Merapah

178 18 0
                                    

"Hanya sekadar khayalan semata"

___

wisma raden kian santang

Ha Ha,

Ha ha ha,

"Sudahlah raka, aku lelah tertawa" ucap nyimas rara santang sembari sekali kali tergelak. Raden walangsungsang tergelak .

" salah mu rayi, kau mudah sekali tertawa, kau orang yang sangat humoris" ucap raden walangsungsang. " Ya, aku juga" ucap raden surawisesa tak ingin kalah.

"Apakah kalian ingin lelucon lagi?"ucap raden walangsungsang. Dengan serempak nyimas rara santang dan raden surawisesa menjawab.

" Tentu raka"

Kembali lagi.

Dengan 3 tokoh pertama

Raden walangsungsang, nyimas rara santang dan raden surawisesa.

Seperti biasa mereka selalu berkumpul, berbincang ringan , Selalu ceria dan damai.

Tapi kali ini tidak dengan raden kian santang,
Ia hanya terdiam tampa menyimak lelucon dari saudara saudaranya.Raden kian santang sendiri terlihat tidak peduli dengan lelucon saudaranya.. ia lebih banyak murung.

Kadang kadang ia mengeleng gelengkan kepalanya, seperti mengingat suatu hal,
Raden kian santang menghela napas panjang.

Saudara saudaranya menyadari sesuatu yang tak beres terjadi pada raden kian santang sehingga mereka mendekatinya. "Rayi,kau baik baik saja? Kalihat kau seperti memikirkan sesuatu?" Ucap raden walangsungsang sembari mengusap pundak sang rayi.

Raden menatap raden walangsungsang,

"Jangan khawatir raka, aku tak mengapa" ucap raden kian santang dengan sedikit tersenyum sembari melepaskan tangan sang raka dari pundaknya tanda tak ingin diganggu. Raden walangsungsang mengerti.

"Raka, kau terlihat sedang memikirkan sesuatu" ucap raden surawisesa tiba tiba,
Raden kian santang menatap raden surawisesa sendu.

"Raka? Apakah benar kau sedang memikirkan sesuatu?"tanya raden surawisesa sekali lagi. Raden kian santang hanya terdiam yang membuat raden surawisesa semakin bingung.

"Ah, tidak mengapa jika raka tak ingin menjawab. Tetapi jika ada yang dibutuhkan kau bisa memanggil kami.."ucap raden surawisesa dengan senyuman manis.

Raden membalas senyuman itu, "Tak usah mengkhawatirkan aku rayi, hanya saja"raden menggantungkan kalimatnya.

Ia terlihat sendu sembari menatap sebuah ukiran kayu kecil yang didalamnya terukir namanya. Raden kian santang.

Saudara saudaranya terkejut, "Kau memikirkannya?"ucap raden surawisesa .

Raden terdiam sembari mengelus pelan ukiran itu. "Aku tak bisa melupakan itu"ucap raden kian santang.

"Rayi, dia sudah tenang disana," Ucap lembut nyimas rara santang,  " dan Ini sudah 2 tahun setelah kejadian itu, kau harus melupakannya, lagipula abimanyu pasti akan bersedih hati melihatmu seperti ini"ucap nyimas rara santang lagi.

"Yunda"ucap raden kian santang, "Aku mungkin bisa melupakannya, jika tak ada amanat yang membebani"ucap raden kian santang sendu. Nyimas rara santang terkejut.

"Amanat? Apa maksudmu"tanya nyimas rara santang kebingungan. Saudara saudaranya yang lainnya juga nampak kebingungan.

"Amanat apa yang kau maksud?"

Raden kian santang menatap nanar pada ketiganya, "Kalian melupakannya?"tanya raden kian santang. Saudara saudaranya menatap satu sama lain dengan raut kebingungan.

PRINCE OF PADJAJARAN                                    One Shot / Two ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang