🍒 BAB 6🍒

488 22 1
                                    

Yuji terbangun saat merasakan getaran ponsel di sampingnya. Dengan mata yang sulit terbuka pria itu menoleh, melirik ke arah ponsel milik Echa. Tapi mengurungkan niatnya untuk melihat pesan apa yang masuk. Yuji memilih untuk menatap langit-langit kamar, melihat gadis di sampingnya Yang tidur mau memunggungi dirinya.

Tapi kemudian rasa penasarannya memuncak, dia kembali menoleh dan mengambil ponsel tersebut. Melihat pesan-pesan yang masuk. Ya, dia hanya ingin tahu saja kenapa ponsel itu terus saja berdering sejak tadi, padahal ini baru jam 05.00 pagi.

Bapak:
Jangan lupa uang bayaran sekolah adik-adik. Sepedanya Raya juga harus dibenerin rodanya. Bapak belum ada uang Cha. Terima kasih.

Ibu:
Nak bayar BPJS ibu jangan lupa ya. Biar mudah bulan depan cek up di RS.

Hana:
Uang kontrakan udah gue talangin dulu. Santai BESTie.

Sungguh melihat pesan-pesan itu membuatnya merasa iba juga. Membayangkan bagaimana Echa harus menjalani hari-harinya untuk menghidupi keluarga. Berbeda dengan dirinya yang sejak kecil sudah mendapatkan banyak kemudahan tanpa harus bersusah payah.

Yuji bangkit kemudian berjalan ke toilet. Dia melihat beberapa alat kontrasepsi yang berada di atas bufet tv. Yuji menepuk keningnya, dia lupa mengenakan itu sepanjang permainannya bersama Echa malam ini.

"Bisa-bisanya gue enggak pakai?"

Meskipun dalam keadaan kesal dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju toilet. Sampai di dalam toilet ia membuka topeng yang dikenakan, bagian wajahnya bahkan memerah karena topeng itu.

"Merah gini," kesalnya. Yuji segera mengambil ponsel mencoba bertanya di mana keberadaan Jason. Yuji mencoba menghubungi, tapi sama sekali tak ada jawaban dari Jason.  Yuji lalu mengirimkan pesan.

Jason:
Lo di mana?

Setelahnya pria itu segera membersihkan diri. Rasanya cukup melelahkan apalagi sudah cukup lama tak melakukan kegiatan ranjang. Membuat wajahnya bersemu, ia meski begitu dia jadi lebih bersemangat.

Selesai mandi ia segera memakai kembali topeng yang bahkan sudah lusuh karena keringatnya sendiri. Takut kalau Echa terbangun, Yuji melihat Echa yang masih terlelap. Pria itu menatap rekan kerjanya yang menyebalkan itu.

"Sorry Cha."

Yuji lalu mengambil dompet miliknya di kantong celana, mengambil sejumlah uang cash yang ia punya. Lalu berniat meletakan dengan hati-hati di ponsel. Saat hendak mengangkat ponsel, Echa bergerak, Yuji terhenti.

"Ssst ssst, bobo Cha, bobo."

Setelah memastikan Echa tertidur, Yuji kembali meletakkan uang tersebut. Jumlahnya cukup banyak. Yuji lalu mencari kertas dan pena menuliskan sesuatu di sana, kembali meletakkan di bawah ponsel Echa dan setelahnya ia segera berjalan keluar kamar segera pulang.

Masih belum ada balasan dari Jason. Ia memutuskan untuk pulang dengan taksi.

***

Echa terbangun, kepalanya sedikit sakit bukan hanya kepalanya tetapi bagian tubuhnya yang lain juga. Iya menoleh ke belakang melihat sudah tak ada siapapun di sana. Echa tahu, memang sudah seperti itu seharusnya. 

Dia menangis sesenggukan, karena merasa kesal sudah melakukan kebodohan. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Ia tak bisa membalik keadaan lagi. 

Dia kemudian mengambil ponsel untuk mengecek pesan masuk. Sudah tahu betul kalau awal bulan seperti ini akan banyak permintaan titik tapi alangkah terkejutnya, saat dia melihat tumpukan uang dan juga sebuah surat.

'aku tadi nggak sengaja ngeliat chat kamu. Kamu boleh ganti uang itu kapanpun, nanti aku yang akan nemuin kamu Echa.'

Yuji benar-benar tahu sikap Echa yang meskipun menyebalkan tapi Gadis itu bukan gadis murahan. tidak akan mudah untuknya menerima uang, dan itu adalah cara Yuji untuk membuat Eca mau menerima uang ini. Dan jika nanti dia mengakui dirinya sebagai Yuji dia tidak akan membuat Echa merasa malu.

"Makasih Yuji."

Jujur di dalam hatinya Echa sangat berterima kasih. Karena tentu saja ia sendiri tak tahu dari mana akan mendapatkan uang sebanyak itu untuk saat ini. Karena gajinya pun sudah ia gunakan untuk membayar hutang-hutang yang semakin menumpuk.

Kemudian gadis itu berjalan dengan susah payah menuju kamar mandi karena merasakan bagian intin yang masih terasa sakit. Semalam adalah pengalaman pertama yang luar biasa untuknya. Ditambah lagi Yuji seperti begitu berapi-api dalam permainannya semalam.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Gadis itu segera berjalan pulang. Dalam perjalanan Dia segera menghubungi sahabatnya Hana.

"Lo ada di mana?"  Hana segera bertanya setelah dia menerima panggilan.

"Gue baru dalam perjalanan pulang nih, gimana Ibu kemarin telepon lo atau enggak?" Echa memastikan, karena tentu saja dia harus memberi jawaban yang sama dengan yang Hana katakan.

"Semalam sudah telepon, tapi gue bilang kalau udah tidur soalnya kita habis jalan beli seblak ke depan lo kecapean."

"Oke, kalau gitu nanti gue jawab pertanyaan Ibu kayak gitu juga. Nanti gue ke rumah lo deh ke rumah gue mau bayar uang kontrakan. Makasih banget ya lo udah mau nalangin."

"Nah santai aja sih, nanti aja lo bayar kalau udah gajian."

"Ini ada kok."

"Lo semalam ke mana sih? Nggak jual diri atau jual ginjal kan?" Hana bertanya karena dia merasa curiga temannya begitu saja mendapatkan uang dengan mudah apalagi semalam Echa itu sempat merengek karena kehabisan uang gaji untuk membayar kontrakan rumahnya.

Echa terdiam sejenak memikirkan sebenarnya kemarin malam apa yang dia lakukan? Apakah bisa dibilang hal seperti ini menjual diri tanda tanya apalagi dia mendapatkan uang yang cukup banyak dari Yuji.

"Anggap aja gue jual diri."

"Heh?! Gila lu?!" Hana berteriak syok.

Mendengar teriakan dari Hana membuat Echa refleks menjauhkan ponsel dari telinganya. "Bisa nggak sih nggak usah teriak- teriak kayak gitu?"

"Iya gue kaget aja, udah deh lo jangan sembarangan ngomongnya. Pokoknya buru-buru pulang aja kasihan nyokap lo sendirian di rumah."

"Makasih ya Na."

Echa segera memesan ojek online untuk mengantarkannya pulang. Malam ini jadi pengalaman pertama yang jujur saja membuat ia menyesal karena harus kehilangan keperawanannya. Tapi dalam hati Ia juga merasa bersyukur karena Yuji memberikannya uang yang cukup banyak hari ini.

Perjalanan menuju rumah menghabiskan waktu sekitar 20 menit setelah sampai di rumah, Echa segera turun dari ojek, berjalan masuk ke dalam rumah model sang ibu yang sedang duduk sambil menikmati susu khusus untuk para penderita diabetes.

"Kemarin malam Ibu telepon kamu, tapi kata Hana kamunya udah tidur?"

Echa mengangguk sambil berjalan mendekat, Dia kemudian mencium tangan sang Ibu. "Iya, semalam aku udah tidur soalnya capek dia ajak Hana jalan-jalannya cari seblak."

Meskipun merasa sedikit bersalah, tapi dia harus tetap mengatakan itu karena jelas tidak mungkin mengatakan apa yang terjadi sesungguhnya.

"Kalian tuh, kerjaannya nyari seblak terus."

"Yaudah, Bu aku ke kamar dulu ya. Mau mandi." Echa   berjalan menuju kamarnya karena dia juga harus menghindari pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin saja akan terlontar dari bibir sang ibu.

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang