🍒 BAB 15🍒

280 20 0
                                    

Echa pagi ini sudah disibukkan dengan kegiatannya mencari pakaian yang bisa digunakan untuk kencan bersama Yuji. Ini adalah pertama kalinya seorang pria mengajaknya pergi keluar. Tentu saja hal itu membuatnya menjadi excited sekali.

Setelah membongkar lemarinya, kemudian Dia memutuskan untuk mengenakan sebuah dress dengan motif bunga-bunga, berwarna dasar biru denim. Ia memilih rok yang cukup lebar jadi masih bisa digunakan ketika naik motor. Jujur saja Echa berpikir kalau Yuji adalah seorang karyawan biasa, dan dia mungkin akan menjemput dengan motor. Namun, tak masalah juga kalau harus naik busway.

"Padahal perginya masih nanti sore. Sibuk banget sih gue?" Meskipun begitu, dia tetap tersenyum setelahnya berjalan keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan

"Udah bangun kamu Nduk?" tanya Ratih. Yang sedang duduk sambil menonton dari ponsel tua brkqs milik Echa.

"Udah Bu, Bu nanti sore aku mau pergi ya." Echa meminta ijin, sambil berjalan mendekat dan duduk di samping Ratih.

Wanita itu menatap sang putri. "Mau cari seblak lagi kamu sama Hana? Jangan banyak banyak makan seblak kamu. Enggak bagus itu buat pencernaan." Ratih memberi saran karena putrinya cukup sering menyantap Seblak bersama Hana.

"Enggak Bu,  aku nggak keluar sama Hana dan nggak mau makan seblak  kok."

"Terus kamu mau ke mana? Jadinya pergi sama Mas Jun hari ini? Bukan minggu depan?" Ratih bertanya, karena jarang sekali putrinya itu keluar dengan orang lain. bahkan bisa dikatakan hampir tak pernah ia keluar selain dengan Hana.

"Ada teman baru aku Bu, nanti dia ke sini Kok ngejemput. Nanti aku kenalin sama ibu." Echa menjawab dengan malu-malu. Karena memang ya hampir tak pernah memperkenalkan teman prianya kepada sang ibu.

Ratih bisa melihat, kalau Sang Putri Tengah malu-malu. Wanita itu kemudian tersenyum. "Teman kamu laki-laki ya?"

"Iya Bu, cowok. Tapi cuman temen aku kok."

Echa dengan cepat menyela pertanyaan sang Ibu.  padahal tentu saja itu permasalahan bagi Ratih.  karena memang putrinya itu selama ini cukup tertutup. Kemudian ketika membahas masalah seperti ini jadi membuat dia merasa malu sendiri.

"Kenapa sih kamu kayak gitu? Kamu malu sama ibu?"

Echa tak menjawab, kemudian dia memilih berdiri. "Ya udah, pokoknya nanti aku kenalin temen aku ke ibu. Sekarang aku mau masak dulu buat sarapan kita Bu."

Di sisi lain, pagi ini Yuji juga sudah terbangun. Hal yang sama ia lakukan seperti yang dilakukan Echa di rumahnya. Kini tengah sibuk memilih-milih pakaian yang akan digunakan, karena ia ingin memberikan kesan yang baik kepada gadis itu.

"Pakai baju yang mana ya?" Yugi bergumam di depan lemarinya yang penuh sekali dengan pakaian dari berbagai model, dan juga warna namun didominasi oleh warna hitam dan putih.

Akhirnya ia memilih mengenakan t-shirt berwarna putih, dan juga kemeja berwarna abu-abu. Merasa cukup dengan pakaian yang akan dikenakannya Yuji meletakkan pakaian tersebut di dekat kamar mandi, kemudian berjalan keluar untuk segera sarapan.

"Mau sarapan Mas Yuji?" Pertanyaan terlontar saat dia berjalan menuju meja makan.

Seperti biasanya setiap hari libur seperti ini  beberapa pelayan dari rumah besar mampir ke apartemen untuk membersihkan apartemennya.

"Iya, tapi nanti saya buat sendiri aja. Terima kasih."
Yuji menuju dapur, kemudian memilih untuk membuat roti bakar isi selai kacang dan juga segelas kopi sebagai menu sarapan paginya.

Setelah selesai membuat roti bakar, dia duduk di meja makan kemudian mengeluarkan ponsel yang diletakkan di saku celananya. tentu saja tujuannya adalah untuk mengirimkan pesan kepada Echa.

Yuji:
Pagi Cha. Udah bangun kamu?

Echa:
Udah Ji, kamu lagi apa?

Yuji:
Aku lagi sarapan, Kamu udah sarapan apa belum?

Echa:
Aku baru aja selesai masak sekarang mau makan sama ibu. Kamu sarapan pakai apa?

Yuji:
Aku sarapan roti pakai selai kacang sama kopi. kamu habis masak apa?

Echa:
<Send picture>
Ada capcay sama telur dadar aja sih. Aku nyari yang gampang dimasak dan juga bahannya ada di kulkas.  Kamu minum kopi pagi ini, asam lambung lho.

Yuji memerhatikan gambar yang dikirimkan oleh Echa. Di sana tersaji masakan yang sudah dibuat Aceh di atas meja makan.

Yuji:
Aku enggak lihat kamu. I wanna see you.
Aku udah biasa kok. Aman asam lambung.

Echa:
Aku malu kalau kirim pap.

Yuji:
Jangan insecure ya, ur so pretty Cha.
Siapa yang bolehin kamu insecure?

Echa:
Makasih Ji.

Yuji;
Okay, sama Sama Cha. So?

Echa:
What?

Yuji:
Mau liat kamu Cha.

Yuji kemudian menunggu cukup lama sampai akhirnya Icha membalas chat darinya.

Echa:
<Send picture>

Yuji:
Tuh kan cantik kok.
Aku jemput jam 4 lewat ya? Share loc ya?

Kata-kata pujian itu bukan semata-mata rayuan dari Yuji. karena menurutnya memang kenyataannya seperti itu. Sejak awal bertemu di kantor saja ya sudah merasa eja itu cantik, hanya saja memang tubuhnya yang gemuk. Gemuk aja cantik ...

Echa:
Iya Ji.
•share location

Yuji:
Thanks Cha, sampe nanti sore ya.

Echa:
Iya Ji.

Yuji senang ia tersenyum sambil memerhatikan map untuk melihat lokasi rumah Echa. Membayangkan apa yang akan ia lakukan hari ini bersama Echa cukup menyenangkan untuknya.

Pria itu kemudian kembali melanjutkan santap paginya yang sedikit tertunda tadi. Mengabaikan roti dan juga kopinya karena sibuk berkirim pesan dengan Echa. Saat sedang kembali menyantap sarapannya, tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering.

Yuji menatap pada layar ponsel, terlihat nama sang ibu di sana titik pria itu lalu dengan cepat menerima panggilan.

"Ya Mi?"

"Kamu di sana oke kan?" Nindy bertanya karena cemas dengan kondisi Sang putra

"Aku di sini baik-baik aja kok Mi. Kenapa tiba-tiba banget Mami nanya kayak gitu sih? "

"Ya Mami cuman mau tanya keadaan kamu doang? Salah ya?"

"Nggak salah sih, pokoknya di sini semua baik-baik aja. Aku masih coba nyelidikin masalah perusahaan, tapi belum dapat jawabannya. Tapi emang Bagas itu cukup mencurigakan sih." Yuji menjelaskan itu kepada sang ibu

"Ya udah kalau gitu. Mami juga khawatir karena kamu jarang ngehubungin Mami. kalau emang kamu nggak bisa cari tahu apa alasannya. Mendingan kamu kembali ke sini, ke Singapura lagi dan urus perusahaan Papi yang ada di sini. Atau Emang kalau kamu mau, kamu ngurus  pabrik yang ada di sana.".

Yuji jelas bukan orang yang pantang menyerah. Dia juga masih sangat penasaran mengenai apa yang terjadi di perusahaan sang kakek. Karena ia merasa cukup banyak keanehan di sana.

"Pokoknya Mami tenang aja, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk cari tahu tentang apa yang terjadi di sana. Pokoknya aku nggak akan mundur sebelum aku tahu apa alasannya."

One Night Stand With OB Sultan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang