⚠️TYPOS⚠️
•
•
•Itu adalah pagi yang cukup membuat jantung Shazia tersentak. Untungnya ia sudah terlatih karena sering berada dalam situasi serupa setiap kali—tiba-tiba—mendapati Ali menyambut atensinya.
Ya, tiba-tiba. Seperti saat ini.
Shazia refleks melirik jam dinding lalu kembali menancapkan tatapannya pada Ali yang sudah rapi namun, kotor?
Pria itu, tanpa bersuara, menunjuk kemeja kerjanya yang terkena tumpahan kuah ketupat sayur yang dipesannya tak jauh dari area rumah sakit—saat hendak berangkat ke kantor.
Ali belum—berani—mengatakan apapun, terutama saat melihat reaksi Shazia yang seolah tengah dilanda sejuta tanya tentang merk deterjen yang ampuh untuk membersihkan noda ketupat sayur tersebut.
"Kok bisa ketumpahan?"
Meskipun suaranya lembut dan pelan, tapi Ali tidak melewatkan nada—sangat sedikit—kesal. Nada yang menghakimi betapa cerobohnya Ali telah mengotori kemeja itu.
"Enggak sengaja, sayang."
Ali beringsut kecil, meskipun tahu tubuh Shazia kecil dan kelihatannya tidak mempunyai banyak kekuatan untuk mengajak dan melawan Ali berduel di ring tinju, tapi langkahnya terasa berbahaya.
"Banyak gini nodanya, Kakak..."
"Buang aja, ya?"
"Loh? Jangan dong... kemeja ini kan kesayangan Kakak. Siniin, biar Zia cuci."
"Laundry aja lah, sayang..."
Shazia mempertajam tatapannya secara berani, dari situ Ali semakin sadar bahwa dia telah menyinggung harga diri Shazia dengan meragukan kemampuanya menghapus noda ketupat sayur tersebut.
"Lepas." Tuntut Shazia.
Karena pagi ini Shazia tampak intimidatif, Ali mengangguk patuh, tanpa memikirkan sebuah konsekuensi, dia melepas dua kancing lalu menarik kemeja itu ke atas hingga otot perutnya terpampang di hadapan Shazia. Oh, tidak. Lebih tepatnya, kini tubuh atas telanjangnya menjadi alasan tepat mata Shazia melotot, syok.
Ali mengerjap lalu berdeham keras, mencoba mengalihkan perhatian, ia tidak pernah berpura-pura bodoh di dalam hidupnya, tapi kini, demi Shazia, pria itu melakukannya.
"Adek?"
Apa yang begitu membuat Shazia syok berat?
Itu hanya tubuh atas Ali saja, tapi Shazia seolah tengah menghadapi bencana dahsyat
"Sayang?" Ali melambaikan telapak tangannya di depan wajah Shazia lalu menyadarkan wanita itu dari syoknya.
Tepat sebelum Shazia berpaling, Ali yakin melihat wajahnya memerah.
"Kakak juga belum sarapan, ketupat sayurnya kan tumpah."
Langkah Shazia yang diinterupsi kini berlanjut setelah dia mengangguk. "Zia siapin sarapannya dulu."
"Ini Kakak pakai kemeja yang mana yang sekiranya aman?" Ali tidak ingin ambil resiko kemeja yang dipakainya terkena noda lain dan membuat Shazia migrain memikirkan merk deterjen lain yang ampuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNRULY
RomanceKecelakaan hebat merenggut nyawa kedua orang tua Shazia. Karena kemalangan yang menimpa dan membuatnya menjadi sebatang kara, kerabat jauh datang untuk merangkulnya, membawa Shazia kecil tinggal bersama mereka. Shazia mensyukuri kasih sayang yang me...