"Raden apa yang sedang kau lakukan disana?"ucap seseorang kepada seorang raden yang sedang termenung menatap langit malam,
"Ah, paman tabib, aku hanya sedang mencari angin segar disini, berdiam diri di wisma membuatku cukup jenuh"ucapnya,
"Tapi raden, diluar sini sangat dingin,kau bisa jatuh sakit raden"ucapnya lagi.
"Apa yang sedang kau pikirkan raden?"tanya paman tabib, "Padjajaran"ucapnya sambil memandang ke suatu tempat yang sangat jauh.
"Raden?" ucapnya
"Kapan aku bisa kembali ke padjajaran, paman?"ucap raden penuh harapan, Paman tabib hanya menhela napas pelan,
"Raden, ini belum saatnya kau kembali ke padjajaran"ucap paman tabib pelan.
"Tapi, kenapa paman? Dan sampai kapan aku harus menunggu."
"Ini demi keselamatanmu raden, diluar sana sangat berbahaya, banyak pendekar golongan hitam yang berkeliaran"ucap paman tabib memberi alasan, "Aku bisa menjaga diriku sendiri paman"ucap raden mencoba menyakinkan.
"Maaf raden, untuk saat ini,paman tetap tak mengijinkanmu untuk kembali ke padjajaran"ucap paman tabib tegas,
"Tapi paman, di istana pasti keluargaku sudah sangat merindukanku"
"Sekali lagi maaf raden, paman tetap tak mengijinkanmu untuk kembali ke padjajaran raden"ucapnya sekali lagi. "Untuk sekarang sebaiknya raden tetap berada disini, dan sebaiknya raden kembali ke wisma raden, angin malam akan semakin dingin"ucap paman tabib. Raden pun masuk kedalam wismanya,
Tinggallah disini paman tabib sendiri ditemani langit bertabur bintang, "Maafkan paman raden, bahkan paman sangat ragu bahwa keluarga istana masih merindukanmu setelah kejadian itu"ucapnya pelan.
Seperti yang sudah direncanakan kawan, Alur cerita akan tetap pada tokoh utama yang sama,
Kau baca?
Raden? Raden mana?
Itu raden kian santang, Tokoh utama yang kan selalu pada alur ceritaKalian tahu?
Raden bukan ada diistana. Melainkan tinggal dipedepokan persilatan yang dipimpin oleh paman tabib tadi.Mengapa raden berada disini? Entahlah raden sendiri pun tidak tau, terakhir kali ia melihat keluarganya adalah ketika ia akan berangkat ke pedepokan yang dijemput oleh paman tabib.
Raden tidak tahu banyak alasannya ia dikirim ke pedepokan, ketika ia bertanya pada paman tabib, paman tabib hanya berkata ia dikirim ke sini karna keluarga istana ingin raden memperdalam ilmu kanuragan. Raden sendiri hanya percaya saja, karna raden tidak tahu bahwa sebenarnya ia sedang menjalani hukuman buang seumur hidupnya.
Dan ketika suatu saat raden kian santang dan paman tabib pergi ke pemukiman desa. Mereka berencana akan membeli keperluan sehari, hari itu ia bisa sedikit mengobati rasa rindunya pada keluarga istana.
Sesampainya dipasar desa. Mereka langsung masuk kedalam pasar desa, kebetulan sekali
Suasana pasar sedang ramai.Tiba tiba,
"Hey lihatlah, bukankah itu raden Kian santang" ucap seorang rakyat sambil menunjuk raden kian santang pada temannya.
Rakyat langsung mengenali raden Kian santang, ia memang tidak memakai penutup wajah, sebelumnya paman tabih sudah menyuruhnya untuk memakainya, namun ia tak mau memakainya. Untuk apa? Memangnya ia seorang buronan?
"Ya benar , itu raden kian santang,tapi bagaimana bisa ia ada disini?"ucap temannya, "Bukankah padjajaran sedang menghukum raden kian santang"ucap orang kesatu lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE OF PADJAJARAN One Shot / Two Shot
Short Story" Sepenggal cerita dari raden yang membumi, ia adalah tujuh jiwa dalam satu raga, tuturnya lembut seperti kain sutra yang ditenun, bak Arunika dari ufuk timur yang tenggelam ke barat. Seorang yang kalis, seperti kidung ini yang mengalir jauh nian s...