Yuji berjalan masuk ke apartemen, sedikit mabuk buat langkahnya terhuyung. Berjalan menuju kamar, lalu duduk si sudut tempat tidur. Pria itu kemudian menyalakan televisi. Menggonta-ganti Chanel sambil merebahkan tubuh. Besok hari libur, tapi ia ingin bermalas-malasan.
Tatapannya terus tertuju pada sebuah film yang kini terputar di televisi. Film itu ada sebuah film barat, dan tiba-tiba saja adegan yang ditunjukkan adalah adegan dewasa. Biasanya Yuji tak terlalu berpengaruh jika ia melihat adegan seperti itu. Hanya saja, kali ini sedikit berbeda.
Hasratnya jadi menggebu. Entah mengapa ia malah teringat akan Echa saat ini. Suara desah, rintih dan nafasnya gadis itu seolah dekat dan terdengar nyata di telinga.
"Ngapain sih? Pikiran ini, ngapain sih??" Yuji bertanya pada dirinya sendiri merasa sudah gila saat ini.
Film itu masih diputar, Jujur saja Yuji menikmati sensasi yang ia terima. Bersama Echa adalah kedua kalinya Ia melakukan hubungan seks. Echa juga bukan kekasihnya, tapi mengapa itu begitu berkesan untuknya? Bahkan saat ini yang terngiang adalah gadis itu. Seolah ingin mencumbu lagi dan lagi.
"Yuji, Yuji sadar sadar!"
Terus berkata dalam hati agar ia sadar diri, tapi hasratnya menolak meskipun pikirannya ingin melupakan kejadian malam itu. Hasratnya begitu menggebu, ini benar-benar tak bisa ditahan lagi.
"Shit!" Yuji marah pada dirinya sendiri karena tiba-tiba saja harga dirinya seolah runtuh karena hasratnya sendiri.
Pria itu kemudian terpaksa menuntaskan hasratnya sendiri. Sial sekali Memang, karena malam ini tiba-tiba saja meninggi. Padahal sebelumnya ia cukup pandai mengendalikan hasrat. Termasuk keinginannya untuk melakukan hubungan intim. Tapi mungkin saja, hal ini karena ia benar-benar mabuk malam ini.
"Shit Echa!"
Mungkin ini adalah pertama kalinya lagi, Yuji memiliki seseorang untuk dibayangkan saat melakukan hal seperti itu. Semuanya seolah masih terekam begitu jelas di dalam pikirannya. Bagaimana lekuk, dan juga bagaimana saat ia menyentuh bagian tubuh gadis itu. Semua membuat Yuji menjadi gila sendiri.
"Oh damn!"
Hasratnya telah tuntas. Kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya pria itu kembali ke tempat tidur, memegang ponselnya. Setelah ini rasanya ingin menghubungi Echa.
"Ngapain jadi mikirin Echa terus sih? Seharusnya first love setelah hubungan intim itu, nggak ada buat laki-laki." Yuji coba memotivasi diri karena dia merasa ada yang salah dalam hal ini.
Pria itu kemudian mengambil ponsel miliknya. Ada dua ponsel, yang satu adalah ponselnya saat menjadi Agus dan yang satunya adalah ponsel asli miliknya. Ia merasa rindu pada Echa, katakan saja ini gila, tapi Yuji benar-benar merasa gila karena Echa. Atau mungkin karena ia sedang mabuk?
"Ngapain mikirin dia sih? " Yuji melempar ponselnya, iya kemudian merebahkan tubuh ke tempat tidur. Mencoba memejamkan mata agar tak terus berpikir macam-macam.
Tapi kemudian ia bangkit lagi, mengambil kedua ponsel miliknya. Yuji mengecek nomor Eca dari ponsel Agus, kemudian memindahkannya ke HP utama. Pria itu memutuskan untuk menghubungi Echa.
Panggilan pertama segera ia matikan, mencoba menyadarkan diri bahwa apa yang dia lakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Tapi perasaannya benar-benar tak bisa ditahan lagi. Yuji kembali menghubungi, tidak lama sampai panggilan itu diangkat.
"Halo, siapa ini?" Suara Echa terdengar lembut sekali di telinga Yuji.
"Kamu nggak ingat aku?"Yugi bertanya mencoba memastikan siapa tahu Echa masih ingat suaranya.
"Siapa? Aku bukan pengingat yang bagus. Jadi kalau kamu mau main-main kayak gini mendingan tutup aja teleponnya. "Echa kesal dia merasa Yuji mempermainkannya.
"Aku Yuji, yang malam itu sama kamu, di hotel? Ingat?"
"Kamu, iya aku ingat, Kok kamu bisa tahu nomor HP aku sih"
Yuji tersenyum senang karena Echa bisa mengingatnya dengan baik. "Kan aku bilang, aku yang akan hubungi kamu. Bener kan? aku hubungin kamu."
"Iya, tapi kamu hubungin aku bukan untuk nagih uang kamu kan? Soalnya kalau untuk sekarang aku kayaknya nggak bisa ganti deh. karena uang itu udah aku pakai dan aku belum gajian."
Yuji cukup terkejut dengan jawaban yang terlontar dari bibir Echa sangat to the point. "Bukan, bukan, aku bener-bener nggak ada maksud untuk nagih uang itu dulu. kamu bisa pakai, dan bisa kamu ganti kapan aja. Atau kalau emang kamu mau kamu nggak perlu ganti uang itu kok."
"Kalau aku nggak ganti uang kamu, kesannya aku kayak perempuan murahan yang jual keperawanan aku."
"Hai, kamu jangan ngomong kayak gitu dong. Kita ngelakuin itu kan atas dasar keinginan kita sama-sama. aku sama sekali nggak ngerasa kamu perempuan murahan kok." Yuji tentu saja mengenal Echa dari sudut pandangnya sebagai Agus. Eca itu memang menyebalkan, karena Gadis itu sangat jahil. Tapi Yuji cukup tahu dan mengenal Echa adalah seorang gadis pekerja keras.
"Iya, keinginan karena minum obat perangsang kan? Tapi aku bener-bener makasih loh sama kamu, kalau nggak ada kamu aku nggak mungkin bisa bayar BPJS Ibu aku. aku juga nggak bisa kirim uang ke bapak. Thanks Yuji."
"Sama-sama Cha."
Pembicaraan keduanya berlangsung cukup lama. Mereka mengobrol layaknya dua orang yang sudah lama berkenalan. Memang sih, pada kenyataannya seperti itu, tapi Echa tidak pernah mengenal Agus pada dirinya yang sebenarnya yaitu Yuji. Echa hanya mengenal Yuji sebagai Agus dan bukan sebaliknya.
"Kamu itu kerja di mana sih? "Yuji coba bertanya mau cari tahu saja apakah Eca menjawab dengan jujur.
"Aku itu cuman OB. Aku kerja di salah satu perusahaan. Kalau kamu kerja di mana?"
Yuji terdiam sejenak. tidak mungkin dia menjawab pertanyaan Echa. "Aku cuman kerja sebagai karyawan di bank aja sih."
Dan akhirnya jawaban itu yang dipilih oleh Yuji untuk menjawab pertanyaan. Sepertinya jawaban yang dia berikan juga cukup aman.
"Semangat terus ya kamu, semoga pekerjaan kamu dilancarin ya Yuji."
"Doa yang sama buat kamu juga ya ca. Kapan nih kita bisa ketemu?" Yuji to the point saja karena ia ingin sekali bertemu dengan Echa sebagai Yuji.
"Aku libur sih besok sampai lusa, Tapi besok aku sampai sore Kayaknya harus di rumah sakit deh. Karena nemenin Ibu mau check up biasanya antrinya panjang banget kalau pakai BPJS." Echa menambahkan.
Yuji terdiam sejenak kasihan juga kalau Eca harus antri berlama-lama. "Gimana kalau aku anterin?"
"Jangan, nggak usah Yuji. aku malah malu kalau diantar sama kamu. Soalnya seumur hidup aku belum pernah ngenalin cowok ke Ibu aku. Jadi aku bakal malu banget kalau tiba-tiba harus ngenalin kamu ke beliau."
Mendengar kata-kata Echa itu membuat Yuji terkekeh geli. Bagaimana bisa di usia Echa saat ini belum pernah memperkenalkan seorang pria pada ibunya?
"Masa, kamu belum pernah ngenalin cowok ke ibu kamu?"
"Belum. Emang aneh banget ya?"
"Enggak aneh sih, cuman langka aja. Berarti kamu belum pernah pacaran ya?
"Belum, mana sempat aku pacaran? Dari SMA aku sibuk belajar supaya bisa dapat beasiswa terus."
Hal yang baru diketahui oleh Yuji. Dan dia semakin kagum dengan Echa. "Aku bangga banget bisa kenal cewek keren kayak kamu."
"Hmm gombal ya?"
"Serius Cha."
"Makasih Yuji."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand With OB Sultan
Storie d'amoreUpdate duluan di Karyakarsa ya kaka 💜 Reisya Widya Ayudia, Echa (23 th) mendadak terinspirasi ingin menjadi ani-ani, setelah ia memergoki Sarah, seorang sekretaris di perusahaan tempat ia bekerja sedang beradu bersama atasannya. Sampai suatu hari...