3 peran

260 17 2
                                    

cerita hanya sekadar khayalan semata

Padjajaran.

Sekarang bukan seperti dulu lagi,
Drastis berubah,
Yang awalnya warna warni menjadi kelabu..

Sejak terjadinya penyerbuan besar besaran
Yang menewaskan anggota istana termasuk keluarga utama sang raden,

Raden kian santang

Hanya tersisa rayinya
Raden surawisesa

Namun sang rayi pun sekarang hanya bisa terbaring lemah, ia menderita sakit karna ulah seseorang yang mencampurkan suatu racun mematikan pada makanannya.

Siapa dia?
Mungkin musuh musuh sang raden

Bahkan orang orang yang baik hati seperti raden berdua malah mempunyai musuh musuh yang banyak,

Ya

Terkadang suatu kebaikan tidak selalu diterima dengan senang hati,

Lalu?
Bagaimana dengan keadaan istana?
Yap
Jangan khawatir
Sudah diurus oleh pendekar golongan hitam dengan sistem pemerintahan hitam, Yang dipimpin oleh seorang raja bajakan.

Kita sebut saja:
Raja argadana

Pajak semakin tinggi,
Hasil bumi dirampas,
Yang membangkang dipancung,
Rakyat kecil semakin tertindas.

Bayangkan saja!
Istana sudah memiliki banyak harta, kekayaan yang berlimpah tapi malah, semakin menguras pakan makanan rakyat.

Komplit!
Pejabat makan uang rakyat

***************************
Kembali ke topik,

Disini raden kian santang kembali ke tempat tinggalnya setelah lelah bekerja di pasar dan mencari kayu bakar

Rumah raden bukan istana lagi, melainkan gubuk kecil tengah hutan beratapkan alang alang jerami, ini salah satu antisipasi agar tidak diketahui musuh, ia tahu bahwa ia mampu untuk melawan mereka semua, namun tidak untuk rayinya.

Bukan artinya raden tak ingin melindungi sang rayi, namun jika tak ada dirinya di rumah, siapa yang akan menjaganya?

Maka karna itu, ia lebih memilih untuk bersembunyi di tengah hutan.

"Sampurasun" salam raden kian santang pada penghuni rumah yang sedang terbaring
"Rampes" ucap lirih penghuni rumah dengan mata yang tertatap ke langit langit rumah.

"Rayi,"ucap aden kian santang agak prihatin dengan kondisi rayinya.

"Raka? Kau sudah pulang? "Ucap raden surawisesa mengalihkan tatapannya pada rakanya. Karna melamun terus, raden surawisesa hanya menjawab salam tampa peduli siapa yang bersalam.

"Ah ,rayi kupikir kamu menyadari kepulanganku"ucap raden kian santang berbasa basi untuk mengalihkan pikiran raden surawisesa Yang sedang kosong.

"Maaf raka"ucap singkat raden surawisesa,

Raden kian santang hanya menggangguk ngangguk kecil, sambil mengipas ngipas badannya yang berkeringat menggunakan kipas angin manual.

Eh, apa namanya?
Kipas angin manual?
Ihit ya?

Raden surawisesa yang dari tadi memperhatikan gerak gerik rakanya hanya merasa bersalah. "Raka, maafkan aku tak bisa membantumu, rasanya aku hanya menjadi beban saja"

"Ingin sekali aku ikut bersamamu setiap pagi kau pergi, tapi kakiku mati rasa untuk melangkah"ucap raden surawisesa menatapi nasibnya,

Kaki mati rasa,
Lumpuh,

Raden langsung menatap dua rius pada rayinya, "Rayi, kau sama sekali tidak membebaniku, aku malah bersyukur karna aku masih memilikimu setelah apa yang aku miliki telah banyak hilang"ucapnya.

Krik krik,
Suara jangkrik lewat ,

Kembali ke topik untuk kedua kalinya,






Raden surawisesa menatap dalam rakanya,
"Terima kasih raka, terimakasih karna kau masih menerimaku sampai saat ini"

"Tak masalah rayi",


"Ah, rayi kau belum makan apapun hari ini,
Dan sekarang kau harus makan, sudah kumasakkan ikan bakar untukmu"ucap raden Kian santang sambil menyodorkan ikan bakar hasilnya,

Raden surawisesa menerimanya dengan senang hati dan memakannya,  "Apa kau tidak makan raka?"ucap raden surawisesa karna dari tadi raden kian santang hanya terdiam seperti merenungkan sesuatu.

Sontak raden kian santang langsung menengok rayinya,

"Tentu saja aku akan makan, aku juga manusia pasti akan merasakan lapar rayi" ucap raden kian santang sambil menunjukka  ikan bakar satunya. Ikan bakar satu ini terlihat sedikit gosong. aden surawisesa terkekeh pelan.

Yes!
Berhasil rencana raden kian santang berhasil untuk membuat rayinya tertawa. Setidaknya itu akan sedikit mengurangi rasa sedih dan rasa sakit rayinya.

"Apapun yang kau olah akan selalu enak raka"ucap raden surawisesa memuji rakanya,

"Tentu saja rayi! Aku belajar dari ibun-"raden kian santang terhenti bicara,

Salah lagi!
Raden kian santang salah bicara dengan menyebut kata "ibunda" didepan rayinya.

Seperti apa yang raden kian santang pikirkan. Kini, raden surawisesa kembali menenggelamkan pikirannya pada masa lalu
Dan itu kelam,

"Raka"

"Aku merindukan ibunda dan ayahanda raka"ucap pelan raden surawisesa seperti sebuah harapan.

"Raka aku sudah lelah raka, aku ingin tertidur panjang tampa terbangun lagi dan akhirnya aku bisa bertemu ibunda dan ayahanda raka"ucap raden surawisesa makin putus asa.

"Aku ingin tertidur saja raka"ucap raden surawisesa frustasi.

Dengan cepat Raden kian santang berkata,
"Tidak rayi, jangan menyerah! Kau masih punya aku! Percayalah rayi, setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang sempurna rayi"ucap raden kian santang menyakinkan.

"Tapi raka, secara perlahan lahan racun ini pasti akan merenggut nyawaku bukan?"ucap raden surawisesa menusuk hati.

Dan lihatlah,
Raden kian santang hanya bisa terdiam bisu tampa bisa menatap mata rayinya yang agak berair.  "Aku pasti akan bisa menemukan penawarnya rayi"ucap raden kian santang.

"Percayalah rayi"

_______




"Raka"

Raden kian santang yang sedang membakar ubi pun menoleh pada rayinya,

"Kau sudah bangun rayi?"ucap raden kian santang,

"Raka" Panggil lagi raden surawisesa.

"Tadi malam aku bermimpi ibunda dan ayahanda raka"ucap pelan raden surawisesa,

Lagi dan lagi,
Raden surawisesa masih mengingat ibunda dan ayahandanya.

"Apakah ini pertanda bahwa mereka akan menjemputku menuju ajalku raka"ucap raden surawisesa bertanya pada dirinya sendiri.

Raden kian santang agak terkaget, "Jangan berkata seperti itu rayi, aku tidak menyukainya rayi"ucap raden kain santang mengingatkan.

"Tapi raka, Ibunda dan ayahanda"

"Sudahlah rayi, jangan kau ingat lagi ibunda dan ayahanda, mereka pasti disana akan bersedih melihat keadaanmu seperti ini rayi"

"Disini masih ada aku rayi, sebagai rakamu, ibundamu sekaligus ayahanda untukmu"ucap raden kian  santang Sambil mengelus pucuk kepala rayinya.


Dan kini,
Raden bukan hanya seorang raka,
Melainkan menjadi seorang ibunda sekaligus ayahanda bagi rayinya.

"Mulai saat ini, anggaplah aku sebagai ibunda dan ayahanda bagimu rayi"


Selesai sampai ini,
Tunggu cerita berikutnya ,
Dan jangan lupa selalu vote.



















PRINCE OF PADJAJARAN                                    One Shot / Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang