keluar dari mobil, melangkah cepat, masuk ke dalam rumah.
"Bisa-bisanya aku tidur sampe jam dua belas! Shazia kamu keterlaluan! Kasian Kakak Ali."
"Ngomelnya disimpen buat besok, sekarang masuk kamar. Udah larut."
Shazia berlari mendengar teguran Ali di belakang, dia bertambah malu karena ketahuan menggerutu kecil.
Ali memastikan Shazia masuk ke kamarnya lalu menggeleng kecil. Dia tak lantas ikut tidur, sebaliknya mengambil wudhu dan melakukan sholat malam.
Ada satu doa yang berbeda terpanjat setelah selesai bersujud di atas sajadah, dia meminta kepada Sang Pencipta bahwa setidaknya berikan seseorang alasan untuk tersenyum meskipun pahitnya kehidupan sukar dilawan.
~oOo~
"Kata Sayyid, ifah ditungguin di depan. Karena kelas masaknya satu arah sama kantor, jadi berangkat bareng."
"Pak Imron bukannya bilang Zia bisa naek bus..." Shazia meringis di balik cadarnya.
"Loh? Ngajarin bapak boong dong?"
"Eh? E-enggak gitu. Tapi kan Zia takut! Enggak mau."
Pak Imron terkekeh gemas melihat kelakuan Shazia yang tak ayalnya anak kecil.
"Udah enggak apa-apa, Kakak Ali kan enggak gigit, fah... ayo kasian Sayyid nanti kesiangan, ini kan hari pertamanya masuk kantor."
Jika tidak memikirkan reputasi Ali sebagai petinggi perusahaan menggantikan Ami, Shazia pasti akan beralasan ini dan itu dan menghindari berangkat bersama pria itu.
Shazia menarik nafas sebanyak-banyaknya sebelum langkahnitu bertemu dengan Ali di depan garasi. Dia sempat salah fokus melihat Ali dalam balutan stelan formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRULY
RomanceKecelakaan hebat merenggut nyawa kedua orang tua Shazia. Karena kemalangan yang menimpa dan membuatnya menjadi sebatang kara, kerabat jauh datang untuk merangkulnya, membawa Shazia kecil tinggal bersama mereka. Shazia mensyukuri kasih sayang yang me...