Chapter 11

1.2K 353 514
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Bagian paling penting yang Ali prioritaskan dari situasinya saat ini ialah; dia mendapatkan celah.

Yara memberinya celah.

Berkurang satu rintangan yang harus Ali lewati, meskipun alasan dari restu yang dia dapat dari Yara terbilang bertolak belakang dengan apa yang ke depannya akan dia prioritaskan.

Dia setuju untuk mencari cara tapi tidak akan menjadikan Shazia sebagai mesin produksi anak yang Yara pikir bisa membuatnya lega telah berlaku adil di dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Tapi, tidak.

Ali tidak akan menempatkan Shazia dalam kesulitan di masa depan, Shazia bisa menolak untuk hamil dan menyerukan protes keras jika Ali kelewatan—Ali akan mendengarkannya.

Ali akan memastikan Shazia aman.

Tapi hal pertama yang harus Ali lakukan, membuat Shazia tahu bahwa niatnya tidak jahat, Ali mencintainya, Ali hanya ingin bersamanya.

Bisakah Shazia mengerti bahwa Ali hanya ingin bersamanya?

Bisakah Shazia mengesampingkan penghakimannya dan memahami keinginan Ali untuk bisa bersamanya?

"Loh? Tumben kamu ke sini malem-malem? Sama Yar—"

Umi tidak melanjutkan ucapannya saat lebih dulu menangkap sosok Yara di belakang Ali.

"Ada sesuatu yang mau Ali bicarakan sama Umi dan Abi."

Umi dan Abi yang duduk di sofa saling bertukar pandang.

"Duduk, nak. Umi minta si mbak bikinin minum ya?"

Abi sedikit keheranan melihat Yara yang tidak seriang biasanya, bahkan terlihat begitu tegang di tempat duduknya.

Empat cangkir berisi teh hangat itu disajikan di atas meja, Yara meminumnya dengan gugup.

Bukan tidak mungkin mendapatkan reaksi keras saat mengatakan alasan sebenarnya kenapa dia dan Ali belum bisa memberikan cucu.

Selain Ali dan keluarga Yara, tidak ada yang tahu bahwa Yara tidak ingin mempunyai anak.

"Abi, Umi... Yara memutuskan untuk tidak mempunyai anak dan Ali sebagai suaminya menghormati keputusan tersebut."

Ali tentu tidak bisa menghindar dari reaksi syok kedua orang tuanya.

"Bukan karena kami ingin menunda punya momongan, tapi karena satu dan lain hal Yara memutuskan untuk childfree, Umi, Abi..."

"T-tapi kenapa, nak? Anak itu rezeki, keberkahan, kebaikan yang Allah kasih... kenapa Yara enggak mau?" Abi bertanya sementara Umi tidak dapat berkata-kata ketika kepalanya mulai terasa pening dan berputar.

"Maafin Yara, Abi. Tapi Yara dan Sayyid sudah menyepakati hal ini sejak berbulan-bulan lalu." Tukas Yara tanpa bisa menyembunyikan rasa bersalahnya.

Bukan tidak mungkin bahwa kedua orang tua Ali mendambakan seorang cucu dari putra semata wayang mereka, Yara juga mengerti akan sulit menerima bahwa keturunan Haidar akan berhenti di Ali.

UNRULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang