23 : Butterfly

6.2K 378 60
                                    

Aku sepertinya sudah kehilangan akal, aku menghabiskan banyak sekali hidangan malam ini. Mungkin orang-orang yang melihatku akan berpikir bahwa aku datang kemari hanya untuk makan.

"Wanda, sudah selesai makannya? Dari tadi aku perhatiin kamu makan mulu." ujar Aldi menghampiriku.

"Makanannya enak-enak, memang pernikahan orang kaya itu beda ya." ucapku sembari tersenyum membayangkan seberapa banyak makanan yang sudah masuk ke dalam perutku.

Aldi mendekatkan bibirnya ke telingaku, ia berbisik "Wanda, kamu daritadi sibuk makan atau gimana sih sampai enggak sadar?"

"Kenapa? Kamu dari tadi nyari aku ya?" ujarku merasa bersalah.

Aldi menggelengkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke telingaku, "Kamu enggak nyadar kalau dari tadi ada pria yang mengamati kamu dengan tatapan menyeramkan?"

"Mungkin dia terpesona sama kecantikan aku."

Aldi memegang pundakku sembari mendorong tubuhku menghadap ke arah selatan dari tempatku semula berdiri.

Aku terperanjat melihat Abian mengawasiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terperanjat melihat Abian mengawasiku. Sepasang mata itu menatap mataku dengan tajam, seakan-akan menyuruhku untuk tidak berdekatan dengan pria lain.

"Kamu yakin enggak kenal sama pria itu? Kenapa dia mandang aku kayak mau ngajak ribut gitu ya? Mana sambil melipat tangan kayak gitu lagi..." keluh Aldi sembari memperlihatkan rambut halus di tangannya yang sudah berdegik ngeri.

Aku menelan ludahku dengan susah payah, "Cuekin aja."

Aldi melirikku dengan heran, "Kamu yakin cuekin aja? Tatapannya udah kayak menembus langit gitu Wanda." 

Aku tertawa mendengar ucapan Aldi, "Kalau kamu cowok, samperin aja. Marahin dia kenapa lihat kita dengan tatapan kayak gitu." 

"Menurut kamu aku berani?" 

"Enggak." jawabku.

"Memang cuman kamu yang paling ngerti aku." ujar Aldi sembari mengaitkan lengannya dengan lenganku. 

Aldi seketika segera melepas kaitan tangannya di lenganku saat matanya menangkap sosok Abian berjalan mendekati kami. Ia sudah memasang wajah seserius mungkin walaupun sebenarnya hatinya terlihat gusar. Sejujurnya aku tidak bisa menahan tawaku saat melihat wajah serius Aldi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Impressive PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang