Aku rela

272 19 4
                                    

"cerita hanya khalayan semata"


Di suatu tempat yang gelap, Cerita ini bermula.

Hap,
Suara seseorang yang melompat keras.

"Dimana aku? Tempat ini sangatlah asing bagiku"ucap raden kian santang Sambil menelisik lebih jauh tempat yang sekarang ia berada

Tiba tiba netra penglihatan raden kian santang tertuju pada satu objek

"Siapa dia?"tanya raden kian santang pada dirinya sendiri

Cukup lama raden kian santang meneliti sesosok wanita yang tak jauh darinya

Sosok wanita itu terlihat samar samar karna hanya tertimpa sedikit remang remang cahaya

"Mengapa ia bisa disini? dan, ah,bukankah pucuk sanggul yang berada di kepalanya itu adalah milik bunda?"

"Tidak salah lagi, itu pasti ibunda"ucap raden kian santang sambil menghampiri sesosok wanita didepannya

'' Ibunda? Apa yang kau lakukan disini ibunda? Ibunda?"

Srebb,

Seseorang dengan aura hitam langsung menangkap gusti ratu Subang larang Sambil menodongkan pisau tajamnya ke arah leher ratu Subang larang,

Melihat itu membuat raden kian santang membelalakkan matanya, "Apa yang kau lakukan pada ibundaku? Dan siapa kau?"ucap raden kian santang penuh amarah.

"Kau tak perlu tau siapa aku kian santang" Ucap penopeng tersebut sambil berkacak pinggang.

"Lepaskan ibundaku! Jika ibundaku terluka, siap siaplah berhadapan denganku"ucap raden kian santang dengan tegas.

Penopeng hanya memandang remeh pada raden kian santang,  "Cih, begini kah perlakuanmu pada tamu yang baru datang? Tak ada sambutan untukku?"ucap penopeng dengan nada bicara mengejek.

"Aku tak punya urusan denganmu! Dan lagipula kau bukanlah tamu bagiku!"ucap raden kian santang.

"Baiklah jika itu maumu! Lihatlah kian santang, ibundamu akan tewas di tanganku"ucap penopeng.

"Hentikan! Jangan lakukan itu pada ibundaku!"

Jleb!

"Ibunda! Tidak,"

"Ibunda!"

"Astagfirullah,"
Raden terbangun, "hanya mimpi? Syukurlah"
Ia mengusap ngusap pelan matanya yang sedikit berat. "Apakah aku menangis?"tanya raden kian santang karena melihat tangannya yang basah oleh air matanya.

"Tapi, mengapa aku agak merasa janggal  dengan mimpi tadi? Dan entah mengapa mimpi itu terlihat sangat nyata"ucap raden kian santang penasaran,

"Apakah ini sebuah pertanda?"



Fajar mendatang,
Menggantikan malam yang gelap gulita,

"Rai kau kelihatan lusuh sekali hari ini"ucap raden walangsungsang pada raden kian santang,

"mungkin itu karna tadi malam aku tidak bisa tidur"ucap raden kian santang sambil merenggangkan badannya yang sedikit pegal

"Kau ini selalu saja telat tidur rayi"ucap raden walangsungsang. "Itu tidak baik rayi,tidak sepertiku, aku pasti akan selalu disiplin tidur tepat waktu dan juga bangun pagi tepat waktu rayi"

"Kau memang rajin yunda"ucap raden kian santang mengakui kedisiplinan yundanya

"Tentu saja, walaupun aku seorang putri, tapi itu tidak bisa membuatku hanya bermalas malahan,  aku ingin menjadi wanita kuat yang bisa membela padjajaran jika ada pemberontak"

PRINCE OF PADJAJARAN                                    One Shot / Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang