🍒bab 2🍒

603 26 0
                                    

Echa berada dalam kamar, merias diri. Sementara kedua adik dan ayahnya berada di kampung. Echa bersama sang ibu di kota. Semua karena ia harus mengurus Ratih. Sebulan sekali wanita itu mengantarkan Ratih untuk melakukan cuci darah.

Ratih sudah tertidur, biasanya ia akan menitipkan ibunya itu pada tetangga. Ratih masih bisa bergerak dan melakukan pekerjaan rumah ringan. Tetao saja ia khawatir, jadi meminta Sinta tetangganya untuk mengintip ke rumah jika sempat. Memastikan sang ibu aman dan sehat.

Sebuah pesan singkat masuk dari Sarah.

Sarah:
Ke hotel V, lantai paling atas. Masuk ke kelompok delapan ada disebelah kanan ya. Ya di sana nikmatin aja musiknya. Duduk dan tunggu... Pasti akan ada cowok yang deketin.

Echa:
Aman kan mbak?

Sarah:
Aman, kenalan aja kan. Kalau ga dapat cowok tajir besok datang lagi. Setiap ladies night. Jangan sampai ke ruang 9 ya. Itu mereka punya kegiatan khusus. Oke?

Echa:
Oke mbak ruang 8 kan. Siap siap. Terima kasih ya Mbak.

Sementara itu saat ini Sarah sedang bersama Bagas di apartemen sang atasan. Hari yang mereka lewati di kantor sepertinya masih kurang. Jadi mereka habiskan malam bersama di apartemen lagi.

Pria itu baru saja keluar dari toilet, mengenakan handuk putih yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya. Berjalan menghampiri Sarah yang mengenakan kimono, pria itu kemudian duduk di samping Sarah. Mengendus belakang tubuh wanitanya sambil memejamkan mata.

"Gas, stop ih. kan tadi sudah, masa kamu nggak puas juga?" Sarah kelelahan dengan nafsu Bagas yang benar-benar kadang di luar nalar.

"Iya, udah kok. Aku cuma mau cium kamu doang. Siapa itu? Siapa yang ngechat kamu?" Pria itu bertanya karena melihat pesan yang terbuka di layar ponsel Sarah.

Tidak ada yang ditutupi oleh Sarah, karena Bagas adalah kekasihnya. meskipun Ia hanya dijadikan sebagai selingan. Semua itu karena, Bagas sudah memiliki tunangan. Tunangan Bagas seorang dokter yang bekerja di luar kota.

"Ini tadi si Echa. Kamu tahu kan? Itu office girl di di kantor kita?" Apa yang ditanyakan oleh Sarah mendapat anggukan kepala dari Bagas.

"Iya, aku tahu dia kok. Dia kan memang tugasnya bikinin aku kopi setiap pagi. kenapa?"

"Dia minta ke aku untuk kasih tahu dia Gimana caranya supaya dapat pacar yang kaya. Aku tahu sih dia emang lagi kesusahan uang, untuk biayain ibunya. Karena aku tahu ibunya itu emang sakit."

Bagas tertawa sinis. "Lagian siapa yang mau sama dia sih? badannya dia gendut kayak gitu?"

Mendengar apa yang dikatakan oleh Bagas membuat Sarah tertawa terbahak-bahak. "Dia itu sebenarnya cantik lagi gas. Dia itu sering bikin konten make up tutorial gitu. Dan Emang kelihatan beda banget kalau dia make up."

Bagas mengarahkan tangannya ke pipi Sarah, kemudian mengarahkan wajah Sarah dan mengecup bibir gadis itu. "Kayak kamu gini dong, cantiknya natural. Nggak usah pakai make up gini gitu udah cantik banget."

"Alah gombal kamu." Sarah menolak, meski dia menerima kecupan Bagas pada akhirnya. "Aku itu, sebenarnya agak nggak suka sama dia."

"Kenapa kamu nggak suka sama dia?"

"Karena dia beberapa kali mergokin kita Gas. Dia beberapa kali mergokin kita. Aku cuman takut aja kalau dia tiba-tiba ngomong ke orang-orang."

"Terus mau kamu gimana? Bisa bahaya, kalau orang-orang tahu. Kamu tahu kan, tunangan aku bisa aja didengar dari orang yang kita nggak tahu."

Sarah menganggukkan kepalanya, kemudian dia berpikir cara Apa yang bisa dilakukan untuk membuat Echa tidak membongkar rahasianya bersama Bagas. "Gimana kalau kamu pindahin dia di pabrik utama? Jangan ditaruh di kantor, Kalau di pabrik utama kan kamu tahu lah-gimana situasinya."

Bagas menganggukkan kepalanya seolah setuju dengan apa yang dikatakan oleh Sarah barusan.

Sementara itu Yuji berada di apartemennya. Dia benar-benar berbeda ketika berada di rumah, sosok Agus yang terlihat lemot, dan culun dengan kacamata dan rambut gondrong yang tidak tertata. Sementara sosok gigi, seorang calon pemilik perusahaan yang kaya, dengan pakaian rapi dan bermereknya. Tak lupa dengan arloji seharga mobil yang terpasang di tangan kirinya.

Hari ini dia berniat mengikuti sebuah kegiatan bersama rekannya, Jason. Keduanya akan datang ke ruang 9, tempat di mana ada sebuah permainan yang menghasilkan. Yuji belum pernah melakukan itu dan Jason ingin mengajaknya melalui experience yang baru.

Ponsel Yuji berdering, dengan segera dia menerima panggilan dari Jason. "Ya?"

"Sudah selesai belum? Gue nungguin dari tadi."

"Udah, aku turun ke bawah." Yuji menjawab pertanyaan jasa sambil berjalan turun. Berjalan menuju tempat di mana Jason memarkirkan mobilnya. Dia malah untuk mengendarai mobil sendiri, lagi pulang sepertinya malam ini dia akan menginap.

"Lama banget sih. Lagian nanti, kita nggak butuh jas dan kemeja ini." Jason mengatakan itu sambil memegang kerah kemejanya.

"Memangnya kenapa sih? Maksudnya, Ada kegiatan apa di ruang 9?"

Jason tersenyum, kemudian dia mengendarai mobilnya. "Hari ini ruangannya dirubah, karena orang yang gak terlalu banyak jadi kita pindah ke ruang 8."

"Pertukaran, hari ini adalah ladies night. Jadi kita ngalah, dan pindah ke ruang yang lebih sempit dan itu juga cuman sementara kok."

Yuji semakin tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Memang sih tadi Jason mengatakan kalau kegiatan itu akan sangat menyenangkan.

"Iya, cuman aku nggak ngerti maksudnya di kegiatan apa di sana?" Yuji bertanya lagi.

Jason melirik sambil tersenyum nakal ke arah Yuji. "Ya tidur."

Kedua alis Yuji bertaut, menatap ke arah Jason masih bingung. "Tidur? Ngapain kita datang ke tempat jauh cuman buat tidur doang?"

Jason menganggukkan kepalanya, lagi-lagi dia melirik arayuji dengan tatapan jahil. "Tidur sama cewek. Meluangkan hasrat, main di atas kasur. jangan bilang lo nggak ngerti apa yang gue bilang lo pasti paham kan? Lo itu laki-laki."

Yuji melotot mendengarkan apa yang dikatakan oleh Jason barusan. Bagaimana bisa anak itu mengatakan dengan gamblang apa yang akan mereka lakukan. Memang sih dia bertanya penasaran, Tapi tetap saja terkejut.

"What?!"

"Apa? Kita akan membaur, pertama perempuan yang akan masuk dan dia akan menentukan nomor kamar. Terus, giliran laki-laki yang masuk dan kita akan tentukan nomor kamar. Setiap laki-laki akan menghampiri kamar yang ditentukan titik dan yang pasti di kamar itu sudah ada perempuan yang akan menjadi partner kita untuk melampirkan hasil selama semalaman."

"Ah shit! Jason?!" Yuji terkejut rasanya ingin mundur saja.

Melihat reaksi yang diberikan oleh Yuji membuat Jason tertawa terbahak-bahak. "Ini akan asik banget loh. Cewek-cewek yang milih itu ada yang tante-tante, ada yang seusia kita, ataupun perempuan-perempuan yang lebih muda dan lo harus menghabiskan malam sama mereka. Gak boleh menolak, karena ada konsekuensinya."

"Konsekuensi?"

"Iya, konsekuensinya adalah apa yang kita lakuin malam itu akan disebar di sosial media."

"Mendingan aku pulang aja deh kalau kayak gini."

"Nggak bisa, gue udah daftarin suara khusus."

"Ah shit Jason?!" Yuji berteriak kesal.

Sementara itu mendengar teriakan dari hujan yang membuat dia senangir sambil tetap fokus dengan kemudinya.

"Santai aja, di sana juga disediain pengaman kok. Dan, yang pasti kita juga kita harus meneguk minuman berisi viagra. Dengan kayak gitu, siapapun pasangan kalian pasti harus melampiaskan, jadi nggak akan ada yang rugi."

"What?!"

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang