SETELAH selesai mengucapkan kata-kata yang cukup menyakitkan, Taeyong keluar dari mobil kekasihnya; ralat, mungkin akan menjadi mantan kekasihnya.
Sebenarnya Taeyong sangat ingin mempertahankan hubungannya dengan Jaehyun, tapi setelah mendengar pernyataan barusan yang dilontarkan oleh Jaehyun itu membuatnya patah dan berpikir jika selesai dengan Jaehyun adalah pilihan yang tepat. Mungkin ini memang takdirnya, takdir dimana ia tidak bisa bersatu dengan Jaehyun.
Tidak apa, untuk kali ini dirinya mengalah. Mengalah agar orang yang dicintainya bahagia bersama yang ia cintai—walaupun bukan dirinya lah yang dicintai.
Taeyong mulai berjalan tak beraturan, karena kepalanya berdenyut sangat keras dan jangan lupakan matanya yang sangat bengkak akibat terus-terusan menangis menimbulkan efek pusing yang luar biasa dan pandangannya mulai kabur perlahan-lahan. Dengan langkah gontai ia mulai berjalan ke pinggir untuk beristirahat. Masih dengan suasana hujan deras ia perlahan-lahan mulai mendekati sebuah ruko bangunan yang sudah tutup, tapi belum sampai pada ruko itu—kakinya mulai melemah menyebabkan ia jatuh terperosok di pinggir jalan raya. Mencoba bangkit tapi apalah daya, ia sungguh tidak kuat. Pusing di kepalanya bertambah hebat, matanya juga bertambah berat—karena tidak kuat akhirnya ia tak sadarkan diri.
Sebelum kesadarannya hilang ia hanya berucap dengan suaranya yang parau.
"Jaehyun, semoga kamu bahagia bersama yeri."
•••
Di sisi lain, Jaehyun masih membeku dengan apa yang ia dengar. Ia masih tidak menyangka bahwa ucapan yang akan keluar dari mulut kekasihnya adalah tentang perpisahan.
Sungguh, Jaehyun memang sangat mencintai yeri tapi itu dulu. Sekarang yang ia cintai adalah Taeyong hanya Taeyong lah yang ia cintai dengan hebat. Yeri sudah Jaehyun anggap seperti adik sendiri, sedangkan Taeyong berbeda— Jaehyun menganggap Taeyong adalah rumahnya, kekasihnya, orang yang sangat berharga di hidup Jaehyun. Tapi kenapa? kenapa Taeyong berkata demikian.
Selang lima menit berdiam diri, akhirnya Jaehyun tersadar dan tersentak bahwa kekasihnya baru saja keluar dari dalam mobilnya, Jaehyun yang baru menyadari hal tersebut sempat memukul kepalanya lalu pergi dengan kecepatan penuh.
Matanya yang tajam mulai menyusuri jalanan kota, tak ada satu pun objek yang lepas ia amati. Ia sangat takut bahwa kekasihnya itu pergi ke tempat yang semakin jauh, tempat yang mungkin saja tidak bisa ia gapai.
Jaehyun kalut, tangannya bahkan mulai mengalami tremor, mencari kekasihnya sembari menjambak-jambakan rambutnya karena bisa lalai dalam memproses kejadian seperti ini. Jaehyun benar-benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu terjadi pada kekasih mungilnya.
Tak lama dari itu Jaehyun terfokus pada objek yang sedang ramai berkumpul di pinggiran jalan, Jaehyun panik takut bila itu kekasihnya. Tanpa pikir panjang ia pun berlari ke tempat yang ramai di kelilingi oleh orang-orang di sekitar.
Ketika sampai di tempat Jaehyun terkejut bukan main, ia tidak menyangka bahwa yang sedang pingsan tak berdaya dibawah itu adalah kekasihnya, reflek ia pun berlari menerobos kerumunan yang ingin membantu kekasihnya. Ia dengan sigap menggendong kekasihnya dan mengucapka terimakasih dengan mereka tanpa mau mendengarkan apa yang dibalas oleh orang-orang tersebut.
Jaehyun berlari ke dalam mobil, ketika sampai di mobil langsung saja Jaehyun meningkatkan suhu yang berada di dalam mobilnya dan memeluk Taeyong yang tak sadarkan diri.
Mencoba untuk tenang, Jaehyun mulai mengambil minyak angin yang berada di dashboard mobilnya dan mulai mendekati benda tersebut ke hidung bangir milik kekasihnya—berharap bahwa kekasihnya akan sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gus Is Dilapidate | Jaeyong
Teen Fiction[Bahasa non baku] [Humor] [Romance] "jaey, kamu nyadar gak sih kalo aku daritadi tuh lagi marah sama kamu?" taeyong. "lah kamu marah? kapan? kok aku gak nyadar si." jaehyun. warning : •bxb | homo | gay •bahasa kasar •gasuka? ya gausah dibaca bele...