⚠️TYPOS⚠️
•
•
•Gula darah umi mendadak naik dan Ali beserta habib membawanya ke rumah sakit.
Setelah ditangani tim medis, umi diharuskan opname untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ali mengurus administrasi sementara habib menemani istrinya setelah dipindahkan ke kamar inap.
Wajah umi yang pucat dan kondisi tubuhnya yang lemas membuat Ali tidak beranjak dan setia duduk di samping brankar, menggenggam jemari sang ibu.
"Umi enggak tau deh kalau enggak ada Ali..."
Ali mengangguk tenang sebelum membaca sholawat.
"Abi enggak dianggep ni?" Celetuk habib di sofa.
"Sama Abi ketemu tiap hari, sama anaknya jarang banget. Umi selalu kangen Ali, makanya sekarang bersyukur Ali pulang."
Apa yang hendak Ali katakan semakin tertelan jauh, yang semula berada di ujung lidah berisi pemberitahuan bahwa Ali akan pindah ke apartemen kini menguap entah ke mana.
Melihat kondisi umi yang lemah namun berusaha merangkai semangat setiap kali menyatakan kegembiraannya akan kehadiran Ali, membuat pria itu berpikir lebih keras dari sebelumnya.
Dan tentu saja, menyatakan bahwa Ali akan kembali meninggalkan rumah bukan opsi yang tepat saat ini.
"Jangan tinggalin Umi lagi ya nak?"
Ali membenarkan selimut sebelum kembali menatap umi dan mengecup punggung tangannya. "Emangnya Ali mau ke mana?"
"Umi waswas tiba-tiba Ali kepengen melancong lagi."
"Posisi presdir baru kan udah diumumin, Ali punya tanggung jawab sekarang di sini. Jadi ya mau ke mana lagi emangnya?"
Umi mengangguk puas sambil tersenyum pada putranya.
"Nah karena sekarang Ali punya tanggung jawab baru di perusahaan dan banyak banget materi yang Ali pelajari sejak kemarin, jadi Ali boleh pulang." Habib menimpali sambil menepik bahu putranya.
"Loh? Enggak lah, Ali jagain Umi."
"Ada Abi... Umi enggak apa-apa kan sama Abi? Anaknya ini banyak kerjaan di rumah."
Umi mengangguk meski sebenarnya sedikit keberatan karena ingin ditemani putranya, jika tidak sadar bahwa Ali memegang tanggung jawab besar. "Umi enggak apa-apa. Ada Abi."
Ali memijit dahi dan memilih menunggu pemeriksaan kedua Umi sebelum memutuskan untuk pulang setelahnya.
"Kabarin Ali kalau ada apa-apa. Besok Ali ke sini lagi."
Habib mengangguk dan membiarkan putranya berlalu.
Di perjalanan pulang, Ali sempat menelfon seorang agen dan memberitahunya bahwa kepindahannya ke apartemen akan ditunda.
~oOo~
Zia mencemaskan ama namun ami tidak mengizinkannya ikut ke rumah sakit karena Zia baru saja pulih.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNRULY
RomantiekKecelakaan hebat merenggut nyawa kedua orang tua Shazia. Karena kemalangan yang menimpa dan membuatnya menjadi sebatang kara, kerabat jauh datang untuk merangkulnya, membawa Shazia kecil tinggal bersama mereka. Shazia mensyukuri kasih sayang yang me...