🍒BAB 16🍒

231 17 1
                                    

Echa sudah bersiap dan rapi mengenakan pakaian yang disiapkan pagi tadi. Rambutnya sengaja dikepang setengah dan dibiarkan tergerai di belakangnya. Gadis itu kemudian menunggu Yuji menjemputnya. Tak sabar menghabiskan waktu bersama Yuji.

Sejak tadi keduanya saling mengirimkan pesan Apalagi setelah Yudi mengatakan kalau ia sudah berada di jalan menuju rumah Echa.

Yuji:
Aku udah sampai di gang depan, ini aku masuk aja kan?

Echa baru saja akan mengetik balasan, akan tetapi Yuji memilih untuk menelepon. Tentu saja Echa segera menerima panggilan tersebut.

"Iya Yuji?"

"Habis dari gang ini masuk kan?"

"Iya masuk aja, terus lurus nanti ada rumah aku deh."

"Tapi aku  lihat jalannya kecil Emang bisa muat mobil?"

Echa terdiam sejenak mendengar Yuji menggunakan mobil buat ia sedikit minder. . "Ah, kalau gitu  kamu ngeliat lapangan? Kamu parkir di sana, nanti aku jemput."

"Oke deh, ya udah, ini udah kelihatan kok lapangannya."

"Aku ke sana," kata Echa kemudian mematikan panggilan telepon dan segera berjalan keluar kamar.

Di ruang tamu, sang Ibu sedang duduk dan menonton ponsel miliknya. Dia menatap Echa yang berjalan dengan tergesa-gesa. "Kamu mau ke mana anak?"

"Teman yang aku bilang itu udah datang Bu, aku mau jemput di depan." Echa menjawab kemudian kembali melangkahkan kakinya keluar.

"Hai Cha." Yuji menyapa.

"Yuji?" tanya Echa, dijawab oleh senyuman Manis dari pria itu.

Saat Echa keluar, dia sudah melihat Yuji yang berjalan keluar mobil. Pria itu tersenyum ke arah Echa, jujur saja Echa kagum dengan wajah tampan Yuji.  Tidak menyangka juga kalau pria yang menghabiskan malam bersamanya itu ternyata setampan ini.

'Sadar Echa, sadar.' Gadis itu bergumam pada dirinya sendiri karena sempat terpaku beberapa saat melihat ketampanan wajah pria di hadapannya.

"Cha?" Yuji memanggil karena Echa yang sejak tadi terdiam.

"Ya?" Tanya Eca. Gadis itu kemudian mengarahkan tangannya ke wajah Yuji. Dia ingin benar-benar hanya melihat mata pria itu, untuk memastikan. Siapa tahu saja itu bukan Yuji yang malam itu menghabiskan waktu dengannya.

Yuji tersenyum, dia tahu saat ini Echa sedang memeriksa apakah dia adalah orang yang sama dengan malam itu. "Aku masih simpan topeng itu, ada di mobil tuh, kalau kamu mau lihat nanti."

Echa nyengir mendengarkan jawaban dari Yuji. "Aku cuman takut kamu orang yang beda aja. Kita izin sama ibu aku dulu yuk."

Keduanya kemudian masuk ke dalam rumah. Dan jujur saja melihat Yuji membuat Ratih sedikit terkejut. Karena anak itu benar-benar ganteng menurut Ratih.

"Ini namanya siapa?"

Yuji menghampiri lalu mencium tangan Ratih. "Saya Yuji,  temennya Echa, mau ngajak Echa jalan boleh kan Bu?"

"Boleh aja Mas Yuji, tapi pulangnya nggak boleh lebih dari jam 10.00 malam ya. Nggak bagus kalau anak perempuan pulang terlalu malam." Ratih berpesan. Karena tentu saja kalau pulang terlalu malam, akan dapat omongan dari orang-orang sekitar.

Yuji menganggukan kepalanya. "Baik bu pokoknya nanti saya bawa pulang  sebelum jam 10.00."

Keduanya kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah. Saat menuju mobil Yuji, cukup terkejut karena ia tahu bahwa mobil yang dinaiki Yuji itu bukan mobil yang murah. apalagi dengan gaji Yuji sebagai karyawan Bank, agak sedikit kontras menurutnya. Apalagi mobil itu adalah mobil yang mirip digunakan oleh Bagas sang atasan.

Yuji membukakan pintu untuk Echa, tak lupa ia meletakkan tangannya di atas kepala Echa saat Gadis itu masuk. "Silakan masuk."

"Terima kasih."

Setelah Echa masuk, dia menutup pintu dan segera berjalan untuk menuju kursi kemudi. Saat masuk ya melihat Echa yang ingin memasang sabuk pengaman. Yuji membantunya.

"Let me do it for you," kata Yuji.

Tentu saja Echa membiarkan Yuji melakukan itu. Karena mungkin itu adalah pridenya sebagai seorang laki-laki. "Terima kasih."

"Sama-sama Cha. Kita jalan ya?"

Yuji segera melajukan mobilnya, membelah ibukota di hari libur sore ini. Jalanan hari ini tidak terlalu padat, tidak seperti kemarin yang cukup padat dan ramai. Echa juga tak banyak bicara, karena jujur saja malah jadi bingung sendiri.

"Cha?" sapa Yuji.

"Iya?"

"Kenapa kamu diam aja?" Yuji bertanya karena jujur saja Ia juga canggung ketika harus bertemu langsung dengan Echa.

"Aku cuman bingung mau ngomong apa, tapi dari tadi aku mikir sih, kira-kira mau bahas apa sama kamu?"

"Kamu boleh tanya apa aja kok."

"Aku masih penasaran aja kenapa kamu tiba-tiba tahu nomor aku?" Echa bertanya,  ia sangat penasaran bagaimana Yuji bisa mendapatkan nomor ponselnya.

Dalam hati sebenarnya Yuji bingung, bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Echa. Karena tak mungkin dia menjawab keadaan yang sesungguhnya, itu pasti harus membongkar kedoknya sebagai Agus.

"Hmm, kita kan ngisi data sebelum masuk? Aku harus memaksa sedikit,  ke owner acara itu dan juga manajemen hotel supaya bisa dapat nomor kamu."

Echa mengangguk, ya masuk akal sih. Karena memang ia mengisi data saat masuk ruangan.

"Akhirnya mereka kasih. Kamu nggak masalah kan? Soalnya aku benar-benar pengen ketemu sama kamu." Yuji bertanya sambil menatap ke arah eceng Tengah mengganggu sambil menatap jalan. Jujur, Echa cantik sekali hari ini menurut Yuji.

"Aku nggak keberatan kok. Meski agak kaget juga sih waktu pertama kali kamu hubungin aku."

"Why you so pretty?"

Echa menoleh mendapat pertanyaan dari Yuji. Sementara Yuji menatap Echa sekilas, tersenyum, kemudian menatap kembali pada jalan. "Kamu tuh emang biasa nanya gombal kayak gitu ya?"

"Enggak kok, emangnya aku kedengeran kayak orang yang biasa gombal ya?" Yuji bertanya kepada Echa menatap dengan serius.

Echa melihat kepada Yuji, sebenarnya tidak terlihat seperti pria yang sedang main-main terhadap wanita sih. Bisa dibilang kalau Yuji itu benar-benar boyfriendable baik dari sikap dan juga wajah.

"Enggak sih enggak kelihatan kayak tukang gombal, tapi kelihatan kayak pro aja gitu."

"Pro gimana sih Echa?"

"I don't know."

"BTW, kamu lebih senang kita stay di satu tempat sampai lama. Atau kamu lebih senang kita jalan-jalan kebanyak tempat?" Yuji bertanya karena dia ingin memastikan kegiatan hari ini disukai oleh Echa.

"Aku suka duduk lama-lama sambil ngopi dan ngobrol. Aku juga suka jalan-jalan ke berbagai tempat. Aku bisa sesuai kesukaan kamu kok."

Mendengar jawaban itu membuat Yuji menoleh.  Echa benar-benar menggemaskan menurutnya. "Kalau gitu, kita stay di cafe aja ya? Aku tahu coffee shop yang enak. makanannya juga enak, kita bisa ngobrol lama-lama Karena tempatnya juga asik banget gimana?"

"Boleh," sahut Echa.

"Habis makan gimana kita nonton? Atau kamu mau kita ngelakuin kegiatan lain?" Yuji bertanya kepada Echa karena jujur saja ini adalah pertama kalinya dia mengajak perempuan untuk kencan setelah bertahun-tahun lamanya tidak menjalin hubungan dengan gadis manapun.

"Nonton boleh kok. Tapi pulangnya nggak boleh lebih jam 10.00 ya?"

"Oke, habis makan kita cari tempat nonton yang enak. Aku berharap kamu enjoy ngabisin waktu sama aku."

"Kalau aku nggak enjoy gimana?"

Yuji tersenyum ke arah Echa. "Ya aku ajak Kamu lagi minggu depan. Mau kan?"

"Dasar," ucap Echa.

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang