⚠️TYPOS⚠️
•
•
•Atas kesepakatan bersama, satu minggu dengan Yara dan satu minggu dengan Shazia. Ali setuju tanpa mempermasalahkan apapun.
Itu adalah hari kedua pernikahan Ali dan pria itu masih memberi Shazia waktu, dia bahkan tidur di sofa meskipun ketika bangun sudah mendapati sarapan tersaji hangat di atas meja.
Shazia belum mengatakan sepatah katapun sejak mereka resmi menjadi suami istri, Ali didiamkan dan hal itu membuat Ali sungguh tersiksa.
Sikap dingin Shazia membuat Ali kelabakan hingga tidak fokus bekerja sama sekali.
Apakah akan selalu seperti itu?
Tapi terlalu dini untuk menyimpulkan, Ali masih mengantongi kesabaran seluas samudra. Tidak ketika dia bahkan mengakui semua kesalahannya pada Shazia.
Sepulang kerja, Ali mendapati menu makan malam di meja, masih hangat dan menggiurkan.
Masakan Shazia memang istimewa, tapi Ali ingin disambut oleh senyumannya, ketika merasa harapannya terlalu tidak mungkin untuk menjadi nyata Ali lantas menyadarkan diri. Bahwa sejak awal Shazia menganggap pernikahan mereka adalah bencana.
Nafas lelah Ali lolos berulang kali ketika kakinya masih terpaku di depan pintu kamar mereka.
Malam itu masih sama, interaksi mereka terjalin hanya ketika sholat berjamaah, sisanya hanya kehampaan.
Shazia selalu pergi tidur lebih awal sementara Ali terpaku di atas sofa sambil menatap lelap wanita itu.
Perut Ali keroncongan tapi dia tidak berselera makan sejak kemarin. Sikap Shazia membuat suasana hatinya berkecamuk hingga makan tidak terdengar seperti sebuah solusi.
Pertengahan malam Ali terbangun untuk mengambil wudhu dan bersujud di atas sajadahnya, Ali mencoba menebus segala dosanya sejak kemarin, di hadapan Tuhan.
Karena Shazia masih perlu waktu.
Dia menggugu rasa bersalahnya, ketika tak lagi merasa sanggup dihantui penyesalan, Ali akan meringkuk di atas sajadah hingga terlelap hingga pagi.
Dia selalu terbangun di mushola, bedanya kali ini dia bangun lebih awal, selesai melaksanakan sholat subuh Ali hendak kembali ke kamar namun lebih dulu melihat siluet seseorang melangkah menuju dapur.
Segala hal tentang Shazia selalu tertancap dalam ingatan Ali, siluet mungil itu adalah istrinya dan Ali tidak salah, dia melangkah mengekori langkah sempit itu lalu menontonnya menyibukkan diri di dapur.
Sejatinya kaki Ali sudah begitu pegal karena tidak ada kursi di tempatnya diam-diam mengagumi sang istri, tapi segala hal tentang Shazia selalu sulit untuk dilewatkan. Ali ingin menatapnya lebih lama tanpa membuat wanita marah dan merasa direndahkan.
Masya Allah...
Ali mendadak menjadi penggemar nomor satu Shazia, menatapnya diam-diam, ikut tersenyum saat si cantik merasa puas dengan rasa masakannya.
Tunggu, apakah itu masakan untuk Ali sarapan?
Lalu muncul rasa sesal, jika tahu Shazia menambahkan bumbu senyuman manisnya, Ali mungkin akan menghabiskan masakannya tidak peduli sudah sekenyang apapun dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRULY
RomanceKecelakaan hebat merenggut nyawa kedua orang tua Shazia. Karena kemalangan yang menimpa dan membuatnya menjadi sebatang kara, kerabat jauh datang untuk merangkulnya, membawa Shazia kecil tinggal bersama mereka. Shazia mensyukuri kasih sayang yang me...